Umat Kristen dan umat Islam sama-sama percaya pada Yesus, mencintainya, dan menghormatinya. Namun, cara pandang kedua umat ini sangat berbeda tatkala dihadapkan pada klaim keilahian Yesus.
Eloknya, perbedaan ini dapat dijembatani jika keduanya mau mencari dan merujuk jawaban yang benar pada Alkitab dan Al-Quran. Sebab, sesungguhnya baik Alkitab maupun Al-Quran sama-sama mengajarkan bahwa Yesus bukan Allah!
Sudah cukup jelas bagi semua orang bahwa Al-Quran menyangkal keilahian Yesus, sehingga kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan hal itu.
SEJAK AWAL PENCIPTAAN ALAM SEMESTA HINGGA DETIK INI,
YESUS ADALAH BAGIAN DARI CIPTAAN ALLAH,
DAN TIDAK PERNAH MENJADI ALLAH
YESUS ADALAH BAGIAN DARI CIPTAAN ALLAH,
DAN TIDAK PERNAH MENJADI ALLAH
Tidak ada penulis alkitab yang percaya bahwa Yesus adalah tuhan
Banyak orang yang salah mengartikan alkitab; mereka mengira bahwa karena kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan sudah sedemikian luasnya, maka mereka pun percaya bahwa pasti ini berasal dari Allah. Akan tetapi fakta-fakta dari alkitab sendiri menunjukkan dengan sangat meyakinkan berbagai bukti yang justru melawan anggapan itu.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus bukan Tuhan. Dalam Alkitab, Tuhan yang sesungguhnya selalu digambarkan sebagai Allah, sosok lain yang berada jauh di atas Yesus.
Sebagian orang boleh jadi akan mengatakan bahwa segala yang diucapkan oleh Yesus atau yang ia lakukan ketika di dunia membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Tapi alkitab sendiri menunjukkan bahwa nyatanya murid-murid Yesus tidak pernah sampai pada kesimpulan seperti itu walaupun mereka adalah orang-orang yang hidup dan berjalan bersama Yesus, sehingga tentu saja mendengar dan melihat sendiri apa saja yang pernah Yesus katakan dan lakukan. Lebih lanjut, Kisah Para Rasul memberitahukan bahwa para murid dibimbing oleh Roh Kudus. Jika Yesus adalah Tuhan, tentu saja mereka sudah lebih dulu mengetahuinya lewat informasi dari Roh Kudus. Tetapi nyatanya mereka tetap menyembah hanya satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu Allah, yang disembah oleh Abraham, Musa, dan juga oleh Yesus (Lihat KPR 3:13).
Semua penulis Alkitab percaya bahwa Tuhan yang benar bukan Yesus. Gagasan bahwa Yesus adalah Allah tidak pernah menjadi bagian dari kepercayaan Kristen sampai alkitab dibukukan kemudian. Sedangkan sejarah membuktikan bahwa dibutuhkan waktu selama berabad-abad dan pertumpahan darah ribuan manusia tak berdosa sebelum akhirnya hal ini menjadi bagian dari iman umat Kristen.
Matius, Markus, dan Lukas, penulis ketiga Injil pertama, percaya bahwa Yesus bukan Tuhan (lihat Markus 10:18 dan Matius 19:17). Mereka percaya bahwa Yesus adalah putra Allah dalam arti sebagai orang yang benar. Alkitab menunjukkan bahwa selain Yesus, sebenarnya masih banyak lagi orang-orang yang juga disebut sebagai anak-anak Allah (lihat Matius 23: 1-9).
Paulus, yang diyakini sebagai penulis dari sekurang-kurangnya tigabelas atau empatbelas surat dalam Alkitab, juga percaya bahwa Yesus bukan Tuhan. Menurut Paulus, pada mulanya Allah menciptakan Yesus, kemudian menjadikannya sebagai media untuk menciptakan sisa ciptaan (lihat Kolose 1:15 dan 1Korintus 8: 6). Gagasan serupa ditemukan dalam suratnya kepada jemaat Ibrani, dan juga dalam Injil dan surat-surat Yohanes yang dikarang sekitar tujuh puluh tahun setelah Yesus tiada. Kendati demikian, dalam semua tulisan tsb Yesus masih digambarkan sebagai ciptaan Allah dan karenanya selamanya tunduk kepada Allah (lihat 1Korintus 15:28).
