Comments
Timelines
Contact
Social Media

Sunday, November 20, 2016

thumbnail

Sudah Benarkah Doktrin Kristen Yang Menyatakan Bahwa Allah Adalah Roh? comments


BENARKAH ALLAH ADALAH ROH?

Sebagai makhluk ciptaan Allah, saya tidak percaya, bahkan sangat tidak percaya, bahwa nabi Yesus Kristus (pbuh) pernah mengucapkan kalimat seperti yang dikarang oleh para editor alkitab dalam Yohanes 4:24, di mana disebutkan bahwa "Allah adalah Roh ..... dst"

Sebagai gantinya, saya lebih percaya pada ucapan beliau yang juga dicatat dalam injil Yohanes 5:37 dengan narasi yang seharusnya lebih lengkap, kurang lebih begini:

Kalian tidak pernah mendengar suara-Nya, apalagi melihat wujud-Nya, karena Allah memang tidak dapat didengar dan tidak dapat dilihat oleh manusia.


Alasannya?
Karena makna eksplisit maupun implisit dari Yohanes 5:37 tsb sesuai dengan ajaran semua nabi terdahulu dan ajaran nabi terkemudian, sebagaimana ditulis oleh Musa dalam kitabnya, bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah!

Kenapa?
Pertama, karena yang terdengar dan terlihat sudah pasti adalah ciptaan, sedangkan Allah tidak sama dan tidak menyerupai apapun dari seluruh ciptaan-Nya, apalagi menyerupai Tuhan hasil ciptaan dari hayalan manusia!

Kedua, kalimat dalam Yohanes 4:24 itu dikarang oleh penulisnya kurang lebih 80 tahun setelah nabi Yesus Kristus (pbuh) sendiri tiada. Artinya dia tidak pernah menjadi saksi mata dan mendengar sendiri bahwa memang benar nabi Yesus Kristus (pbuh) pernah berkata bahwa Allah adalah Roh!
Di samping itu, tidak pernah jelas pula kata apa dan dalam bahasa apa yang sesungguhnya tertulis dalam Yohanes 4:24 itu pada awalnya, karena selama hampir 19 abad, ratusan bahkan mungkin ribuan kata dan ayat-ayat, termasuk Yohanes 4:24, dalam kitab kristen ini secara terus menerus direvisi oleh para editornya mengikuti perintah dan pesan sponsor dari petinggi gerejanya masing-masing.
Ketiga, ketika coba menjelaskan eksistensi Allah seperti dimaksud oleh nabi Yesus Kristus (pbuh) dalam Yohanes 5:37, para editor alkitab mengalami kebingungan luar biasa tentang bagaimana menggambarkan Allah yang dipercaya ADA, tapi tidak terdengar dan tidak pula terlihat itu.
Di dalam kebingungan dan keterbatasan nalar kristen mereka, seperti sudah lama diisyaratkan oleh nabi Yesus kristus (pbuh) dalam Yohanes 16:12, bahwa kecerdasan iman pengikutnya jauh di bawah kecerdasan iman pengikut "si Penghibur" yang datang kemudian, akhirnya para editor ini memutuskan untuk menuliskan - atas nama Yohanes - bahwa Allah adalah Roh, mengikuti asumsi produk keterbatasan akal mereka yang cuma sampai pada kesimpulan sedangkal itu, bahwa sosok hidup yang ADA tapi tidak telihat oleh manusia hanya Roh. Dan karenanya, mereka pun menyamakan Allah dengan Roh!
Di Indonesia, salahsatu sumber catatan sejarah kitab kristen sendiri, yaitu Sabda Web, menunjukkan bukti-bukti bahwa dalam Terjemah Lama (TL) Kisah Para Rasul yang disebut-sebut sebagai tulisan Lukas, Allah digambarkan sebagai "Zat yang tidak dapat dijelaskan".

"Maka oleh sebab kita dijadikan Allah, tiadalah patut kita menyangkakan ZAT Allah itu serupa dengan emas atau perak atau batu yang berukir dengan kepandaian dan akal manusia."

