Comments
Timelines
Contact
Social Media
Timeline Cover

Saturday, June 18, 2022

Masih seputar HOAX tentang ketuhanan Yesus Saturday, June 18, 2022

Berbeda dengan doktrin Kristen, menurut informasi dari alkitab sendiri cerita yang sebenarnya adalah begini:

1. KELAHIRAN
Semua sudah tahu bahwa Yesus lahir persis seperti anak manusia lainnya. Tidak ada yang istimewa. Sejak balita hingga dewasa Yesus juga tumbuh seperti umumnya anak manusia seusianya. Artinya, Yesus adalah anak manusia seperti yang sering dia nyatakan sendiri, sama seperti yang diyakini oleh ibunya, bahwa Yesus, putra sulungnya, dalam banyak hal tidak lebih istimewa dari anak manusia biasa.

Tidak ada satu katapun dalam naskah kuno bahkan dalam naskah paling modern yang berhubungan dengan alkitab mengindikasikan suatu keadaan di mana Maria, ibunda Yesus, sebagai wanita hebat yang melahirkannya, dan tentu saja menjadi satu-satunya orang yang paling mengetahui segala sesuatu tentang Yesus, digambarkan menuhankan, apalagi sampai menyembah putranya sendiri!

Ini adalah bukti sangat penting dalam mencermati ratusan bukti lainnya dari alkitab sendiri bahwa sejatinya Yesus memang bukan tuhan.

2. MUKJIZAT
Injil-injil kanonik dalam alkitab mencatat Yesus banyak melakukan berbagai mukjizat. Di antaranya menyembuhkan orang buta, berjalan di air, merobah air menjadi anggur, bahkan menghidupkan orang mati!

Karena mukjizat merupakan kuasa Tuhan, maka kisah-kisah tentang mukjizat Yesus ini oleh mayoritas Kristen dianggap sebagai bukti keilahiannya, dan karena alasan itu mereka pun meyakini bahwa Yesus adalah tuhan.

Tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa Kefas, panatua seluruh murid Yesus yang oleh pengarang injil-injil kanon diganti namanya menjadi Petrus, dicatat kesaksiannya dalam kitab Kisah Para Rasul 2:22 menyatakan dengan tegas bahwa segala mukjizat yang dilakukan oleh Yesus bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan sepenuhnya merupakan kuasa Allah yang diperlihatkan melalui tangan Yesus!

Artinya, semua murid Yesus mengetahui bahwa Yesus sama sekali tidak memiliki mukjizat dan tentu saja tidak sedikitpun berkuasa untuk melakukan mukjizat!

Itu sebabnya tidak ada satupun murid Yesus yang menganggap guru mereka adalah Tuhan, sebab mereka semua tahu bahwa sejatinya Yesus memang bukan Tuhan.

3. PENYALIBAN DAN KEMATIAN
Cerita tentang Yesus mati hanya ada dalam alkitab, khususnya dalam empat injil kanon, dan itupun dalam versi yang berbeda-beda karena para pengarangnya menuliskan peristiwa penyaliban Yesus yang tidak jelas. Sedangkan sejarah alkitab mencatat bahwa Injil Markus, kitab paling tua dari keempat injil kanon tsb baru mulai dikarang sekitar 40 tahun setelah Yesus tidak ada.

Artinya, cerita tentang penyaliban dan "kematian" Yesus bukan berasal dari saksi mata, melainkan hanya dari kabar burung yang kemudian dicatatkan dalam injil-injil kanon. Sedangkan pertanyaan serius; "benarkah Yesus pernah mati tersalib?", kecuali cuma setumpuk spekulasi, tidak ada yang tahu secara pasti!

Keyakinan umat Kristen bahwa Yesus pernah mati, pada dasarnya hanya berdasarkan pada dogma gereja, "Imani saja!"

Studi literatur alkitab oleh para teolog dan pemerhati alkitab yang terus berlangsung dari jaman ke jaman sampai sejauh ini tidak dapat membuktikan secara meyakinkan bahwa Yesus pernah mati disalib!

5. KEBANGKITAN
Pada umumnya umat Kristen percaya Yesus bangkit dari kematian dalam konteks dogma yang menggadang-gadang kehebatan Yesus sebagai satu-satunya manusia yang telah "mengalahkan maut". Namun Paulus, sang rasul gadung, menuliskan bahwa Yesus tidak pernah bangkit jika tidak dibangkitkan oleh Allah. Alasan Paulus yang ditulis dalam suratnya Roma 14:9 sungguh menakjubkan; "Yesus harus mati dan dibangkitkan supaya dia menjadi tuhan!"

Secara eksplisit Paulus menyiratkan dalam suratnya itu bahwa sebelum mati, sejatinya Yesus memang bukan Tuhan!

Sedangkan kedua kepercayaan ini, Yesus bangkit dan Yesus dibangkitkan, sama tidak relevansnya dengan anggapan "Yesus telah mengalahkan maut", sebab tidak ada bukti bahwa Yesus pernah mati. Sementara jika memang benar Yesus mati, maka gugurlah klaim bahwa Yesus adalah tuhan, sebab mustahil Tuhan mati!

6. KENAIKAN KE SORGA
Dari keempat pengarang injil kanon, hanya Matius dan Lukas saja yang mengarang cerita "ajaib" ini, dan itupun saling silang tindih dalam arti saling bertolak belakang dan menyebabkan cerita mereka menjadi tidak lebih dari sekedar isapan jempol belaka!

Sementara itu, Markus dan Yohanes, dua pengarang injil kanonik lainnya, terbukti sama sekali tidak pernah menyinggung peristiwa ini barang satu katapun juga.

Kenapa?
Karena diduga kuat keduanya sama-sama tahu bahwa legenda kenaikan Yesus ke sorga itu memang tidak pernah terjadi. Atau ada alasan lain yang lebih menyedihkan dari pembohongan publik yang coba dilakukan oleh Matius dan Lukas adalah, bahwa Roh Kudus sudah terlalu tua dan luar biasa pikun sehingga lupa menginspirasikan kabar burung tsb secara merata kepada keempat pengarang injil kanon!

KESIMPULAN:
Kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga adalah cerita HOAX!

Masih ada yang ingin bantah tapi dengan catatan tanpa usaha OOT?
Silahkan saja!

Sunday, April 24, 2022

Neraka Sunday, April 24, 2022

Neraka adalah tempat untuk menebus dosa bagi orang-orang dzalim yang selama hidupnya mendzalimi dirinya sendiri dengan cara menentang syariat dari Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa orang-orang dzalim tersebut kelak akan kekal terbakar di neraka, di mana berbagai jenis siksaan akan mereka alami sebagai ganjaran atas dosa-dosanya ....
Islam

Kristen

Tuesday, December 7, 2021

About Prophet Muhammad Pbuh Tuesday, December 7, 2021

The historical span with the nubuwwah period has been long gone, but the Prophet Muhammad pbuh remains as a row model of behavior and such a real inspiration in managing heterogeneity with the principle of respect for human rights and an attitude of mutual respect. 

Apart from the guarantee of the Qur'an for all his virtues, the example and actions of the Prophet Muhammad pbuh automatically place him as a mercy for the entire universe, especially for mankind, both those who believe in him and those who do not. 

There is no one in the Qur'an who is nicknamed Rahmat, except Prophet Muhammad pbuh, and not a single creature is characterized by the nature of Allah ar-Rahim, except Prophet Muhammad pbuh. Here are some notes in the category of Rasulullah pbuh.
About Prophet Muhammad Pbuh

Tuesday, October 19, 2021

Pengikut Paulus Protes Tuesday, October 19, 2021

TS yang ditulis pada February 4, 2020 ini, selain ditujukan pada Cahaya Mustika, juga diujukan kepada GM. Namun sayangnya, GM sendiri baru "ngeh" dicolek oleh ybs pagi tadi, hari ini, October 2, 2021.
Dan berikut ini adalah respons awal GM.

