Naskah Laut Mati yang ditulis di zaman Yesus dipastikan tidak pernah menyebut-nyebut tentang Roh Kudus yang kemudian disembah oleh umat Kristen sebagai salahsatu oknum tuhan trinitas. Pendeta Dr. Charles Francis Potter dalam bukunya The Lost Year of Yesus Revealed, 1992, halaman 16, menjelaskan:
"Hanya sedikit pemeluk agama Kristen yang hingga saat ini menyadari (sebagaimana hanya sedikit para ilmuwan yang hingga saat ini mau mengakui), betapa banyak ajaran dasar agama Kristen yang harus dirubah secara radikal dan beberapa banyak lainnya yang harus di singkirkan (dari Alkitab) bila Naskah (Laut mati) diakui dan dipelajari dengan benar dalam hubungannya dengan Kitab Perjanjian Baru. Ajaran yang paling lemah dan harus disingkirkan adalah tentang Roh Kudus, sebagaimana yang terlihat (dalam Naskah Laut Mati), dan tanpa bisa dihindari, ajaran tentang Trinitas harus pula ikut tersingkir, karena sama sekali tidak pernah diajarkan dalam Alkitab!"
Karen Armstrong dalam bukunya A History of God halaman 135, mengutip pernyataan Gregory of Nazianzus, tokoh pemikir Trinitas di abad ke IV yang menceritakan bagaimana Roh Kudus yang tidak dikenal di zaman Yesus menimbulkan berbagai permasalahan ketika mulai diperkenalkan di abad ke-IV. Antara lain dia menulis begini:
"Golongan Cappadocian (Pendukung Trinitas) juga pusing untuk menetapkan pengertian Roh Kudus, yang dulu mereka abaikan sama sekali pada Konsili di Nicea: `Dan Kami percaya kepada Roh Kudus’ nampaknya baru ditambahkan ke Credo Athanasius (di Nicea) setelah dipikirkan kemudian. Masyarakat dibuat bingung tentang apa sesungguhnya Roh Kudus itu. Apakah ini sama dengan Tuhan ataukah sesuatu yang lain? `Sebagian orang menganggapnya (Roh Kudus) sebagai suatu kegiatan’, kata Gregory of Nazianzus, sebagian lagi menganggapnya makhluk, sebagian menganggapnya Tuhan, dan sebagian lagi tidak tahu harus menyebutnya apa."
Oleh karena itu untuk menyatakan bahwa Allah yang tidak tampak, manusia Yesus yang memiliki tulang dan daging dan Roh Kudus yang tidak pernah dikenal di zaman Yesus adalah suatu zat, memang dapat dianggap sebagai suatu misteri yang artinya; aneh bin ajaib!
Doktrin ini membingungkan pencetusnya sendiri serta para agamawan Kristen lainnya. Mereka kesulitan menjelaskan ajaran penyembah berhala ini dalam konteks Kekristenan. Ujung-ujungnya, mereka akhirnya menetapkan doktrin Trinitas sebagai suatu misteri (Cave 1997).
Perhatikan apa yang dicatat dari salahsatu dedengkot Trinitas sendiri, Athanasius, dalam buku The Decline and Fall of the Roman Empire yang ditulis oleh Edward Gibbon:
"Teolog besar Kristen Athanasius sendiri secara terbuka mengakui bahwa semakin dia memaksakan pengertiannya untuk menjelaskan ketuhanan Logos (Firman), segala daya dan upaya yang diusahakannya kandas dengan sendirinya; bahwa semakin dia berfikir, semakin dia kurang memahami; semakin banyak penulis, semakin kurang kemampuan menjelaskan jalan pikirannya sendiri."
Baru saja Athanasius mencoba memformulasikan hubungan Yesus sebagai Logos (Firman) dengan Tuhan Allah, dia sudah puyeng sendiri. Belum lagi di tambah dengan datangnya “tuhan” Roh Kudus.
Monsignor Eugene Clark mengakui konsep Trinitas memang sulit dimengerti. Untuk itu, menurutnya, sebaiknya konsep Trinitas diterima saja walaupun tidak dimengerti.
Begini anjurannya:
"Tuhan itu satu, Tuhan itu tiga. Karena tidak ada penciptaan yang seperti ini, makanya kita tidak dapat mengerti kecuali menerimanya saja."
Hubungan ketiga oknum dalam Trinitas dengan susah payah diciptakan oleh Gereja di tengah-tengah pertentangan, kontroversi dan bahkan pertumpahan darah. Pemimpin Gereja terpaksa harus mengeluarkan pernyataan agar semua pihak yang berkepentingan menerima ajaran Kristen tanpa harus menyelidikinya.
Uskup Agung Anslem, pemimpin Gereja di Canterbury (1093-1109) dalam bukunya Prosologian I, membuat pernyataan:
"Saya tidak perlu mencari tahu agar mengerti dan kemudian percaya, tetapi saya percaya saja agar mudah-mudahan saya akan mengerti."
Selanjutnya dalam bukunya Cur Deus Homo dia menjelaskan urut-urutan menerima ajaran yang misterius itu dalam Kristen:
"Urutan yang tepat adalah meyakini keimanan Kristen secara mendalam lebih dahulu, baru kemudian mendiskusikannya berdasarkan akal sehat. Dengan demikian, walaupun saya tidak mengerti sama sekali, tidak ada yang dapat mengguncang keteguhan iman saya."
Jika para Bapa Gerejanya saja sudah omong melas begini, penjelasan tentang trinitas model apa lagi yang anda harapkan?
Kendati demikian, mengingat topik ini selalu saja hangat dibicarakan (baca: diributkan), khususnya oleh umat Islam dan umat Kristen di dalam ruang-ruang debat atau dalam forum diskusi lintas iman online, maka sebagai referensi, berikut beberapa catatan tentang Trinitas yang tidak ada salahnya untuk dicermati.
Teologika Trinitas
No comments :