Comments
Timelines
Contact
Social Media

Monday, January 4, 2016

thumbnail

IV. Tanda Dan Bukti Dipenuhi Roh Kudus comments


Pasal 7: 
TANDA BUKTI DIPENUHKAN ROH KUDUS
Tentang tanda bukti dipenuhi oleh Roh Kudus belum terjadi kesepakatan pendapat. Ajaran tentang tanda bukti telah dipenuhkan oleh Roh begitu berbeda-beda tetapi semua sepakat bahwa dipenuhkan oleh Roh Kudus harus mempunyai tanda bukti. Karena itu, tentang tanda bukti dipenuhkan oleh Roh, kami melihat ada tiga bukti yang harus menyertai. Kesemuanya dilihat dari terang Firman Allah. Pertama, tanda bukti lahiriah, kedua, tanda bukti moral, ketiga, tanda bukti dinamika pertumbuhan rohani.
Pertama, Tanda Bukti Lahiriah.
Kisah Para Rasul 2:4 “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dengan bahasa lain seperti yang diberikan Roh kepada mereka untuk mengatakannya”. Diawali dengan tiupan angin yang keras dan lidah api bertebaran ditas kepala mereka, kemudian mereka mulai bertutur dengan “bahasa yang lain” seperti yang diberikan oleh Roh Kudus untuk bertutur. Bahasa yang lain itu tidak pernah dipelajari sebelumnya (Kisah Para Rasul pasal 2). Jelaslah bahwa apa yang terjadi dikamar loteng Yerusalem telah menjadi satu pola, yaitu tanda yang khas bila dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 10:44-46 “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang karena melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa Roh dan memuliakan Allah . . .”
Bagaimana Petrus dan orang-orang bersama dia dapat menidentifikasi bahwa mereka telah dipenuhkan oleh Roh Kudus. Jawabnya, “Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh”. Rupanya bagi mereka bahasa Roh telah menjadi identifikasi tentang ciri dipenuhkan oleh Roh Kudus. Namun ada sebagian berkata bahwa “dipenuhkan” oleh Roh Kudus pada hari Pantekosta tidak sama dengan selanjutnya. Sebab pada hari Pantekosta mereka dipenuhkan dengan tanda memakai bahasa roh dengan bahasa bangsa-bangsa sekitar Israel. Ada lima belas bahasa dipakai oleh mereka pada hari Pantekosta. Ya, memang satu argumentasi yang baik, tetapi coba perhatikan, pada Kisah Para Rasul 11:15, “dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita”. Rasul Petrus tidak membedakan kepenuhan mereka di rumah Kornelius dengan para rasul di kamar loteng Yerusalem. Petrus berkata, “Sama seperti dahulu ke atas kita”.
Rasul Petrus tidak membedakan bahasa Roh pada hari Pantekosta dan pengalaman bahasa roh selanjutnya dalam pengalaman dipenuhkan oleh Roh Kudus. Kita harus maklum kebenaran tentang bahasa roh bahwa bahasa roh tidak dipakai untuk berkomunikasi dengan manusia. Bahasa roh adalah supranatural tidak dipahami oleh manusia. Karena bahasa roh adalah satu konumikasi Roh Kudus dalam diri kita dengan Allah di Sorga. Ke 120 murid yang dipenuhkan di kamar loteng Yerusalem tidak pernah mengetaui bahwa mereka telah berbicara dengan bahasa-bahasa bangsa sekitar mereka. Rupanya bukti pertama dipenuhkan oleh Roh Kudus bahasa Roh diwujudkan melalui bahasa yang dimengerti oleh orang sekeliling . Tuhan membuktikan, bahwa bahasa roh itu sumbernya bukan manusia tetapi Roh Kudus. Mereka tidak sekedar dengar bahsa roh yang tidak dipahami tetapi yang dipahami oleh manusia sebagai bukti dalam bahasa roh bukan sekedar bunyi tetapi sedang menyampaikan berita. Kalau selanjutnya, bahasa roh memakai bahasa yang tidak dipahami memang kita harus mengerti bahwa berkata-kata dengan bahasa roh adalah bukan berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah Bapa.
