Comments
Timelines
Contact
Social Media
Timeline Cover

Monday, June 6, 2016

Teori Pra Eksistensi Yesus, Literal atau Ideal? Monday, June 6, 2016


Tugas utama kalian adalah menemukan sendiri siapa sebenarnya Yesus menurut Alkitab. Ini terdengar mudah dan sederhana, tapi pada gilirannya nanti, akan membawa ajaran kalian sendiri sejak masa kanak-kanak, bias budaya kalian, khususnya tradisi gereja yang diwariskan kepada kalian, kembali ke dalam Akitab seperti seharusnya.

Langkah awal untuk memulainya adalah dengan bertanya; Apakah Yesus sudah ada sebelum kejadian ajaib di dalam rahim Maria? Dalam keyakinan umumnya Kristen, Yesus dipercaya mengetahui bahwa Allah adalah Bapa-Nya tapi dalam artian yang unik, dan karenanya konsepsi tentang ini berbeda dengan konsep tantang keberadaan manusia pada umumnya. Dengan demikian maka pertanyaannya adalah; Apakah Yesus secara pribadi dan secara sadar ada bersama Allah di sorga sebelum dikandung secara ajaib oleh Maria? Apakah "Anak Allah" ini secara pribadi sudah hidup bersama Allah sebelum ia dilahirkan oleh bundanya sebagai "Anak Manusia"?

Kristen tradisional akan menjawab tegas: Ya! Yesus selalu ada sebagai Anak Allah. Sungguh, Yesus ada di sana pada awal penciptaan bersama Allah Bapa dan Roh Allah. Tidak pernah sekalipun terjadi di mana Anak Allah tidak ada secara pribadi. Akan tetapi untuk menyelamatkan umat manusia yang tersesat, Yesus mengesampingkan kemuliaan kekal-Nya, lalu "menjadi daging" agar Ia bisa berdarah dan mati untuk menebus umat manusia dan membawa kita kembali kepada Allah. 

Secara literal teologi modern menyebut turunnya Yesus dari sorga ke bumi di Betlehem ini sebagai "inkarnasi". Sejumlah ayat "shahih" yang kemudian dikutip untuk mendukung keyakinan pra-eksistensi Yesus ini antara lain adalah: 

  1. Yesus adalah Firman yang pada mulanya bersama Allah (YOH 1: 1
  2. Yesus berkata dia turun dari Sorga (YOH 6:38)
  3. Yesus mengaku sudah ada sebelum Abraham (YOH 8:58)
  4. Yesus berdoa agar diberi kemuliaan yang secara pribadi dimilikinya bersama Allah sebelum dunia tercipta (YOH 17: 5)
  5. Yesus menciptakan langit dan bumi (KOL 1:16)
  6. Yesus selalu ada di alam sebagai Allah (FLP 2: 6), 
  7. Dll. 

Setiap Kristen yang membaca ayat-ayat di atas tentu merasa sangat wajar untuk percaya bahwa Yesus memang benar-benar dan secara sadar sudah ada sebelum “inkarnasinya” yang ajaib. Ini bisa disebut sebagai pra-eksistensi 'literal' atau 'aktual' yang kemudian menjadi pandangan mayoritas Kristen hingga dewasa  ini.

Namun, ada tipe kedua dari pra-eksistensi ini yang secara luas diakui oleh para sarjana Alkitab, tetapi sayangnya tidak terdengar oleh kebanyakan jemaat di bangku-bangku gereja. Ini adalah kasus di mana ketidaktahuan tampaknya menjadi kebahagiaan. Ketidaktahuan seperti ini sebenarnya memalukan bagi Kekristenan karena mendistorsi Yesus, dan merenggut Yesus dari tatanan tradisi budayanya sebagai orang Yahudi. Ketidaktahuan seperti inilah yang menciptakan “Yesus yang lain”, benar-benar “Kristus palsu” yang bahkan sudah diperingatkan oleh Tuhan sendiri.