Oleh karena Paulus dan Yohanes percaya bahwa Yesus adalah makhluk pertama Allah, beberapa dari apa yang mereka tulis dengan sendirinya menggambarkan Yesus sebagai makhluk sangat istimewa yang sudah ada sebelum yang lainnya. Ini sering disalahartikan dan disalahpahami sebagai bukti pastilah ia Tuhan. Sedangkan pada kenyataannya, mempercayai Yesus sebagai Allah sama artinya dengan menentang apa yang ditulis oleh para penulis ini.
Meskipun para penulis alkitab percaya bahwa Yesus lebih hebat dari semua makhluk, namun mereka juga percaya bahwa ia tetap lebih rendah daripada Allah. Bahkan, Yohanes mengutip perkataan Yesus: "... Bapa lebih besar dari pada Aku." (Yohanes 14:28). Dan Paulus menyatakan bahwa kepala setiap wanita adalah suaminya, kepala setiap pria adalah Kristus, dan kepala Kristus adalah Allah (lihat 1 Korintus 11: 3).
Oleh karena itu, untuk menemukan sesuatu di sini dan mengklaim paparan ini mendukung doktrin gereja bahwa Yesus adalah Tuhan, sama artinya dengan telah salah mengutip, dan telah salah pula menginterpretasikan tulisan para penulis alkitab. Apa yang mereka tulis harus dipahami dalam konteks kepercayaan mereka bahwa Yesus adalah ciptaan Allah seperti yang sebelumnya telah mereka nyatakan dengan jelas.
Kita memang melihat bahwa di kemudian hari beberapa penulis memiliki pandangan yang lebih tinggi tentang Yesus, tetapi tidak ada penulis Alkitab yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang benar, yaitu Allah, yang disembah oleh semua nabi, termasuk oleh Yesus (lihat Yohanes 17: 3).
Adapun karena Yesus bukan bagian, dan sama sekali tidak pernah disebut-sebut dalam Perjanjian Lama, maka kita akan fokus pada informasi dari Perjanjian Baru saja yang menjadi sumber lahirnya berbagai doktrin Kristen, termasuk tentu saja, doktrin ketuhanan Yesus yang tidak pernah diajarkan oleh Yesus sendiri.
Pembuktian dari KPR (Kisah Para Rasul)
Dalam injil-injil kanonik, Yesus dicatat banyak menunjukkan berbagai mukjizat yang menakjubkan. Dan orang-orang yang tidak pernah menyaksikan semua keajaiban itu kecuali sekedar mendengar kabarnya saja, kemudian menganggapnya sebagai bukti ketuhanan Yesus. Sedangkan seluruh murid Yesus sendiri, yang bergaul, belajar, dan berjalan bersama Sang Guru selama lebih kurang 3,5 tahun serta menjadi saksi mata atas segala tindakan dan perkataan Yesus tidak pernah sampai pada kesimpulan seperti itu.
Kisah Para Rasul dalam Alkitab merinci aktivitas para murid selama tiga puluh tahun setelah Yesus dikabarkan naik ke surga. Sepanjang periode ini mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan. Mereka secara terus menerus tetap, dan konsisten menggunakan gelar "Allah" untuk merujuk kepada Tuhan yang disembah oleh Yesus.
Kisah Para Rasul dalam Alkitab merinci aktivitas para murid selama tiga puluh tahun setelah Yesus dikabarkan naik ke surga. Sepanjang periode ini mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan. Mereka secara terus menerus tetap, dan konsisten menggunakan gelar "Allah" untuk merujuk kepada Tuhan yang disembah oleh Yesus.
Seperti ditegaskan oleh Petrus dalam KPR 2:22, maka tampak jelas bahwa sesungguhnya Allah lah yang melakukan segala mukjizat itu melalui tangan Yesus untuk meyakinkan orang banyak bahwa kedatangan Yesus ke tengah-tengah bangsa Israel adalah sebagai utusan-Nya. Petrus tidak melihat mukjizat sebagai bukti bahwa Yesus adalah Allah.
Faktanya, cara Petrus merujuk pada Allah dan pada Yesus menjelaskan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Karenanya ia selalu menolak gelar Allah untuk Yesus.