Kita mulai dari sini;

Paulus berkata;
"Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun." (1Korintus 6:12)

Paulus tegas-tegas menyatakan bahwa dia tidak sudi diperhamba oleh apa pun, termasuk tentu saja oleh Allah, apalagi oleh Yesus Krtistus!

Perhatikan bagaimana dia bermegah-megah menyatakan bahwa apa yang diajarkannya bukan berasal dari firman Allah, tapi sepenuhnya dari pemikirannya sendiri, yang diakuinya pula sebagai pemikiran orang bodoh! 

"Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah." (2Korintus 11:17)

Bandingkan dengan pegakuan Yesus Kristus yang dengan amat tegas menyatakan bahwa apa yang diajarkannya bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah yang mengutusnya.

"Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan." (Yohanes 12:49)

Kendati sudah demikian jelas perbedaan antara ajaran Yesus Kristus yang berasal dari Allah dengan ajaran Paulus yang berasal dari hawa nafsu dan kebodohannya sendiri, tapi dengan penuh percaya diri Paulus menegaskan bahwa kalian, umat yang hari gini masih mengaku Kristen, harus menjadi pengikutnya - bukan pengikut Yesus Kristus!

Alasannya?
Paulus mengklaim bahwa dirinya tidak kalah hebat dibandingkan dengan semua murid-murid Yesus Kristus yang dilarang keras oleh guru mereka untuk mengabarkan Injil kepada bangsa manapun selain bangsa Israel! 

"Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu" (2Korintus 12:11)

"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1Korintus 10: 34)

Nah, ini menarik! Sebab sejak lahir hingga digossipin ngapung ke sorga, Yesus tidak pernah mengenal kata "Kristen", apalagi sampai menyebut pengikutnya sebagai orang Kristen! Artinya, Kristen adalah hal yang sangat asing bagi Kristus sendiri, begitu juga bagi seluruh pengikut Yesus Kristus yang sesungguhnya!

Sedangkan sebutan, atau kata; "kristen" muncul jauh setelah Yesus Kristus tidak ada, yakni julukan  yang dutujukan kepada Paulus dan pengikutnya pada masa-masa dia mulai "menjual" nama Yesus Kristus untuk kepentingannya sendiri kepada kaum Goyim (non-Israel) di Antiokhia (Lihat Kisah Para Rasul 11:26) 

Jadi, kalian yang hari gini masih mengaku sebagai umat Kristen jelas bukan pengikut Kristus, melainkan pengikut Paulus, alias umat Paulus! 

Lalu, tahukah kalian hal apa yang menyedihkan dari kepatuhan kalian kepada Paulus? 
Ketika Paulus berkata, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus", dia menginginkan agar kalian melakukan segala hal yang dia perbuat, sementara dia sendiri sama sekali tidak melakukan apapun yang Kristus perbuat!

Yesus menyerukan; "Sembahlah hanya Allah saja!"
Paulus mengajarkan; "Sembahlah Yesus!"

Yesus menegaskan; "Tuhan, Allah kita, adalah satu"
Artinya Kristus mengajarkan bahwa Tuhan adalah Allah, dan Allah adalah satu-satunya Tuhan, sementara Paulus mengarang cerita bahwa "Allah adalah Bapa, sedangkan Yesus adalah Tuhan"

Yesus mengingatkan; "Setiap orang menanggung dosanya masing-masing"
Paulus membual; "Yesus menanggung dosa orang-orang yang percaya bahwa beliau adalah tuhan!"

Yesus selalu menyebut dirinya sebagai "anak manusia"
Paulus menipu kalian dengan mengatakan bahwa Yesus adalah "anak Allah"

Dan masih ada segerobak pasir lagi ajaran "Paulus yang dipenuhi oleh roh tipu daya", yang sampai hari ini benar-benar kalian jadikan teladan!

Jadi, seperti sudah terbukti selama berabad-abad sejak Konsili Nicea 325M, hanya pengikut Pauluslah yang setiap hari kerjanya cuma berdusta demi kemuliaan Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus;

"Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7)

Padahal Yesus sudah mengingatkan;
JANGAN PERNAH BERDUSTA DEMI APAPUN!

"Jika ya hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37).

Kalian tentu tau siapa yang dmaksud oleh Yesus sebagai "si Jahat", bukan?
YA! Dia adalah IBLIS, yang karena demikian besar hasratnya untuk menyesatkan sebanyak-banyaknya anak manusia untuk menjadi penghuni neraka, telah turun ke bumi dengan mengambil rupa anak manusia bernama Paulus -- sang Rasul Utusan Neraka!


Wednesday, September 15, 2021

Nama Para Penulis Al-Quran Wednesday, September 15, 2021

Sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi utusan Allah, sepanjang 23 tahun masa kerasulannya, beliau menerima banyak wahyu. Wahyu tersebut diturunkan secara berangsur-angsur dan sejak diturunkan hingga akhir jaman nanti menjadi pedoman utama kehidupan dunia akhirat seluruh umat Islam. Karena banyaknya wahyu, para sahabat Rasulullah pun berperan dalam mencatat wahyu.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam bukunya Sirah Nabi Muhammad, di antara para sahabat yang bertugas mencatat wahyu adalah:
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Muawiyah bin Abi Sufyan, Muhammad bin Maslamah, al-Arqam bin Abil Arqam, Abban bin Sa’id bin al-Ash, dan saudaranya Khalid.

Di samping itu ada pula nama Tsabit bin Qais, Hanzhalah bin ar-Rabi’ al-Usaid yang merupakan juru tulis, Khalid bin al-Walid, Abdullah bin al-Arqam, Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi, al-Ala bin Utbah, al-Mughirah bin Syu’bah, dan Syurahbil bin Hasanah.
Nama-nama mereka juga disebutkan oleh al-Hafizh Abul Qasim, Ibnu Asakir dalam kitabnya Taariikh Madiinah Dimasq (IV/220-238) secara detail. Bahkan biografi dari masing-masing penulis wahyu tsb ditrerangkan kecuali riwayat Syarahbil bin Hasanah. Abul Qasim juga menyebut mereka adalah sosok-sosok yang dimaksud sebagai as-Sijill, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasai dari Ibnu Abbas; bahwa Sijill adalah mereka yang menulis wahyu yang diberikan kepada Nabi.

Ini berkenaan dengan firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 104:

يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ
“(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyaa: 104)

Ada juga yang berpendapat as-Sijill yang dimaksudkan adalah nama seorang juru tulis Rasulullah. Namun, hadits tersebut ditolak keshahihannya oleh al-Imam Abu Ja’far bin Jarir dalam Tafsirnya. Dia menjelaskan tidak pernah dikenal ada seorang juru tulis Nabi yang bernama Sijill bahkan juga tidak dikenal di kalangan para sahabat.

Ibnu Katsir menegaskan banyak kalangan huffazh atau ahli hadits yang juga menolak pendapat tersebut. Dia merangkum masalah ini dalam sebuah pembahasan khusus tentang 65 sekertaris Nabi Muhammad SAW.

[Sumber: ihram.co.id]


Sunday, June 20, 2021

Apakah YHWH Dalam Judaism Adalah ALLAH Dalam Islam? Sunday, June 20, 2021

Deretan pertanyaan di bawah ini sebetulnya wajar-wajar saja dan biasa-biasa saja. Siapapun yang pernah belajar teologi Kristen, sekalipun cuma sambil lalu, rasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Tapi kemudian menjadi cetar membahana tatkala kita membaca embel-embel di bawahnya yang berisi klaim dahsyat; jangankan cuma GM atau Prof. Menachem Ali sang pakar Judaismologi Indonesia, sedangkan para rabbi Yahudi kelas dunia sekondang kiyai Ben Abrahamson dan ustadz Tovia Singer saja sudah 15 tahun ini tidak mampu jawab!
 
Padahal, rasanya sih, buat para cantrik Sekolah Minggu Gus Mendem Dan Kawan Kawan sekalipun, pertanyaan model begini tidak akan membuat mereka menghabiskan waktu sampai lebih dari 15 menit untuk menjawabnya!
 