Kita semua tahu bahwa prinsip-prinsip pokok dalam Kekristenan pada dasarnya berasal dari berbagai konsep pemikiran dan ajaran yang 15 abad sebelum Kristen sendiri lahir sudah lebih dulu dimiliki dan diyakini oleh umat Yahudi. Dalam pandangan umat ini, sesuatu yang direncanakan (yaitu, diketahui sebelumnya dalam rencana Allah) ada secara ideal, tetapi belum ada secara faktual di bumi dalam pengalaman kita. Tulisan David Capes pada “Preexistence” dalam Dictionary of the Later New Testament & Its Developments mencatat;

“The pre-existent state may be described as ideal (existence in the mind or plan of God) or actual (existence alongside and distinct from God).”​

“Keadaan yang sudah ada sebelumnya dapat digambarkan sebagai ideal (keberadaan dalam pikiran atau rencana Tuhan) atau aktual (keberadaan bersama dan berbeda dari Tuhan).” [1]

Dengan demikian,  dalam keilmuan Alkitab sangat dipahami bahwa pra-eksistensi dapat berarti bahwa sesuatu atau seseorang mungkin secara harfiah ada di Sorga (model 'inkarnasional' yang telah disebutkan sebelumnya) atau mungkin merupakan tipe 'ideal' Yahudi di mana sesuatu atau seseorang mungkin ada. Ada tapi dalam rencana Allah sebelum Allah benar-benar mewujudkannya menjadi keberadaan materi.

Ada segunung literatur Yahudi yang menegaskan bagaimana konsep pra-eksistensi "notional" yang demikian mengakar dalam pemikiran Yahudi pada masa Kristus. Salahsatu sarjana paling terkemuka dalam Studi Kristologi Modern, Larry Hurtado, menyatakan, 

"Saat ini ada konsensus virtual di antara para sarjana bahwa tradisi Yahudi pra-Kristen memberikan latar belakang paling penting untuk gagasan pra-eksistensi dalam Perjanjian Baru." [2]

Mengenai pemahaman Yahudi tentang ini, tulisan pada The ​International Standard Bible Encyclopedia mencatat:

The term foreknowledge is an expansion of the idea of God’s “counsel” or plan, regarding it as an intelligent prearrangement, the idea of foreknowledge being assimilated to that of foreordination. The same idea is found in 1Pet. 1:20. Here the apostle speaks of Christ as a lamb “foreordained” by God before the foundation of the world… It has the idea of a purpose which determines the course of the Divine procedure.​ ​

Istilah pengetahuan sebelumnya adalah perluasan dari gagasan tentang “isyarat” atau rencana Allah, yang dianggap sebagai pengaturan awal yang cerdas, gagasan tentang pengetahuan sebelumnya yang diasimilasi dengan gagasan penahbisan sebelumnya. Ide yang sama ditemukan di 1Petrus 1:20. Di sini rasul berbicara tentang Kristus sebagai anak domba yang “ditahbiskan sebelumnya” oleh Allah sebelum dunia dijadikan ... Ia memiliki gagasan tentang tujuan yang menentukan jalannya prosedur Ilahi.  [3]

Bukti ini harus dipertimbangkan dengan serius sebelum kita menyimpulkan bahwa Yesus benar-benar hidup dan sadar sebagai Tuhan sebelum kemunculannya di bumi. Jika tidak, kita berisiko memaksakan budaya baca tradisional kita sendiri ke dalam Alkitab, tidak peduli seberapa "ortodoks" kita mungkin membayangkannya. Ini adalah kesalahan exegesis, karena hanya membaca teks, bukan tafsir, seperti yang dilakukan oleh pembaca teks sebelumnya sejak ribuan tahun yang lalu.