Bukan hanya Lukas, Paulus yang disebut-sebut sebagai pengarang kitab Ibrani dan epistel Timotius juga menggambarkan Allah sebagai zat. Ya, menurut kitab kristen sendiri, Allah adalah ZAT, seperti tertulis dengan sangat jelas di antaranya begini:

"Yang hanya mempunyai ZAT yang tiada mati, dan mendiami terang yang tiada terhampiri; Yang tiada pernah dilihat atau dapat dilihat orang, maka bagi-Nyalah kemuliaan dan kuasa yang kekal. Amin."

"Maka Ialah menjadi cahaya kemuliaan Allah dan ZAT Allah yang kelihatan, serta Ia menanggung segala sesuatu dengan firman kuasa-Nya; dan setelah Ia membuat persucian segala dosa, maka duduklah Ia di sebelah kanan Yang Mahabesar di dalam ketinggian;"

"Karena sedangkan Taurat itu hanya menunjukkan bayang-bayang segala berkat yang akan datang itu, bukannya ZAT yang sungguh segala perkara itu, maka ia itu dengan korban itu juga, yang senantiasa dipersembahkan oleh imam-imam tiap-tiap tahun, sekali-kali tiada dapat menyempurnakan orang-orang yang menghampiri itu."

Jadi, siapapun umat kristen Indonesia dewasa ini yang meyakini Allah adalah Roh dan Roh Allah adalah Allah patut merenungi pertanyaan sangat serius ini; "sudah benarkah iman saya selama ini?"

Kenapa?
Karena jika benar Allah adalah Roh -- dan Roh Allah adalah Allah -- maka menurut kitab kristen sendiri, semua manusia adalah Allah!

Perhatikan lagi firman Yang Mahakudus, bahwa sejak pada mulanya, Roh-Nya sudah lebih dulu berdiam pada diri setiap manusia.

Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena  .... dst."

Ini dengan sendirinya membuktikan bahwa apa yang tertulis dalam Yohanes 4:24 adalah informasi yang tidak sama dengan eksistensi Allah yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, iman kristen adalah iman yang tidak sama dengan iman yang dikehendaki oleh Allah yang sebenarnya!

Lalu, bagaimanakah agar iman kita sesuai dengan iman yang dikehendaki oleh Allah?
Nabi Yesus Kristus (pbuh) berpesan agar pengikutnya mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang seumur hidup beliau sembah, begini:

Maka kata 'Isa kepadanya, "'Hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segala ingatanmu.'"
Artinya, dalam mengenal Allah, maka hati, jiwa, dan segenap akal budi harus lebih dominan daripada secara membuta percaya begitu saja pada semua tulisan dalam kitab yang bolak-balik direvisi, lalu diamini oleh para pendeta dan pastur dengan tambahan berbagai "improvisasi indah" yang menghanyutkan nalar dalam setiap khotbah mereka di mimbar gereja!
Ini sesuai dengan perintah Allah yang dsampaikan melalui "Si Penghibur" kepada utusan terakhir-Nya, Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan agar setiap manusia menggunakan akalnya secara paripurna untuk berpikir lebih dulu sebelum mengamini, apalagi mengimani segala sesuatu yang dikatakan berasal dari Allah!

Misalnya saja berpikir logis bahwa mustahil Nabi Yesus Kristus (pbuh) mengajak pengikutnya untuk kembali ke jaman neo-litikum di mana manusia pada jaman purba tsb, sekitar 10 ribu tahun sebelum beliau lahir, umumnya adalah peyembah roh (dikenal dengan sebutan animisme dan dinamisme) yang pada jaman itu merekayasa sendiri sesembahan mereka dalam bentuk fisik sepeti menhir, pahatan batu atau kayu, dll, yang tidak ada bedanya dengan pahatan kayu salib atau patung Yesus Kristus (pbuh) yang dewasa ini banyak kita temui dipajang di tempat-tempat ibadah atau di rumah-rumah pengikut Paulus.

Tapi kalau tetap memilih bebal dengan mengimani doktrin tidak jelas yang bersumber dari kitab yang jauh lebih tidak jelas lagi, maka resikonya sudah pasti, yaitu masuk neraka!
"Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." (QS. 10:100)

Demikian.
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!


No comments :

Blogger Comments