Perhatikan referensi berikut:
"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi." (KPR 2:32)
“Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (KPR 2:36)
Kedua ayat ini dengan sangat jelas menunjukkan bahwa Allah bukan Yesus, demikian pula sebaliknya. Jika Yesus adalah Allah, tentu tidak perlu ada ayat seperti di atas, bukan?
Bagi Petrus, Yesus adalah hamba Allah.
Petrus berkata, "Allah membangkitkan hamba-Nya ..." (KPR 3:26). Gelar hamba dalam ayat ini merujuk pada Yesus. Ini sudah jelas dari perikop sebelumnya di mana Petrus menyatakan, ”Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita, telah memuliakan hamba-Nya, Yesus.” (KPR 3:13).
Petrus pasti tahu bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub tidak pernah berbicara tentang Allah Tritunggal. Mereka selalu berbicara tentang Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Di sini, seperti dalam Matius 12:18, Yesus adalah hamba Allah. Matius memberi tahu kita bahwa Yesus adalah hamba Allah yang sama seperti yang dibicarakan dalam Yesaya 42:1. Jadi, menurut Matius dan Petrus, Yesus bukan Tuhan, melainkan hamba Allah.
Perjanjian Lama berulang kali menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang berdiri sendiri, tidak bersekutu, dan tidak boleh disekutukan dengan apapun juga. (perhatikan antara lain, Yesaya 45: 5).
Semua murid Yesus berpegang teguh pada prinsip ini. Dalam KPR 4:24 kita diberitahu bahwa orang-orang percaya berdoa kepada Allah dengan mengucapkan kata: “... mereka mengangkat suara mereka bersama dalam doa kepada Tuhan. 'Tuhan Yang Berdaulat,' kata mereka, 'Engkau yang menjadikan langit dan bumi dan lautan, dan segala yang ada di dalamnya. ” Jelas bahwa doa mereka bukan ditujukan kepada Yesus, sebab dua ayat berikutnya merujuk kepada Yesus sebagai "hamba-Mu yang kudus, Yesus, yang telah Engkau-urapi." (KPR 4:27).
Jika Yesus adalah Allah, tentu saja murid-muridnya sudah sejak lama mengatakan hal tsb dengan jelas. Tapi sebaliknya, mereka terus memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias utusan Allah. Dalam Kisah Para Rasul, kita juga diberi tahu bahwa, ”..... setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” (KPR 5:42).
Kata "Kristus" dalam bahasa Yunani adalah gelar untuk manusia yang artinya “diurapi.” Jika Yesus adalah Allah, mengapa para murid selalu merujuk kepadanya dengan gelar untuk manusia seperti hamba dan utusan Allah, dan secara konsisten menggunakan gelar Allah untuk pribadi lain yang membangkitkan Yesus?
Adakah yang mereka takutkan? Tidak! Mereka dengan berani memberitakan kebenaran tanpa khawatir terhadap resiko dipenjara oleh penguasa atau bahkan menerima kematian sekalipun! Contohnya, ketika berada di bawah ancaman maut tangan-tangan penguasa, dengan tegas Petrus berkata, ”Kita harus lebih taat kepada Allah daripada manusia! Allah nenek moyang kita membangkitkan Yesus ….." (KPR 5: 29-30).
Apakah Roh Kudus tidak bekerja untuk mereka? Menurut penulis alkitab, ternyata mereka selalu didukung oleh Roh Kudus (lihat KPR 2: 3, 4: 8, dan 5:32). Jadi, apa yang mereka lakukan pada hakekatnya hanya mengajarkan kebenaran sebagaimana yang mereka pelajari dari Yesus, termasuk bahwa Yesus bukan Allah, melainkan hamba dan utusan-Nya (lihat lagi Matius 15:24-28)
Petrus, yang dipercaya sebagai panatua dari keduabelas murid Yesus - dan karenanya bicara atas nama semua murid Yesus - sudah cukup menegaskan bahwa apapun alasan yang di kemudian hari coba direkayasa oleh orang-orang yang tidak termasuk dalam lingkaran keduabelas murid Yesus, khususnya tentang Yesus adalah Allah, pada kenyataannya adalah AJARAN YANG TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH YESUS!
No comments :