Keberadaan "notional" adalah gagasan bahwa sesuatu atau seseorang mungkin 'ada' dalam rencana Allah sebelum diaktualisasikan di bumi pada waktu yang ditentukan, untuk kemudian menjadi bagian dari sejarah. Apa maksud dari keputusan Allah yang dianggap demikian pasti sehingga dikatakan seolah-olah sudah ada?

Sesungguhnya Allah lah yang “dengan firman-Nya menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada” (Rom 4:17). Artinya, apa yang Allah janjikan, sudah ada bersama Dia “di Sorga”. Ketika orang Yahudi berbicara tentang sesuatu atau seseorang yang sudah ada sebelumnya di sorga, mereka mengerti bahwa itu "ideal" atau "notional" dalam pengetahuan Allah sebelumnya, tetapi belum aktual di bumi. Artinya, semua itu sudah ada, tetapi di dalam rencana Allah.

Ada setumpuk literatur Yahudi yang menegaskan bagaimana konsep pra-eksistensi "notional" ini begitu mengakar dalam pandangan dunia mereka. Diperlukan sebuah buku untuk mencatat bagaimana semua yang mencakup pemikiran ini ada dalam pikiran orang Yahudi. Sayangnya tidak cukup ruang untuk mengutip semua sumber di sini. Namun penting untuk dicatat bahwa penjelasan tentang ini ada di mana-mana dalam literatur Yahudi. Kita juga akan melihat beberapa contoh dari Kitab Suci mereka untuk melengkapi penjelasan singkat ini.

Pertama-tama, mari kita lihat sekilas beberapa tulisan penting Non-Alkitab dari sumber-sumber Yahudi di luar Kitab Suci Ibrani sendiri, yaitu literatur Yahudi paling otoritatif bernama Talmud Babilonia. Kitab ini berisi Mishna dan komentar rabbani yang dikumpulkan selama 600 tahun. Banyak dari Talmud Babilonia yanag menjadi latar belakang penting bagi cara berpikir orang Yahudi tentang pra-eksistensi di masa sebelum, selama, dan setelah, periode apostolik Perjanjian Baru, yang oleh para ahli disebut periode Bait Kedua. Perhatikan kutipan berikut dari Talmud Babilonia, traktat Pesahim 54a:

Tujuh hal diciptakan sebelum dunia teripta, yaitu: Taurat, Pertobatan, Taman Eden, Gehena, Tahta Kemuliaan, Bait Suci, dan nama Mesias. 

  1. Taurat: “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, ”(Ams. 8:22).
  2. Pertobatan: “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya  Engkaulah Allah.  Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!” (Mzm. 90: 2). 
  3. Taman Eden: “Sejak dulu Tuhan Allah membuat taman di Eden” (Kej. 2: 8). 
  4. Gehena: “Karena Tophet ditahbiskan sejak dulu” (Yes. 30:33). 
  5. Tahta Kemuliaan: “Takhta-Mu tegak  sejak dahulu kala, dari kekal  Engkau ada.” (Mzm 93: 2). 
  6. Bait Suci: “Takhta kemuliaan, luhur dari sejak semula, tempat bait kudus kita!” (Yer 17:12). 
  7. Nama Mesias: "Namanya akan bertahan selamanya dan telah ada sebelum matahari" (Mzm. 72:17 ).

Perhatikan tujuh hal di atas. Beberapa materi seperti Taman Eden dan Kemah, dan beberapa non-materi seperti Pertobatan dan Taurat, dikatakan sudah ada sebelumnya dari penampakan mereka di bumi. Di antara tujuh hal yang sudah ada sebelumnya itu adalah nama Mesias. 