1 Korintus 14:2 “Siapa yang berkata-kata dalam bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak seorangpun yang mengerti bahasanya, oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia”.
Dalam 1 Korintus 14, Rasul Paulus memberi penjelasan tentang pemakaian bahasa roh ditengah perhimpunan orang percaya. Tentang etika kafaedahan penggunaannya. Kita harus mempelajari dengan seksama fasal ini, karena banyak kali telah dipakai untuk mengargumentasi perlu tidaknya bahasa roh. Paulus menekankan kafaedahannya untuk kebersamaan.
Perhatikan, bahwa Rasul tidak pernah melarang untuk memakai bahasa roh dalam perhimpunan. Karena dalam fasal tersebut dia menekankan kefaedahan untuk orang banyak. Berbicara dalam bahasa roh apabila tidak diterjemahkan sangat tidak menguntungkan bagi seluruh perhimpunan (1 Korintus 14:1-10). Kiranya, segala sesuatu yang dilakukan di dalam perhimpunan bermakna untuk keuntungan rohani seluruh perhimpunan (jemaat). Jadi kalau ada bahasa roh dipakai dalam perhimpunan dan tidak diterjemahkan itu berarti orang tersebut sedang berbicara suatu rahasia kepada Allah. Melalui fasal tersebut juga suatu misteri apakah Rasul Paulus berbicara dalam bahasa roh atau tidak terungkap. Hal ini penting karena adanya pendapat bahwa Paulus tidak berbicara dalam bahasa roh tatkala dia dipenuhkan (Kisah Para Rasul 9:19). Ternyata Rasul Paulus berkata bahwa dalam berkata dengan bahasa roh, Paulus bahwa dia lebih daripada kamu semua. Itu berarti bahwa Paulus memanfaatkan bahasa roh dalam berkomunikasi dengan Tuhan ketika dia berdoa seorang diri, sebagai ibadah yang terus menerus kepada Tuhan (1 Korintus 14:18). Jadi, Paulus juga berbahasa roh dalam pengalaman kepenuhannya.
Ada pendapat bahwa bagaimana mungkin bahasa roh itu bisa mengirim berita atau mengandung komunikasi bahasa kepada Tuhan: alasannya, bahwa bunyi yang dikeluarkan tetap sama terus menerus. Mungkin hanya kombinasi dari tiga huruf terus menerus. Banyak kali dalam pengalaman memimpin seminar kami jumpai pertanyaan yang cenderung menolak tanda bahasa ini. Perhatikan, 1 Korintus 14:10 , “Ada banyak entah berapa banyak macam bahasa di dunia tidak satupun diantaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti”. Yang penting dalam bahasa bukanlah banyaknya huruf yang dikombinasi, tetapi “bunyi” itu. Begitu banyak bahasa di dunia yang tidak memakai seluruh huruf-huruf yang ada dalam abjad. Jadi, kunci satu bahasa bukannya banyak huruf yang tersusun menjadi kata, tetapi bunyi itu. Contoh: “Morse” ialah satu komunikasi elektronik yang dipakai dalam dunia pelayaran ataupun kemiliteran ataupun di kantor perhubungan untuk kepentingan masyarakat. Bahasa morse adalah melalui bunyi yang terdiri dari bunyi titik (pendek) dan titik panjang. Sepintas lalu seperti tidak mengandung apapun arti dalam bunyi tersebut. Namun, ternyata bunyi yang itu yaitu . . . .. . .. . . dstnya silih berganti bisa mengirimkan berita yang tidak terbatas. Bagaimana dengan bahasa roh yang juga mengandung bunyi dan miskin kombinasi huruf. Kalau morse oleh teknologi dapat mengirim berita yang tidak terbatas, sudah tentu Roh Kudus yang lebih dari teknologi dapat melakukan lebih dahsyat dari morse. Benarlah firman Allah bahwa mereka yang berkata-kata dengan bahasa roh sedang berkata-kata dengan Allah. Roh Kudus sedang mengucapkan satu misteri dengan Allah (1 Korintus 14:2).