Tapi karena pemilik klaim dahsyat di atas, adik kita Kitri Dewi Trouerbach yang nampaknya merasa lebih Yahudi daripada para rabbi Yahudi sendiri secara khusus menyebut-nyebut nama GM sebagai salahsatu yang sampai mencret karena tidak sanggup menjawab pertanyaannya, maka walau enggan -- karena GM tidak suka meladeni perempuan berdebat -- mewakili para cantrik sekolah minggu, mari sama-sama kita lihat saja selama dan sekuat apa nantinya dia akan meliuk-liuk mempertahankan klaim dahsyatnya sendiri setelah pertanyaannya kita jawab dalam waktu kurang dari 15 menit!

Begini dia menulis daftar pertanyaannya:
Kalau YHWH Tuhan di Alkitab sama dengan ALLAH ilahnya Islam di Al Quran seperti kata rabbi Yahudi pujaan para muslim itu:

  1. YHWH punya Roh sendiri. Ke mana rohnya Allah di Al Quran yg dikisahkan keberadaannya di TaNaKh Kejadian 1:1-3?
  2. Hukum sudah ditetapkan, mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, kenapa berubah jadi ganti amal baik?
  3. Hukum sudah ditetapkan "mencuri ganti 4x lipat" mengapa berubah jadi potong tangan?
  4. YHWH punya Memra Yang Hidup, ke mana keberadaan Memra ini di Al Quran, kenapa cuma jadi kalimat mati yang untuk datang ke bumi harus digendhong makhluk bernama Jibril?
  5. YHWH sudah berkata "YHWH seh shemi l'olam" (YHWH itulah namaKu yang kekal) - Torah Keluaan 3:15, mengapa tiba-tiba berubah nama jadi Allah (QS 20:14) tanpa penjelasan apapun?
  6. YHWH berkenan dipanggil Bapa karena Dia terlebih dahulu memandang manusia sebagai anak-anak-Nya, mengapa setelah ribuan tahun tiba-tiba benci dan murka berat kalau ada manusia yg disebut anaknya dalam pengertian apapun? (QS 19:88-93)
Rabbi Yahudi idola para muslim seperti Ben Abrahamson, Tovia Singer, dsb juga profesor andalan muslim Menachem Ali sudah macet mencret tidak mampu menjawab. Gus Mendem juga sudah pernah saya ajukan pertanyaan yang sama, hasilnya sama-sama mencret macet, kok hari ini masih nekat pakai argumen yang sama. Itu namanya kebodohan.
Tafsir TaNaKh itu ada sendiri namanya Targum, ditulis dalam bahasa Aramaic, penulisannya diawasi oleh Nabi Haggai dam Nabi Maleachi - dan tidak ada di sana YHWH boleh dianggap sama dgn ilah lain yg nama-Nya bukan YHWH.

YANG SUDAH TERTULIS di Mazmur 96:5 TETAP TERTULIS sampai sekarang:
ILAH SEGALA BANGSA ADALAH BERHALA YANG HAMPA TETAPI YHWH SAJA YANG MENJADIKAN SHAMAYIM

Enam pertanyaan tantangan di atas sejak 15 tahun yang lalu sampai sekarang belum ada yang bisa menjawab, bukti bahwa YHWH adalah YHWH sebagaimana adanya YHWH. Allah ilahnya Islam adalah ilah lain yang bukan YHWH

Namanya beda, karakter beda, kehendak beda, bahkan sorganya beda.
 

Dan berikut ini adalah tanggapan 15 menit GM untuk enam pertanyaan versi lomba cerdas cermat siswa sekolah minggu tingkat kecamatan yang konon katanya sudah 15 tahun belum terjawab.

1. ROH ALLAH
Seperti dijelaskan juga oleh otoritas SabdaWeb Terjemah LAI yang menuliskan kata "Roh Allah" dalam Kejadian 1:1-3 tidak dimaknai oleh umat Yahudi sebagai ALLAH memiliki Roh seperti halnya manusia, sebagaimana yang diimani oleh mayoritas umat Kristen hingga dewasa ini. ALLAH yang diimani oleh umat Yahudi tidak serupa dengan apapun, apalagi sampai dianggap serupa dengan makhluk ciptaan-Nya sendiri yang hidup karena dikaruniai-Nya dengan roh (Kejadian 3:6).
 
Rukun Iman umat Yahudi menegaskan; 
 
" … Sang Khalik, terpujilah Nama-Nya, tidak berjasad, lepas dari segala sifat kebendaan, dan mustahil dibandingkan dengan apa pun jua." (Rukun Iman Yahudi No. 3).

Dalam kalimat-kalimat yang berbeda, Islam mengajarkan prinsip yang persis sama dengan pemahaman umat Yahudi tentang eksistensi ALLAH seperti di atas, antara lain tertuang dalam QS. 112:1-4. Sedangkan LAI menterjemahkan Kejadian 1:1-3 secara keliru sehingga menyebabkan mayoritas pengikut Paulus mempercayai bahwa Roh ALLAH adalah ALLAH. 
 
:: Penjelasan tentang ini dapat dicermati di sini

2. HUKUM MATA GANTI MATA, NYAWA GANTI NYAWA
ALLAH tidak pernah merobah Hukum Qishash, yaitu hukum balas mata ganti mata, nyawa ganti nyawa. Al-Quran menegaskan perkara ini dalam QS. 2:178-179 dan QS. 5:45 sedangkan tatalaksananya diatur dan dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah SAW yang terhimpun dalam Fiqh Qishash.
 
Justru para bapak moyang Kristenlah yang seenak perut mengganti Hukum Qishas dengan "Hukum Kasih" sekalipun sudah sangat jelas perbuatan itu melawan kehendak ALLAH yang disampaikan oleh nabi Yesus AS dalam Matius 5:29-30; Matius 18:8-9; Markus 9:43,45,47; dan Yohanes 8:7.

:: Lebih jelas simak pembuktiannya di sini:

3. HUKUM MENCURI, GANTI 4 KALI LIPAT
Supaya dipahami, hukum terhadap perbuatan mencuri dalam Bible tidak ada yang tetap atau hanya berpusat pada satu-satunya ketentuan, yaitu ganti 4 kali lipat saja. Konsekuensi dari mencuri adalah mengembalikan barang yang dicuri, ganti 2 kali lipat, ganti 4 kali lipat, atau ganti 5 kali lipat, semuanya sangat tergantung pada sikon dan objek yang dicuri. (lihat Imamat 6:2-4, Keluaran 2:27, Keluaran 22:1-4, dan Lukas 19:8).

Tetapi yang sudah jelas tetap dan pasti adalah, Keluaran 20:15 melarang mencuri, sebab mencuri adalah perbuatan dosa, dan dosa menyesatkan manusia.

Lalu, bagaimanakah nabi Yesus AS menyikapi perbuatan yang dilakukan oleh tangan-tangan para pencuri yang tersesat ini? Baca lagi Matius 5:29-30, Matius 18:8-9, dan Markus 9:43, 45, 47 di atas. Di sana ditegaskan bahwa bukan hanya tangan si pencuri yang harus dipotong, tapi matanya yang menyesatkan sehingga si pelaku menjadi pencuri juga harus dicungkil!

Dengan demikian, hukum potong tangan yang berlaku bagi para pencuri dalam ranah hukum Islam mau dituding menyalahi, atau mengganti hukum ALLAH yang mana dari hukum-hukum di atas?

Justru Islam lah yang secara konsekuen melaksanakan hukum-hukum ALLAH sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam kitab-kitab suci-Nya. Sementara mayoritas umat Paulus pura-pura buta-tuli berjamaah terhadap konsekuensi tuntutan hukum yang jelas-jelas tertulis di dalam kitabnya sendiri! 
 
4. MEMRA YANG HIDUP
Dalam tradisi Rabinik, kata "Memra" tidak pernah dimaknai sebagai wujud Allah dalam rupa apapun seperti yang divisualisasikan dalam injil-injil kanonik sebagai Teofani. Memra adalah padanan kata dari Ma'amar, Dibbur, atau Logo yang secara sangat eksklusif hanya dihubungkan dengan firman.