Komentar Midrashic lainnya disebut Genesis Raba, atau Kejadian Raba. Dan setelah kita tahu bahwa Taurat adalah cetak biru proses penciptaan, maka kita bisa berbicara tentang pra-eksistensi begini:

Enam hal mendahului penciptaan dunia; beberapa dari mereka benar-benar diciptakan, sementara penciptaan yang lain sudah dipersiapkan. Taurat dan tahta kemuliaan diciptakan. Taurat, karena ada tertulis, “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” (Ams. 8:22). Tahta Kemuliaan, seperti ada tertulis, “Tahta-Mu telah ditetapkan sejak lama” dst. (Mzm 93: 2). Penciptaan para Leluhur dipersiapkan, karena ada tertulis, "Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu." (Hos. 9:10). (Penciptaan) Israel dipersiapkan, seperti ada tertulis, "Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala,  yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! " (Mzm 74: 2). (Penciptaan) Bait Suci dipersiapkan, karena ada tertulis, "Takhta kemuliaan, luhur dari sejak semula, tempat bait kudus kita!" (Yer 17:12). Nama Mesias dipersiapkan, karena ada tertulis, “Nama-Nya ada sebelum matahari” (Mzm 72:17).

Sekali lagi perhatikan perbedaan yang dibuat antara hal-hal yang sebenarnya diciptakan dan hal-hal yang sebelumnya dimaksudkan dalam rencana Allah. Taurat dan Tahta Kemuliaan diciptakan sementara para leluhur, anak-anak Israel, Kuil, dan nama Mesias semuanya terikat dalam tujuan-tujuan Allah dan rancangan yang dipersiapkan, menunggu penciptaan literal pada waktunya.

Kejadian Rabbah, juga dikenal sebagai Bereishit Raba, adalah Midrash penafsiran (eksposisi) pada buku pertama Alkitab Ibrani. Kitab yang ditulis dalam bahasa Aram dan Ibrani ini berisi penjelasan rinci tentang berbagai pasal dan ayat dalam Kitab Kejadian. Karenanya setelah kita mengetahui bahwa Torah adalah sarana yang digunakan oleh Allah untuk menjelaskan proses penciptaan, maka cara mudah untuk memahami konsep ini adalah dengan mendeskripsikan analogi sederhana, misalnya saja seperti ini:

Dalam praktik di dunia manusia, ketika seorang Raja fana membangun sebuah istana, dia tidak melaksanakannya dengan menggunakan keahliannya sendiri tetapi menggunakan keahlian seorang, atau beberapa orang arsitek. Sedangkan di sisi lain, arsitek atau para arsitek ini tidak pula membangunnya dari kepala mereka sendiri, tetapi menggunakan rencana dan diagram untuk mengetahui cara mengatur arsitektur bangunan sesuai dengan kehendak sang Raja. 

Jadi, Allah menjadikan Taurat sebagai petunjuk kepada manusia - seperti halnya diagram - agar manusia mengetahui hal-ikhwal proses penciptaan. Sedangkan Taurat sendiri menyiratkannya dengan pernyataan; “Pada mulanya Allah menciptakan .." (Kejadian 1: 1). Kata "pada mulanya" di sini mengacu pada Taurat seperti dalam ayat, “Tuhan menjadikan aku sebagai permulaan pekerjaanNya,"  (Ams. 8:22). ”

Bagian ini berbicara tentang keberadaan Taurat sebagai konsep, yang dengannya Allah memerintahkan penciptaan sebagaimana digambarkan dalam kitab Kejadian. Untuk memahaminya, mari kita pakai kacamata seorang arsitek yang menggunakan denah dan diagram untuk menyelesaikan karyanya. Dengan cara ini, kita mengerti bahwa Taurat yang di dalamnya menyiratkan rencana-rencana Allah pada hakekatnya merupakan diagram bagi kita sebagai arsitek. Untuk lebih jelasnya lihat Ams. 8:22  yang berbicara tentang sosok Hikmat yang dipersonifikasikan sebagai "pekerja ahli" (Ams. 8:30) yang bekerja bersama Allah Pencipta, yang melaluinya dia mengatur alam semesta. Ini menunjukkan bahwa Taurat dan Hikmah dipahami sebagai yang sudah ada sebelumnya secara khusus sebagai rencana dan tujuan untuk digunakan oleh Allah dalam menciptakan.