Dan sekarang, menjawab pertanyaan apakah benar pendapat sebagian orang bahwa bahasa roh hanyalah tanda yang berlaku pada hari Pantekosta dan tidak terulang lagi (Kisah Para Rasul 2:4). Saya melihat itu tidak Alkitabiah. Alasannya, baca : Kisah Para Rasul 19:16, ” . . .dan ketika Paulus menumpangkan tangan turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat”.
Kejadian tersebut di atas terjadi 25 tahun setelah hari Pantekosta. Kalau pendapat mereka tentang berbahasa roh hanya terjadi pada hari Pantekosta maka itu suatu kekeliruan. Jelaslah, Kisah Para Rasul 19:16, tidak boleh terjadi. Bayangkan, setelah 25 tahun sejak hari Pantekosta dalam Kisah Para Rasul pasal 2, pengalaman berbahasa oleh Roh masih lagi terjadi. Dan itu berarti pengalaman dipenuhkan oleh Roh dengan tanda bahasa roh masih terjadi sampai hari ini.
Kita datang pada kesimpulan bahwa tanda fisik berbicara dalam bahasa roh adalah merupakan bukti tanda pertama bagi semua orang tanpa terkecuali harus dialami bagi setiap orang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus Kristus melalui pengakuan percaya dan juga bersedia untuk dibaptis ke dalam Yesus Kristus dalam baptisan air (Markus 16:16, Matius 28:19, Kisah Para Rasul 2:38).
Kedua, Tanda Bukti Moral.
Kalau tanda bukti fisik adalah berbicara dalam bahasa roh bahwa tanda itu seketika dapat dilihat dan disaksikan oleh orang sekeliling. Maka tanda moral adalah satu akibat kehadiran Roh Kudus dalam hati manusia. Roh Kudus mulai mempengaruhi sikap dan sikap moral orang percaya. Camkan selalu, Roh Kudus adalah satu pribadi dan dimana pribadi itu hadir maka otorisasiNya harus kelihatan. Alangkah tidak benar kalau oknum Roh Kudus ada dalam diri tetapi bukti kehadiran itu tidak nampak. Bukan pribadi Roh Kuduslah yang tidak benar, tetapi manusianya yaitu orang percaya yang tidak benar. Tidak mau memberi diri untuk taat kepada Roh Kudus. Roh Kudus tidak pernah meniadakan kebebasan moral manusia. Tetapi Dia ingin membimbing supaya memberi diri taat sepenuhnya kepada bimbingan Roh (Galatia 5:24-25).
Kita harus membedakan karunia-karunia Roh Kudus (Gifts) dengan buah-buah Roh Kudus (Fruits). Karunia-karunia (kharismata), adalah manifestasi Roh kepada siapa yang dikehendakiNya. Kharismata (karunia-karunia) adalah manifestasi sesuai kehendakNya, dan itu tidak paten berada atau tampak dalam pelayanan. Hanya setuju dengan kehendak Roh Kudus. Pemberian itu tidak selalu nyata, karena jelaslah merupakan satu manifestasi, (1 Korintus 12:7-11). Manifestasi tersebut berdasarkan pemberian yang bersifat khusus seperti yang dikehendakiNya (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia itu dinyatakan bukan untuk pribadi orang yang dipenuhkan Roh Kudus, tetapi kepentingan pelayanan tubuh Kristus (baca: 1 Korintus 12:26-30).
Kita melihat contoh satu jenis pohon, entah pohon durian, pohon mangga, pohon manggis, dstnya. Bagaimanakah kita mampu mengidentifikasikan masing-masing jenis pohon. Sudah tentu dengan buah-buah yang dikeluarkan kita akan tahu tentang jenis pohon (Matius 7:19-20). Buah bukanlah sesuatu yang diusahakan tetapi konsekuensi logis dari jenis keberadaan. Sebagai contoh lagi, bila kita menyalakan api unggun maka akan kelihatan satu nyala api yang besar dan kita akan merasakan pengaruhnya yaitu merasa panas bila mendekati api itu. Panas bukanlah sesuatu yang dapat dipisahkan dari api itu tetapi akibat langsung. Begitu adanya api pada saat yang sama juga ada panas. Jadi panas tersebut bukan suatu pemberian dari api tetapi identik dari api itu sendiri. Panas adalah karakteristik dari Roh Kudus itu sendiri.