Dalam Targum, Memra didefinisikan sebagai firman dalam artian "kata atau ucapan ALLAH yang kreatif atau direktif yang memanifestasikan kuasa-Nya di dunia materi atau pikiran." Istilah ini digunakan terutama sebagai "pengganti Tuhan" ketika ekspresi antropomorfik harus dihindari (lihat lagi Rukun iman Yahudi ke-3 di atas).

Jadi, karena pada prinsipnya Memra adalah firman ALLAH, tentu saja segala interpretasi yang menyebut memra "menampakkan diri secara fisik" kepada manusia adalah pemikiran konyol yang secara frontal melawan definisi Memra itu sendiri! Memangnya siapa manusia di dunia ini yang pernah melihat suara atau kata-kata yang keluar dari mulut manusia lainnya, apalagi melihat kata-kata atau firman yang keluar dari sisi ALLAH?

Lalu, bagaimana sebenarnya "Memra" ini berinteraksi dengan manusia?
Sebagai contoh, baca baik-baik kisah percakapan Musa dengan Allah dalam Keluaran 3:2-14.

Yang berbicara (mentransmisi Firman, Memra, Ma'amar, Dibbur, Logo) di sana adalah ALLAH tapi DIA tidak pernah hadir secara fisik melainkan senantiasa melalui perantara Malaikat-Nya, yang atas izin dan kuasa-Nya, dapat berobah bentuk menjadi apa saja. Proses transmisi firman seperti inilah yang berlaku pada setiap nabi dan rasul ALLAH, termasuk kepada nabi Yesus AS dan nabi Muhammad SAW dalam berbagai bentuk interaksi yang bervariasi.
 
:: Simak penjelasan detil tentang Memra menurut Jewish Ensiclopedy di sini:

5. NAMA YHWH 
YHWH, dalam kitab Ibrani ditulis יְהוָ֞ה dibaca Yahweh, dan 16 nama-nama ALLAH lainnya dalam bahasa ibu nabi Yesus AS ini diakui oleh para rabbi Yahudi jaman now merujuk pada satu-satunya sosok yang sama, yaitu ELOHE, atau ALLAH dalam bahasa Al-Quran. Dan ALLAH memberi petunjuk perihal "perbedaan" penyebutan nama-Nya ini dalam salahsatu firman-Nya,

"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. …." (QS. 14:4)

Itu sebabnya kenapa umat Islam tidak menyebut ALLAH dengan kata YAHWEH, begitu pula sebaliknya, umat Yahudi juga tidak menyebut YAHWEH dengan kata ALLAH, sebab kedua umat ini mengenal ALLAH yang sama tapi dalam bahasa nabi dan rasulnya masing-masing.

Kendati demikian, dengan sedikit menggunakan akal sehat, penjelasan berbasis studi linguistik tentang proses terjadinya perbedaan penyebutan nama ALLAH di antara dua bangsa Semitik yang bersaudara ini sebenarnya mudah untuk dipahami.
 
:: Pelajari penjelasannya di sini:

6. YHWH MENJADI BAPA MANUSIA? 
Torah, Mazmur, dan Injil (baca: bukan Bibel) adalah kitab-kitab suci dari ALLAH yang diturunkan melalui Nabi Musa AS, nabi Dawud AS, dan nabi Yesus AS khusus dan sangat terbatas hanya untuk Bani Israel. Dengan demikian, segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab-kitab tsb sejatinya merupakan "urusan internal" antara ALLAH dengan bangsa Yahudi saja. Tidak ada urusannya dengan bangsa lain di luar ke-12 suku bangsa Yahudi.

Jika di dalam kitab-kitab tsb didapati interpretasi kausal antara "Bapa dan anak-anak ALLAH", maka harap dicatat! Menurut para rabbi jaman now, bangsa Yahudi sendiri memahaminya bukan dalam arti literal, melainkan sebagai gelar untuk orang-orang saleh yang dekat dengan Allah, atau sebaliknya.

Kendati demikian, perlu dicatat bahwa kita tidak pernah tahu apakah memang benar ALLAH mengijinkan manusia menganggap DIA sebagai "Bapa Manusia" seperti tertulis dalam Bible yang kita baca hari ini, karena khususnya kitab-kitab yang dianggap sebagai Perjanjian Lama di mana terms ini banyak ditemui adalah hasil salin ulang dari berbagai sumber yang dimulai pengerjaannya antara tahun 470 - 500 SM, ratusan tahun setelah kitab-kitab aslinya sendiri sudah musnah seiring berjalannya waktu, atau hilang entah kemana.
 
:: Salahsatu referensi terkait isu ini bisa dipelajari di sini

Di sisi lain, Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui nabi Muhammad SAW bukan untuk bangsa Yahudi atau bangsa Arab saja, tapi untuk seluruh umat manusia. Jadi, adalah pemikiran yang salah dan jelas-jelas konyol bila ada umat Paulus yang beranggapan bahwa secara normatif Al-Quran harus tunduk pada Bible Kristen dan membatasi ruang lingkupnya sesempit dunia PL dan PB saja.

Lagipula, aturan siapa yang menentukan segala sesuatu yang tertulis dalam Al-Quran harus merujuk pada Bible buatan bangsa pagan Yunani yang tidak pernah disebut-sebut, baik dalam Torah, Mazmur, Injil, apalagi Al-Quran yang sama-sama berasal dari ALLAH?

Al-Quran, di samping mengajarkan ribuan aspek terkait hubungan kausal antara ALLAH dengan umat manusia dan antar sesama umat manusia sendiri, salahsatu yang ditegaskan oleh ALLAH di dalamnya adalah anggapan ahlulkitab (umat Yahudi dan Kristen) tentang "anak-anak ALLAH" yang sangat tendensius menyesatkan pembaca untuk memahaminya secara keliru. Terms "anak-anak ALLAH" ini bahkan berpotensi dijadikan pembenar oleh orang-orang yang disesatkan tsb bahwa ALLAH adalah "Bapa Manusia". Al-Quran menegaskan ini adalah PEMAHAMAN YANG SALAH! (lihat QS. 112:1-4 dan QS. 5:18 atau lihat lagi jawaban untuk pertanyaan pertama di atas).

Penegasan Al-Quran tsb mengindikasikan bahwa klaim "Bapa dan anak-anak ALLAH" dalam tradisi baca Bible cukup punya alasan untuk dicurigai sebagai pekerjaan "tangan-tangan jahil para pemilik pena palsu", alias bukan berasal dari ALLAH.
 
:: Lihat penjelasannya di sini

Adapun manifestasi puncak dari teologi Islam dan Yahudi adalah TAUHID, yakni pemahaman secara sempurna disusul dengan pengakuan secara absolut bahwa ALLAH tidak bersekutu dengan apapun dan tidak boleh disekutukan dengan apapun, diakhiri dengan sepenuh ketundukan bahwa tidak ada ilah lain yang berhak untuk disembah kecuali ALLAH.

Itulah sebabnya kenapa baik ajaran Judaisme maupun Islam sama-sama menyatakan dengan tegas bahwa penyembahan terhadap tuhan lain, seperti yang dilakukan oleh umat Kristen bentukan Paulus, misalnya, adalah PENYEMBAHAN TERHADAP BERHALA.

Hal ini mudah dibuktikan dengan melihat fakta bahwa umat ini memang menjadikan replika tiang salib (yakni bentuk pahatan, baik dengan atau tanpa patung yang dianggap sebagai sosok Yesus di atasnya) sebagai media atau perantara penyembahan terhadap ALLAH LAIN yang bukan YHWH umat Yahudi dan bukan pula ALLAH umat Islam.

Kenapa kedua umat ini menyebut sesembahan Kristen sebagai ALLAH LAIN?
Karena ALLAH dalam perspektif Kristen tidak sama dengan ALLAH umat Yahudi atau ALLAH umat Islam sebagaimana sudah dijelaskan dalam jawaban ringkas untuk pertanyaan pertama di atas!