Adapun tentang sifat dari hal-hal yang sudah ada  bersama Allah sebelumnya, Allah menjelaskannya dalam frasa, "Pada mulanya Allah menciptakan ...." sebagai berikut:

Enam hal mendahului penciptaan dunia; beberapa dari mereka benar-benar diciptakan, sementara penciptaan yang lain sudah dipersiapkan. Taurat dan tahta kemuliaan diciptakan. Taurat, karena ada tertulis, “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” (Ams. 8:22). Tahta Kemuliaan, seperti ada tertulis, “Tahta-Mu telah ditetapkan sejak lama” dst. (Mzm 93: 2). Penciptaan para Leluhur dipersiapkan, karena ada tertulis, "Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu." (Hos. 9:10). (Penciptaan) Israel dipersiapkan, seperti ada tertulis, "Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala,  yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! " (Mzm 74: 2). (Penciptaan) Bait Suci dipersiapkan, karena ada tertulis, "Takhta kemuliaan, luhur dari sejak semula, tempat bait kudus kita!" (Yer 17:12). Nama Mesias dipersiapkan, karena ada tertulis, “Nama-Nya ada sebelum matahari” (Mzm 72:17).

Seperti sudah ditunjukkan di atas, ada banyak sekali komentar serupa dalam tulisan-tulisan Yahudi. Tapi dalam penjelasan ini cukup kita mengutip penjelasan Dr Smith sebagai berikut:

"That Jews frequently spoke of both people and objects as pre-existing, although this pre-existence is strictly within the mind and purposes of God. In other words, this pre-existence is notional rather than literal. Among those persons pre-existing within God’s mind are the Patriarchs Abraham, Isaac, Jacob, the mediator Moses, the congregation of Israel, and even the Messiah. In regard to objects pre-existing in God’s plans, the temple, the throne of glory, Gehenna, the Garden of Eden, the Torah, the new heavens and the new earth, and the city of Jerusalem are all included. No one seriously considered that the persons mentioned literally possessed a pre-human existence with God in heaven, only to come to earth in some sort of incarnate state. Rather, they were so cherished and valued within the plans for Israel that God had already considered and contemplated them within his design and foreknowledge …​ ​"

"Bahwa orang-orang Yahudi sering menyebut orang dan objek sebagai yang sudah ada sebelumnya, meskipun keberadaan sebelumnya ini hanya ada dalam pikiran dan tujuan Tuhan. Dengan kata lain, keberadaan sebelumnya ini bersifat nosional daripada literal. Di antara orang-orang yang sudah ada sebelumnya ini dalam pikiran Tuhan adalah Patriark Abraham, Ishak, Yakub, perantara Musa, umat Israel, dan bahkan Mesias. Berkenaan dengan objek yang sudah ada sebelumnya dalam rencana Tuhan, Bait Suci, tahta kemuliaan, Gehenna, Taman Eden, Taurat, langit baru dan bumi baru, dan kota Yerusalem semuanya termasuk. Tidak ada yang secara serius menganggap bahwa orang-orang yang disebutkan secara harfiah memiliki keberadaan pra-manusia dengan Tuhan di sorga, hanya untuk datang ke bumi dalam beberapa bentuk inkarnasi. Sebaliknya, mereka begitu disayangi dan dihargai dalam perencanaan untuk Israel sehingga Tuhan telah mempertimbangkan dan merencanakannya dalam rancangan yang sudah DIA ketahui jauh sebelumnya … "

Jika, sebagaimana diketahui oleh semua sarjana Alkitab, bahwa Alkitab berasal dari pola pemikiran Yahudi, maka menjadi masuk akal untuk menanyakan model pra-eksistensi mana yang kita temukan di halaman-halaman Alkitab itu sendiri? Alkitab adalah otoritas terakhir Kristen.