Jadi, jemaat Paulus dari denom manapun yang hari gini masih pedegeje (percaya diri gak jelas) mengaku-ngaku ber-ALLAH-kan YHWH tapi menafsirkan eksistensi YHWH secara suka-suka dan menyimpang dari apa yang sudah menjadi keyakinan turun temurun umat Yahudi bahkan sejak 17 abad sebelum Kristen sendiri lahir, jelas bukan merujuk kepada YHWH yang disembah oleh umat Yahudi, atau ALLAH yang disembah oleh umat Islam, tapi kepada YHWH KW2 alias YHWH Palsu!

Dengan demikian tentu saja sangat beralasan bila umat bentukan Paulus ini meyakini bahwa YHWH mereka adalah ALLAH yang berbeda dengan ALLAH umat Islam -- termasuk ALLAH umat Yahudi -- karena karakternya memang beda, kehendaknya juga beda, bahkan sorganya pun beda.

Nah, bicara tentang sorga, maka perlu disadari bahwa karena sorga milik YHWH umat Yahudi atau sorga milik ALLAH umat Islam adalah satu-satunya sorga yang sama di akhirat sana, demikian pula halnya dengan neraka-Nya, maka kelak kita semua hanya akan ditempatkan di salahsatu dari dua wilayah maha dahsyat ini untuk hidup selama-lamanya sebagai ganjaran atas segala perbuatan selama hidup di dunia.
Karena itu, sorga mana lagi yang boleh disebut sebagai "sorga yang berbeda" dengan sorga milik ALLAH atau milik YHWH, selain neraka?
Illustrasi di atas ini melukiskan bagaimana "kedekatan" para Rabbi Yahudi dengan "saudara" mereka yang Muslim di tanah Yudea sendiri, yang menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak punya masalah dengan perbedaan sebutan -- atau nama -- satu-satunya Tuhan yang benar, yang selama ini sama-sama mereka sembah.


Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!

Note: Original post dan dolah-dalihnya dapat disimak di sini.

Thursday, January 21, 2021

Islamophobia in western media is based on false premises Thursday, January 21, 2021

Although anti-Muslim sentiments certainly existed long before 2001, the Sept. 11 terrorist attacks and the response to them intensified anti-Muslim tropes, namely the presumption that Islam is inherently violent or that Muslims have a propensity for terrorism. Since 9/11, specific individuals have turned Islamophobia into an industry, scapegoating Muslims to further their own agendas.

Like other forms of intolerance, however, Islamophobia can be objectively assessed. Empirical studies are an effective means of exposing this prejudice, one that plagues both sides of the political spectrum.
Anti-Muslim rhetoric

The rhetoric of Canadian conservative author Mark Steyn is typical of right-wing Islamophobia. For instance, Steyn claims that “most Muslims either wish or are indifferent to the death of the societies in which they live.”

Likewise, Dutch politician and right-wing populist Geert Wilders refers to the Qur’an as “a source of inspiration for, and justification of, hatred, violence and terrorism in the world, Europe and America.” British conservative political commentator Douglas Murray suggests that to reduce terrorism, the United Kingdom requires “a bit less Islam.”


Prominent left-wing commentators also contribute to the same scaremongering stereotypes as their conservative counterparts. For example, American neuroscientist and new atheist Sam Harris asserts that “there is a direct link between the doctrine of Islam and Muslim terrorism.”

Similarly, American comedian and television producer Bill Maher believes that there is a “connecting tissue” of intolerance and brutality that binds 1.6 billion Muslims to terrorist groups like ISIS. And Somali-born Dutch American activist and writer Ayaan Hirsi Ali states that “violence is inherent in the doctrine of Islam.”

None of these characterizations, however, are sufficient from a scholarly viewpoint. Self-evident positions and gross exaggerations tend to detract from the main issue: whether the depiction of Muslims as violent extremists is misleading.
Most Muslims reject violent extremism

Globally speaking, Muslims overwhelmingly reject suicide bombings and other forms of violence against civilians in defence of Islam. Studies found that Muslims view such extremism as rarely or never justified, including 96 per cent in Azerbaijan, 95 per cent in Kazakhstan, 92 per cent in Indonesia and 91 per cent in Iraq.

The 2016 report What Muslims Want, the most extensive research of British Muslims ever conducted, found that nine of 10 British Muslims reject terrorism outright. When asked “To what extent do you sympathize with or condemn people who commit terrorist actions as a form of political protest,” 90 per cent condemned these actions, five per cent didn’t know and three per cent neither condemned nor condoned political acts of terror.

That’s hardly “most Muslims,” as Steyn contends.

Protestors at a public rally carrying an anti-racism banner on Sept. 5, 2020 in Newcastle, U.K. (Shutterstock)

When a large-scale global survey asked if “attacks on civilians are morally justified,” similar results were found when comparing Muslim attitudes to the general public in France, Germany and the United Kingdom. In fact, the responses were almost indistinguishable: French public (one per cent) versus Muslims in Paris (two per cent); German public (one per cent) versus Muslims in Berlin (0.5 per cent); and British public (three per cent) versus Muslims in London (two per cent).

In North America, research outcomes were strikingly similar. In a 2016 Environics Institute survey, only one per cent of Canadian Muslims endorsed the following statement: “many” or “most” Muslims in Canada support violent extremism. When asked if killing civilians for political, social or religious reasons can ever be justified, a 2017 Pew Research Center survey found that 84 per cent of American Muslims confirmed that it is “never/rarely” justifiable.

Because 12 per cent of American Muslims replied that violence against civilians can be “sometimes/often” justified, anti-Muslim activists argue that hundreds of thousands of Muslims remain radicalized. The qualitative responses of Muslims are quite revealing in this regard: violence is permitted if attacked, both as individuals and as a nation. In other words, in self-defense. When the U.S. general public was surveyed, their answers were practically identical: 83 per cent and 14 per cent respectively.

Contrary to Maher’s belief that the world’s Muslims support terrorist organizations like ISIS, most people in countries with significant Muslim populations have an overwhelmingly negative view of ISIS, including virtually 100 per cent of respondents in Lebanon, 94 per cent in Jordan and 84 per cent in the Palestinian territories (10 per cent of Palestinians had no opinion of ISIS).
False assumptions

Islamophobia is an apt term for classifying inaccurate assumptions concerning Muslims and Islam. Those forwarding an anti-Muslim agenda believe that their viewpoints are coherent, but as Eli Massey and Nathan J. Robinson point out, the function of a prejudice “leads us to believe that our generalizations are based on reason and evidence, even when reason and evidence actually point in an entirely different direction.”

The main assertion that Muslims largely support extremist violence is groundless. Because Islamophobia distorts the western image of Muslims, scientific studies serve as an important corrective in two important ways. First, they expose Islamophobic attitudes that have gripped the West since 9/11 and second, they help to decrease the spread of anti-Muslim vitriol by providing a rational forum for discussion.



Professor, Sociological and Anthropological Studies, L’Université d’Ottawa/University of Ottawa -  The Conversation


Sunday, January 3, 2021

Banjir Nuh versi Alkitab vs versi Al-Quran Sunday, January 3, 2021


Catatan menarik dari potongan riwayat banjir Nuh versi Al-Quran dan versi Bibel
 
PERTAMA, Al-Quran mengatakan banjir Nuh menenggelamkan umat beliau yang kafir dan yang beriman di selamatkan. Sedangkan banjir yang sama dalam Bibel menenggelamkan bumi dan membunuh seluruh mahluk hidup, kecuali yang berada dalam bahtera nabi nuh.

Fakta dari sains modern menunjukkan tidak ada bukti secuilpun bahwa seluruh bumi pernah di genangi air, dan logikanya,.jika bumi dipenuhi oleh air mka pertanyaanya; darimana datangnya air tsb dan ke mana pula hilangnya?

KEDUA, Riwayat banjir Nuh dalam Al-Quran tidak kontradiktif dengan ayat-ayat lainnya sedangkan dalam Bibel banyak ditemui kintradiksi.

KETIGA, Dalam Al-Quran banjir Nuh tidak menyisakan kritik apapun sebab memang tidak bertentangan dengan fakta. Sedangkan dalam Bibel banjir Nuh yang konon katanya melenyapkan seluruh kehidupan, tapi faktanya peristiwa itu terjadi bersamaan dengan masa tumbuhnya kerajaan Mesir dan Babylonia, dan di berbagai tempat ditemui catatan sejarah dan peninggalanya yang membuktikan tidak pernah terjadi banjir sedahsyat banjir Nuh.

KEEMPAT, Tidak ada kejanggalan dalam Al-Quran tentang cerita ini, tapi dalam Bibel meninggalkan banyak kejanggalan, antara lain, Abraham lahir 292 tahun sesudah banjir Nuh tapi pada jaman Abraham kehidupan manusia sudah pulih kembali dan sudah banyak kerajaan disana sini. Mungkinkah rentang waktu hanya 292 tahun memulihkan jumlah ras manusia yang konon katanya hanya tersisa seberapa pasang saja menjadi jutaan manusia dan dengan gemilang membangun puluhan kerajaan?

A. Kejanggalan Periwayatan Menurut Bibel

  • Mengapa cerita ini sampai dua kali menyatakan bahwa manusia telah menjadi jahat tetapi bahwa Nuh akan diselamatkan (Kejadian 6:5–8; 6:11–13)?
  • Apakah Nuh diperintahkan untuk memasukkan sepasang dari masing-masing binatang yang tidak haram ke dalam Bahtera (Kej. 6:19–20) ataukah tujuh pasang (Kejadian 7:2–3)?
  • Apakah banjir itu berlangsung empat puluh hari (Kejadian 7:17) atau 150 hari (Kejadian 7:24)?
  • Apa yang terjadi dengan burung gagak yang dikeluarkan dari Bahtera pada saat yang bersamaan dengan burung merpati itu dan "terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi" sekitar dua atau tiga minggu berikutnya (Kejadian 8:7)?
  • Mengapa naratif ini tampaknya mempunyai dua titik akhir yang logis (Kejadian 8:20–22 dan 9:1–17)?

B. Lama Dan Waktu Terjadinya banjir 

Di sini kita harus menambahkan bahwa lamanya banjir itu berbeda menurut sumbernya. Sumber Yahwist mengatakan 40 hari, sedangkan sumber Sakerdotal mengatakan 50 hari. Sumber Yahwist tidak memastikan pada umur berapa banjir itu dialami oleh Nuh, tetapi sumber Sakerdotal mengatakan bahwa banjir itu terjadi ketika Nuh berumur 600 tahun. 

Sumber Sakerdotal juga memberi penjelasan tentang tahun terjadinya banjir yaitu dengan tabel silsilahnya, baik dari sisi Adam maupun dari sisi Abraham. 

Oleh karena menurut perhitungan yang dilakukan atas dasar Kitab Kejadian, Nuh dilahirkan 1.056 tahun sesudah Adam (silahkan lihat tabel silsilah Abraham) maka banjir terjadi 1.656 tahun sesudah penciptaan Adam. Akan tetapi dilihat dari sisi Abraham, Kitab Kejadian mengisahkan terjadinya banjir pada 292 tahun sebelum lahirnya Abraham. 

Menurut Kitab Kejadian, banjir telah menenggelamkan seluruh umat manusia berikut seluruh makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan sehingga kemudian semuanya mati di atas bumi. Setelahnya, kemanusiaan kemudian dibangun kembali, dimulai dari tiga orang putra Nuh dan isteri-isteri mereka sedemikian rupa, sampai tiga abad kemudian lahirlah Abraham. Adapun Abraham mendapati umat manusia pada masa itu sudah pulih kembali dalam kelompok bangsa-bangsa. Bagaimana mungkin dalam waktu yang relatif singkat, umat manusia yang nyaris punah dapat pulih kembali?

Fakta-fakta di atas ini praktis menghilangkan kepercayaan kita kepada Bibel yang nampaknya meriwayatkan peristiwa banjir tersebut secara sangat sembrono. Di samping itu, bukti-bukti sejarah menunjukkan pula ketidakserasian periwayatan Bibel tersebut dengan ilmu pengetahuan modern. Para ahli sejarah memperkirakan Abraham hidup  pada kisaran tahun 1.800 s.d 1.850 SM. Jika banjir terjadi 3 abad sebelum kelahiran Abraham seperti yang diterangkan oleh Kitab Kejadian dalam silsilah keturunan para Nabi, ini berarti bahwa banjir terjadi pada abad ke-21 atau ke-22 SM. sedangkan pada waktu itu, menurut catatan sejarah modern, di beberapa tempat di dunia ini tengah bermunculan berbagai peradaban manusia yang bekas-bekasnya masih dapat kita telusutri. 

Masa itu,  bagi Mesir merupakan periode sebelum Kerajaan Pertengahan (tahun 2.100 SM), kira-kira zaman peralihan pertama sebelum dinasti kesebelas, juga merupakan periode dinasti ketiga yang berkuasa di kota Ur atau Babylon.

Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada keterputusan dalam perkembangan kebudayaan umat manusia, jadi tidak ada pemusnahan ras manusia seperti yang dihayalkan oleh para pengarang dan editor Bibel.

C. Banjir Nuh versi Bibel Dan Kritik Yang Ditimbulkannya

Penyelidikan tentang riwayat Banjir menurut Perjanjian Lama dalam paparan ini telah membawa kita pada pernyataan-pernyataan seperti berikut:

Dalam Bibel tidak hanya terdapat satu riwayat tentang banjir ini, akan tetapi ada dua riwayat yang disusun dalam waktu yang berbeda:

Riwayat Yahwist dibuat pada abad ke-9 SM, sedangkan riwayat para pendeta (Sakerdotal), dibuat pada abad  ke-6  SM. Riwayat ini dinamakan “Sakerdotal” karena dibuat oleh pendeta-pendeta pada waktu itu. Dua riwayat tersebut tidak disusun terpisah akan tetapi bercampur; unsur-unsur riwayat yang satu dicampur dengan unsur-unsur riwayat yang lain, dalam paragraf-paragraf yang sebagian berasal dari riwayat yang satu dan sebagian lagi berasal dari riwayat yang lain.

Tafsiran Terjemahan kitab Kejadian karangan R.P. de Vaux, Guru Besar Sekolah Bible di Yerusalem menunjukkan pembagian daripada paragraf-paragraf antara dua sumber tersebut secara sempurna. 

Riwayat Banjir ini dimulai dan diakhiri dengan paragraf Yahwist. Dalam riwayat itu ada 10 paragraf Yahwist. Di antara tiap paragraf dengan lainnya, diselipkan sebuah paragraf Sakerdotal. Jadi jumlah paragraf Sakerdotal adalah sembilan. Mosaik teks tersebut tidak menunjukkan keserasian kecuali dari segi urutan riwayat, oleh karenanya terdapat kontradiksi-kontradiksi besar antara dua sumber tersebut. RP. de Vaux menulis: “itu adalah dua sejarah tentang Banjir.” 

Banjir dalam dua riwayat tersebut penyebabnya adalah faktor-faktor yang berlainan, dan lamanya waktu kejadian juga berlainan. Nuh dalam dua riwayat itu juga memuat ke dalam bahteranya beberapa jenis hewan yang jumlahnya juga berlainan.

Menurut pengetahuan modern, dalam keseluruhan riwayat banjir yang tertulis dalam Bibel tidak dapat diterima, karena dua alasan:

Perjanjian Lama melukiskan banjir itu melanda seluruh dunia. Tapi  paragraf-paragraf dari sumber-sumber Yahwist tidak menyebutkan waktu terjadinya banjir, sedangkan riwayat Sakerdotal menyebutkan suatu waktu yang menurut sejarah, banjir yang melanda seluruh permukaan bumi semacam itu tidak mungkin bisa terjadi.