Sebuah contoh klasik dari pra-eksistensi ideal Yahudi yang diambil langsung dari komentar para rabi Kuil Kedua ini dan digunakan sebagai contoh Alkitab adalah tentang kemah yang dibangun Musa di padang gurun. Musa diperintah  untuk membangun kemah menurut "pola" yang ditunjukkan Allah kepadanya di atas gunung (Bilangan 8: 4). Cetak biru surgawi harus diikuti. Para imam dan tabernakel berfungsi sebagai "gambaran dan bayangan dari hal-hal surgawi" (Ibrani 8: 5). Sekali lagi, idenya adalah bahwa literal di bumi sudah ada sebelumnya di Sorga dalam rencana dan tujuan Allah.

Seperti kita ketahui, orang Yahudi menerapkan pemikiran ini pada banyak kekayaan nasional mereka yang besar. Kita telah melihat mereka mengembangkan gagasan tentang “Yerusalem ilahi" yang sudah ada sebelumnya, disiapkan oleh Allah di tempat-tempat surgawi, di sana dari segala waktu, dan dipersiapkan untuk pada suatu hari nanti turun di antara manusia. Rumah lama dilipat dan diambil, dan rumah baru yang indah yang telah Allah bangun datang dan menggantikannya (1Henokh 90: 28,29). Yerusalem yang sebelumnya ada ditunjukkan kepada Adam sebelum dia berdosa. " [4].

Jadi, jika dalam kitab Wahyu 21:10 disebutkan Yerusalem baru terlihat “turun dari sorga, dari Allah”, kita tidak didorong untuk menyimpulkan bahwa kota itu sudah dibangun dan secara harfiah akan melayang turun dari luar angkasa. Dalam pemikiran Yahudi yang benar, Yerusalem baru itu ideal dan bersifat notional, tetapi pasti suatu hari nanti akan menjadi literal karena sudah ada dalam rencana dan janji Allah.

Dengan cara yang sama, maka menurut doktrin kristen, apakah kalian sadar bahwa kalian sudah memiliki tubuh baru yang abadi untuk hari kebangkitan nanti? (2Kor 5:1) Itu sudah ada sebelumnya di sorga, tetapi kalian belum memilikinya secara harfiah. Namun kalian boleh memilikinya bersama Allah di Sorga, bahkan sekarang (Mat. 6: 1). Ini menjelaskan bahwa dalam pemikiran Yahudi yang sempurna bagaimana Yesus dapat berdoa untuk kemuliaan yang dimilikinya bersama Alah di Sorga dari dasar dunia tanpa ada gagasan bahwa dia secara pribadi mengalaminya dalam keadaan pra-inkarnasi. Bahkan, dalam doa yang sama (Yohanes 17: 22 , 24) kalian sebagai orang percaya dalam Mesias juga memiliki kemuliaan yang sama sebelum kalian lahir! (Ngomong-ngomong, terjemahan yang membuat Yesus berkata bahwa dia "kembali" kepada Bapa atau "kembali" ke Sorga sangat, sangat ngawur Teks Yunani tidak mengatakan hal seperti itu, hanya saja dia "pergi ke" Bapa atau "naik ke" Allah di Sorga.)

Dalam ayat yang sudah disinggung sebelumnya, Roma 4:17, di mana Allah “menyebut hal yang tidak (belum) ada sebagai (sudah) ada”, perlu dicatat bahwa konteksnya mengacu kepada Ishak yang “nyata dalam pikiran dan tujuan Allah jauh sebelum Ishak sendiri dilahirkan.” [5].