Argumentasi yang menguatkan pendapat tersebut adalah seperti berikut: 
Riwayat Sakerdotal mengatakan bahwa Banjir terjadi ketika Nuh berumur 600 tahun. Kita mengetahui bahwa menurut silsilah keturunan dalam fasal 5 dari kitab Kejadian (juga menurut sumber Sakerdotal seperti disebutkan sebelumnya), Nuh lahir 1.056 tahun sesudah Adam. Dengan begitu maka Banjir itu terjadi pada tahun 1.656 sesudah penciptaan Adam. Di lain pihak, silsilah keturunan Abraham dalam kitab Kejadian (11, 10-32) menurut sumber yang sama memberi kesan kepada kita bahwa Abraham lahir 292 tahun sesudah banjir. Kita juga mengetahui bahwa Abraham hidup sampai kira-kira tahun 1850 S.M. Dengan begitu maka Banjir terjadi pada abad ke-21 atau ke-22 SM.
Lalu, bagaimana kita dapat mebayangkan Banjir luar biasa besar yang menenggelamkan dan membinasakan seluruh penghidupan di atas permukaan bumi (kecuali penumpang bahtera Nuh) terjadi pada abad ke-21 atau abad ke -22 SM, sedangkan menurut catatan sejarah justru pada waktu itu di beberapa bagian bumi ini tengah bekembang berbagai peradaban manusia yang bekas-bekasnya msih dapat kita lihat sampai sekarang. 

Bagi Mesir, umpamanya, waktu itu adalah zaman yang menyaksikan berakhirnya Kerajaan lama dan dimulainya Kerajaan Baru. Jika kita kembali ke catatan sejarah, tentu saja aneh sekali rasanya untuk mengatakan bahwa pada masa itu segala peradaban manusia telah dimusnahkan oleh Banjir. 

Dengan begitu maka dari segi sejarah, kita dapat mengatakan bahwa riwayat Banjir dalam Bibel sangat bertentangan dengan pengetahuan modern. Adanya dua riwayat berbeda untuk peristiwa yang sama adalah bukti yang nyata tentang manipulasi manusia terhadap Bibel.


Riwayat Al-Quran Tentang Banjir Nuh

Al-Qur’an menyajikan versi keseluruhan yang berlainan dan tidak menimbulkan kritik dari segi sejarah. Al-Qur’an tidak memberikan riwayat Banjir yang kontinyu/berkepanjangan. Beberapa ayat membicarakan hukuman yang diberikan kepada umat Nabi Nuh. Riwayat yang paling lengkap adalah: Surat 11 ayat 25 s/d 49, Surat 71 yang dinamakan surat Nuh mencerita-kan Nuh memberi nasehat kepada umatnya, begitu juga terhadap Surat 26 ayat 105 s/d 112.

Tetapi sebelum menyelidiki kejadian itu, kita perlu menempatkan Banjir yang diriwayatkan oleh Al-Qur’an dalam hubungannya dengan hukuman-hukuman Tuhan yang ditimpakan kepada kelompok-kelompok yang salah karena menyalahi perintah-Nya.

Jika Bibel menceritakan banjir dunia untuk menghukum seluruh kemanusiaan yang tidak patuh, sebaliknya Al-Qur’an menceritakan bermacam-macam hukuman yang dikenakan kepada kelompok-kelompok tertentu. Surat 25 ayat 35 s/d 39 sebagai contoh;

Allah berfirman,

“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai pembantu. Kemudian kami berfirman kepada keduanya: “Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat kami.” Lalu Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya. Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (ceritera) mereka itu pelajaran bagi munusia dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih. Dan (begitu pula Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Tsamud dan penduduk Rass* dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (QS. Al Furqaan: 35-39)

Surat 7 ayat 59 s/d 93 mengingatkan kepada hukum-hukum Tuhan yang menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, Lut, dan Madyan, secara terpisah.

Dengan begitu maka Al-Qur’an menggambarkan Banjir sebagai suatu hukuman yang khusus untuk kaumnya Nuh. Ini merupakan perbedaan pertama yang pokok antara kedua riwayat.

Perbedaan pokok kedua adalah bahwa Al-Qur’an tidak menempatkan Banjir dalam suatu waktu dan tidak menerangkan berapa lama Banjir itu berlangsung. Sebab-musabab Banjir yang di hikayatkan Bibel dan Al-Qur’an hampir sama.

Riwayat Sakerdotal (Kejadian 7, 11) menyebutkan dua hal: sumber-sumber air memancarkan air banyak sekali, dan langit mencurahkan air yang kemudian bertemu dengan air lautan dimana Al-Qur’an menyebutkannya dalam Surat 54 ayat 11 dan 12, sebagai berikut:

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air maka bertemulah air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al-Qamar: 11-12)

Al-Qur’an sangat jelas dalam menyebutkan isi perahu; Tuhan memberi perintah kepada Nuh dan perintah itu dilaksanakan secara tepat dengan menempatkan dalam perahu beberapa jenis binatang yang akan berlangsung kehidupannya. 

Allah berfirman,

“Hingga bila perintah Kami datang dan dapur (permukaan bumi) telah memancarkan air, Kami berfirman: Muatkanlah kedalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina) dan keluargamu, kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan Kami terhadapnya dan (muatkanlah) pula orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.” (QS. Huud: 40)

Seorang anak Nuh yang mendapat laknat Tuhan telah dikecualikan. Dalam hal ini ayat 45 s/d 46 dari surat tersebut menceritakan bahwa permohonan Nuh kepada Allah tidak dapat merubah keputusan Tuhan. Al-Qur’an menyebutkan bahwa di atas perahu, di samping keluarga Nuh minus anaknya, terdapat pula beberapa penumpang yang percaya kepada Tuhan.

Bibel tidak menyebutkan orang-orang itu di antara para penumpang-penumpang perahu. Menurut riwayat Sakerdotal: Nuh, keluarganya sendiri dengan tak ada kecualian, dan sepasang dari tiap-tiap jenis binatang. Riwayat Yahwist membedakan antara binatang-binatang suci dan burung di satu pihak dan di lain pihak binatang-binatang yang tidak suci. (terkait binatang suci, bahtera itu memuat 7 dari tiap jenis jantan dan betina, dan yang tidak suci hanya satu pasang). Menurut ayat Yahwist yang sudah dirobah (Keluaran 7, 8), sepasang dari tiap-tiap jenis, baik yang suci maupun yang tidak suci.

Riwayat banjir itu sendiri dimuat dalam Al-Qur’an surat 11 ayat 25 s/d 49, dan surat 23 ayat 23 s/d 30. Riwayat Bibel tidak menunjukkan perbedaan yang berarti tentang tempat perahu itu berhenti, menurut Bibel adalah di gunung Ararat (Kejadian 8, 4), sementara menurut Al-Qur’an tempat itu adalah Joudi 

Allah berfirman,

“Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Joudi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang
yang zalim .” (QS. Huud: 44)

Gunung Joudi ini adalah puncak tertinggi dari gugusan gunung Ararat di Armenia; tetapi tak dapat dijamin bahwa tak ada perubahan nama-nama untuk menyesuaikan antara kedua riwayat. 

R. Blachere berpendapat seperti itu. Menurut dia, banyak nama Joudi di Arabia, jadi persamaan nama mungkin buat-buatan. 

Secara definitif, terdapat perbedaan antara riwayat Quran dan riwayat Bibel.
Perbedaan-perbedaan itu ada yang tak dapat diselidiki secara ilmiah karena tak ada data-data positif, sementara jika kita harus menyelidiki riwayat Bibel dengan perantaraan data-data yang jelas, kita dapat menyatakan bahwa dalam meriwayatkan banjir dalam waktu dan tempat riwayat, Bibel sudah jelas tidak sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan pengetahuan modern , sebaliknya, riwayat Al-Qur’an bersih dari segala unsur yang menimbulkan kritik secara objektif. 

dalam kurun waktu antara riwayat Perjanjian Baru dengan kurun waktu riwayat Al-Qur’an apakah manusia secara umum pernah memperoleh informasi yang menyajikan penjelasan yang benar tentang peristiwa banjir tsb? 

Jawaban atas pertanyaan itu adalah “Tidak!” 
Mereka menjawab demikian karena selama ini hanya bergantung pada informasi yang tertulis dalam Perjanjian Lama, karena satu-satunya dokumentasi yang dimiliki oleh umat ini tentang sejarah kuno hanya terdapat pada Perjanjian Lama.

Oleh karenanya, jika faktor manusia tidak dapat menjelaskan perubahan dalam riwayat ini, yakni perubahan yang sesuai dengan pengetahuan modern, maka kita harus menerima penjelasan lain, yaitu: faktor itu adalah wahyu yang datang kemudian, setelah wahyu sebelumnya yang sudah ditulis dalam Bibel mengalami perobahan di sana-sini oleh tangan-tangan jahil para penyesat yang tidak bertanggungjawab!


[Sumber: Amar Ma'ruf Nahi Munkar | Diperbaharui 3 Januari 2021]


Saturday, January 2, 2021

Al-Quran, Tentang pengertian Kalimatullah Saturday, January 2, 2021

Ada pertanyaan dari penginjil yang menuntut penjelasan dari Muslim walaupun pada dasarnya cuma dimaksudkan untuk memaksakan sebuah pemahaman keliru bahwa Nabi Isa Alayhisalam adalah Tuhan, atau Isa Almasih adalah Allah. 

Mereka mendasari pemahaman sesat itu melalui ayat ini,

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا

"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisa':171)

Ayat ini kerapkali digunakan oleh para evangelis untuk mendukung ketuhanan Isa Al Masih Alayhi salam (Jesus pbuh) dengan menitikberatkan konsentrasinya hanya pada dua kata saja, sementara rangkaian kata lainnya yang membentuk keutuhan kalimat diabaikan begitu saja.

Kita sudah lama maklum bahwa mereka memang suka memenggal ayat-ayat Al-Quran  dengan mengutip satu bagian, atau bagian-bagian tertentu saja, dan meninggalkan bagian lainnya demi kelancaran proses dusta mereka. Oleh karena itu dalam tela'ah ini ayat dimaksud sengaja disalin secara utuh seperti tertulis di atas. 

Perhatikan kalimat dalam cetak tebal. Sebenarnya ayat tersebut justru menguatkan bahwa Yesus bukan Tuhan!

Tapi, ya, sudahlah!  Para salesmen produk kadaluarsa berlabel "ajaran kasih" Kristen ini memang gemar mengkorupsi ayat sesuai dengan keinginan mereka dengan tujuan membuat fitnah atas ayat-ayat tersebut. Hal yang sudah biasa dan lumrah terjadi di dunia maya maupun dunia nyata.

Dengan mengulas sedikit saja makna Kalimatullah berikut ini, sebetulnya sudah tidak perlu lagi dijelaskan apa itu Ruhullah, yang juga merupakan kata andalan para penggiat kristenisasi yang mengklaim Yesus adalah tuhan, karena memang seharusnya dimaknai menurut kaidah bahasa yang sama. 

Kata kalimatullah yang dimaksud dalam ayat di atas berasal dari bunyi ayat: وَكَلِمَتُهُ (Kalimat-Nya, Kalimatullah).

Bagaimanakah memahami kata ini menurut kaidah bahasa aslinya?
Kalimatullah adalah bentuk kata Idhafah, artinya adalah “kalimat” yang di-mudhafkan (disandarkan) pada kata Allah. Artinya adalah kalimat yang disampaikan atau diucapkan oleh Allah, karena ada dua kata yang menjadi satu, yakni kata “Kalimat” (sebagai mudhaf) dan kata “Allah” (sebagai mudhaf ilaih).

Kalimat bukan Allah, dan Allah bukan kalimat
Seperti misalnya ketika saya berkata-kata, maka kata-kata saya bukan saya dan saya juga bukan kata-kata saya. Contoh kata bentuk Idhafah lainnya sebut saja misalnya بَيْتُ الله (Baitullah). Artinya adalah rumah Allah. Kata “baitun” di-mudhaf-kan pada kata Allah di sini bukan berarti bahwa rumah adalah Allah atau Allah adalah rumah. Jelas ya?

Nah, setelah mengerti bahwa kalimatullah adalah kata bentukan Idhafah, maka mari kita kenali apa sih sesungguhnya arti “kalimatullah” dalam ayat di atas?
Kalimatullah berasal dari kata “kalimat” dan "Allah" yang dalam bahasa Arab berarti “kata” dan "Allah". Perlu dicatat bahwa Arti "kalimat" dalam bahasa Arab berbeda dengan "kalimat" dalam bahasa Indonesia. Jika dalam bahasa Arab kalimat berarti "kata", maka dalam bahasa Indonesia artinya adalah "kumpulan kata." Sedangkan “kumpulan kata”, dalam bahasa Arab disebut “jumlah”.
Jangan bingung!
Supaya lebih jelas, saya ulangi. Dalam bahasa Arab, kalimat artinya kata, sedangkan jumlah artinya kumpulan kata (yang membentuk kalimat).  Jadi, menurut kaidah bahasa Arab, maksud dari kata “kalimat” yang tertulis dalam ayat di atas adalah satu kata. Bukan rangkaian kata seperti pengertiannya dalam bahasa Indonesia. Lebih spesifik lagi, artinya adalah satu kata dari Allah.

Kata apakah itu?
Dari sedikit penjelasan di atas, mari sama-sama kita lihat kata “kalimat" yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Maryam. Perhatikan bunyi ayat: وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ.  Ada kata "kalimat" dari Allah di sana. Lantas,  kalimat atau satu kata apakah yang disampaikan Allah kepada Maryam sehingga Maryam menjadi hamil padahal dia belum pernah "disentuh" oleh laki-laki manapun juga?

Kata yang dimaksud itu sesungguhnya sudah diterangkan pada ayat sebelumnya, saat Maryam bertanya bagaimana ia bisa hamil sedangkan dirinya belum bersuami bahkan belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun juga? Maka Jibril menyampaikan berita dari Allah:

قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu. Maka Allah hanya cukup berfirman kepadanya: “Kun" lalu "Jadilah." (Q.S. Ali Imran: 47)

Nah, sekarang kita sudah tahu bahwa satu kata yang dimaksud dalam ayat di atas adalah “kun” (jadilah!) untuk menciptakan manusia bernama Isa Almasih yang diyakini oleh umat Kristen sebagai Yesus. Kata inilah yang membuat Maryam hamil  tanpa melalui proses normal hubungan antara suami istri.

Kejadian serupa juga diperkuat dengan keterangan ayat lain, yang menerangkan bahwa penciptaan Adam dan Isa (Yesus) tanpa melalui proses hubungan suami istri, tapi sama-sama dengan satu kata yakni “kun” saja.

Perhatikan ayat berikut ini:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman/berkata kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.

Jadi, yang membedakan penciptaan Isa dan Adam dengan kita adalah, beliau berdua tercipta melalui satu kata saja, yaitu “Kun”, sedangkan kita tercipta melalui proses biologis orangtua kita masing-masing.

Nah, sekarang sudah jelas apa yang dimaksud dengan “kalimatullah” bukan?!

Karena itu membaca ayat Al-Quran harus secara menyeluruh, bukan sepotong-sepotong. Contohnya seperti membaca ayat QS. 4:171 di atas. Perhatikan baik-baik kalimat intinya adalah begini:
“.. janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya."
Sangat jelas bahwa ayat Al-Quran yang coba diplintir dan dimanipulasi oleh Evangelis Kristen untuk menguatkan doktrin Trinitas, justru adalah ayat yang paling keras menentang doktrin Trinitas!

Mengapa lanjutan dari kata "kalimatullah" dalam ayat di atas kalian mutilasi?
Demi keyakinan akan ampuhnya ajaran Paulus tentang berdusta seperti yang diajarkannya ini? 

“ ..... sebab bagaimanapun juga Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.” (Filipi 1:18 Alkitab edisi TB)


[Sumber: Almubayyin | Diperbaharui 3 Januari 2021]

Contact Form

Name

Email *

Message *