Demikian pula halnya dengan Yesus Kristus yang "sudah dipilih sebelum dunia diciptakan, tetapi Dia baru dinyatakan pada zaman akhir ini demi kamu." (1Petrus 1:20 ). Kita tahu ini tidak berarti bahwa Yesus secara pribadi sudah ada sebelum dunia diciptakan karena dalam pasal yang sama, kita diberitahu pula bahwa umat Kristen juga telah "mengetahui sebelumnya dari Allah Bapa" (ayat 2). Jadi, Petrus menggunakan gagasan yang sama tentang "mengetahui sebelumnya" untuk merujuk baik kepada umat Kristen maupun kepada Yesus Kristus. Kita tidak benar-benar ada di sorga sebelum lahir. “Itu adalah tujuan ilahi bagi Kristus yang 'ada' sejak awal, bukan untuk siapa tujuan itu harus digenapi; sama seperti Paulus dapat berbicara tentang tujuan ilahi yang juga telah ditentukan sebelumnya bagi mereka yang percaya kepada Kristus” (Rom 8: 28-30).

Demikian pula Alkitab berbicara tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah yang disalibkan sebelum penciptaan dunia dimulai (Wahyu 13: 8). Benar bahwa secara tata bahasa ayat tersebut juga dapat dibuat untuk dibaca bahwa nama-nama orang yang diselamatkanlah yang "Telah ditulis sejak dunia dijadikan dalam kitab kehidupan Anak Domba yang disembelih." Tetapi sebenarnya ini merupakan sesuatu yang kerap menjadi perdebatan, karena ada pernyataan yang jelas di tempat lain yang mengajarkan bahwa Yesus diserahkan kepada pihak berwenang untuk disalib "menurut rencana dan pengetahuan Allah yang sudah pasti" (Kis. 2: 23). Intinya jelas bahwa Yesus tidak disalibkan secara harfiah sebelum dunia dimulai. Tetapi dalam pemikiran Yahudi klasik, Allah merencanakan penyaliban sebelum dunia dimulai. Gagasan itu nyata, tetapi belum aktual secara historis. Apa yang terwujud dalam sejarah di bawah Pontius Pilatus sudah terjadi dalam rencana Allah bahkan sebelum dunia diciptakan!

Kitab Efesus sarat dengan konsep pra-eksistensi ini. Kalian percaya bahwa sebagi Kristen, kalian dipilih di dalam Kristus "sebelum dunia dijadikan" dan menurut ketetapan Allah yang pemurah, "ditakdirkan" untuk menjadi anak dalam perencanaan-Nya (Ef. 1: 4- dst). Tapi tidak ada orang percaya Alkitab yang berpikir walau hanya sejenak, bahwa secara pribadi kalian sudah ada sebelum dunia diciptakan. Karena dalam konteks ini, walaupun pemilihan tsb memang sudah ada sebelumnya, tapi itu bersifat notional, bukan literal.

Kelak pada kedatangannya yang kedua, Yesus akan berkata kepada pengikutnya, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Mat. 25:34). Dalam bahasa Paulus, harapan ini "disimpan di sorga bagi kamu." Sedangkan arti "sorga" di sini adalah metafora yang menandakan masa depan yang dijanjikan Allah, di mana tersirat bahwa kalian sudah memilikinya secara notional. Hal yang sama, seperti yang dikatakan oleh Paulus, bahwa kalian yang telah diselamatkan dan dibenarkan di hadapan Tuhan akan “dimuliakan” (Roma 8: 30). Perhatikanlah bentuk lampau yang digunakan, meskipun penggenapan literalnya ada di masa depan. [6]

Sampai di sini, maka kita sudah boleh sama-sama bertanya sangat serius; jenis pra-eksistensi bagaimana yang ingin  kita terapkan pada Yesus Kristus ketika kita sama-sama membaca Alkitab? Mana yang seharusnya lebih kita percaya; Yesus Kristus yang secara harfiah dan secara pribadi sudah ada sebelum kelahirannya sendiri seperti keyakinan Kristen tradisional dewasa ini, atau konsep asli pemikiran Yahudi tentang pra-eksistensi sebagai landasan ideal yang cocok dan lebih masuk akal?

Pada kesimpulan simfoni dari kitab Wahyu kita melihat model pra-eksistensi notional ini diperlihatkan. Ketika di pulau Patmos Yohanes mengintip ke dalam realitas apokaliptik yang digambarkannya dalam Kitab Wahyu, dia mencatat untuk para pembacanya paduan suara simfoni dari bala tentara surgawi. Dalam satu penglihatan seperti itu, dua puluh empat orang tua mempersembahkan sujud sembahyang kepada orang yang duduk di atas takhta dan dengan berani menyatakan;
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." (Wahyu 4:11 ).
Frase yang luar biasa ini layak untuk direnungi; “karena kehendak-Mu mereka ada, dan diciptakan.” Kalimat ini memberikan petunjuk untuk dapat memahami pra-eksistensi 'ideal' yang seharusnya berdampak penuh pada kesadaran kalian. Adegan penyembahan ini memberikan kemuliaan dan penghormatan dan kuasa kepada Allah untuk alasan tertentu: Dia adalah pencipta segala sesuatu. Lalu bagaimana tepatnya Allah menciptakan segala sesuatu yang sekarang material dan aktual? Jawabannya adalah, Allah memiliki kemauan, keinginan yang terkandung dalam tujuan-Nya untuk mewujudkan apapun yang Dia inginkan. Rencana Allah bertujuan bahwa segala sesuatu “yang sebelumnya” (sudah) ada, kemudian “diciptakan” sehingga (menjadi) ada .

Dengan kata lain, dalam kehendak Allah, segala hal tergambar sebagai yang sudah ada, sebelum mereka benar-benar diciptakan. Ini adalah "text-book" notional Yahudi tentang pra-eksistensi, karena mereka mengerti dengan benar bahwa semua hal telah ada sebelumnya dalam rencana Allah sebelum pada gilirannya tercipta menjadi eksistensi fisik yang nyata!

Kesimpulannya: Baik komentar ekstra-alkitabiah dari Bait Kedua dunia Yahudi (budaya Yesus sendiri), dan dari seluruh kandungan Kitab Suci mereka, benda-benda dan orang-orang dinyatakan sudah ada secara notional tanpa perlu memikirkan bagaimana mereka secara harfiah di Sorga sebelum terwujud di bumi pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 

Dengan demikian, ketika paradigma ini dihadapkan pada teks-teks yang menurut pemahaman mayoritas umat Kristen menyiratkan Yesus secara pribadi memang ada secara sadar (sebagai Tuhan) sebelum penampakan fisiknya di bumi, segala kebingungan tentangnya pun praktis sirna! Sebab seperti biasa, bukan teori, tapi kontekslah yang harus menang! 

Jadi, mari kita serahkan saja kepada seorang penulis Yahudi modern untuk menyimpulkannya;

"Mesias… hadir dalam pikiran Allah dan dipilih sebelum penciptaan, dan dari waktu ke waktu diungkapkan kepada orang-orang benar untuk penghiburan mereka; tapi dia… sebenarnya tidak ada sebelumnya. Dia dinamai dan disembunyikan sejak awal dalam pikiran rahasia Allah, akhirnya terungkap di Akhir Zaman sebagai Manusia ideal yang akan membenarkan ciptaan Allah atas dunia.” [7].

Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!


CATATAN KAKI:
Paparan di atas dikutip dan disadur bebas dari materi tulisan Dr Dustin R. Smith dalam artikelnya yang berjudul: “John and Jewish Preexistence, "An Attempt to Responsibly Set the Christology of the Fourth Gospel in its Proper Historical and Theological Matrix of Thought", Dipresentasikan pada Konferensi Teologi Universitas Alkitab Atlanta 2015.

[3] Caspar Wistar Hodge, “Foreknow,” di ISBE, v ol. 2, 1130.
[7] Schonfield, Hugh. "The Passover Plot", p. 256


More Related Posts


No comments :

Blogger Comments

Contact Form

Name

Email *

Message *