Galatia 5:22-23, “Tetapi buah Roh adalah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, tiada hukum yang menantang hal-hal itu”.
Kesembilan buah Roh tersebut harus menjadi pakaian yang tampak bagi setiap orang yang dipenuhkan oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi Allah mempunyai sifat-sifat rohani yang ditampilkan sebagai buah-buah Roh Kudus. Sudah tentu buah-buah Roh Kudus tersebut tidak secara otomatis seketika harus secara absolut menjadi karakter orang percaya. Sebagaimana sebuah pohon tidak otomatis mengeluarkan buah, tetapi karakter buah itu telah ada bagi tiap-tiap jenis pohon. Demikian juga bahwa buah-buah Roh secara pasti harus tampil melalui moral orang percaya.
Tampilnya, buah-buah Roh Kudus melalui kita mentaatkan diri di bawah dominasi otoritas Roh Kudus dimana kehendakNya yaitu Firman Allah menguasai hidup orang percaya. Karena itu, rasul Paulus memberi rahasia supaya buah-buah Roh Kudus menjadi nyata, yaitu: “Barangsiapa telah menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Galatia 5:24).
Melalui penyangkalan diri, maka satu persatu karakteristik atau buah Roh Kudus menjadi kenyataan dalam moral orang percaya. Pertama-tama, ialah “kasih”, karena kasih menjadi sifat utama dari Allah. Kemudian buah yang lain, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan dstnya secara pasti menjadi karakter atau moral. Buah-buah Roh Kudus harus mendominasi kelakuan orang percaya sehari-hari.
Efesus 5:18: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.
Peringatan di atas bukan berarti bahwa mereka orang percaya di Efesus semuanya sebelumnya mempunyai kebiasaan selalu mabuk oleh anggur. Paulus sedang memberi keterangan tentang bagaimana pola hidup bila “penuh” dengan Roh Kudus. Kalau seseorang mabuk oleh minuman keras (anggur) secara pasti keadaan orang itu sedang dibawah kendali minuman keras dan cenderung melakukan hal yang tidak etis yaitu kehendak daging. Demikianlah gambaran bila kita penuh oleh Roh maka kita harus dibawah kendali otoritas kuasa Roh Kudus. Perhatikan hidup dibawah kendali bukanlah suatu himbauan, tetapi printah. Mabuk dipakai kata Yunani “asotia” yang berarti tidak dapat mengawasi dirinya sendiri. Dalam keadaan dipengaruhi oleh minuman keras. Sebaliknya dibawah keadaan penuh Roh Kudus bukan berarti kita kehilangan jati diri tetapi justru kita penuh pengendalian diri, artinya secara kesadaran penuh kita memberi diri takluk kepada kehendak Firman Allah dan melimpah buah-buah roh (Galatia 5:25).
Efesus 5:19: “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyilah dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati”.
Orang percaya yang dipenuhkan Roh Kudus yang memiliki moral Kristus yaitu buah-buah Roh Kudus, harus mempunyai model hidup yang disaksikan orang banyak. Hadiwijono, dalam bukunya Baptisan dan Kepenuhan, menulis bahwa semua orang yang dipenuhkan Roh Kudus harus mampu menampilkan pola hidup yang mengutamakan “persekutuan” bersama-sama orang percaya, melimpah pujian dan nyanyian rohani serta ucapan syukur kepada Tuhan. Berkata-kata seorang kepada yang lain, adalah satu kehidupan ibadah persekutuan dengan semua orang percaya. Kasih sebagai buah Roh yang pertama hanya mampu diwujudkan di dalam persekutuan dengan orang percaya lainnya. Demikian pula kedelapan buah roh lainnya hanya dapat berwujud melalui kehidupan persekutuan sesama tubuh Kristus. Hendaklah kamu penuh dengan Roh, sebenarnya suatu perintah supaya hasil kepenuhan harus tampak.
Memang buah-buah Roh bagian misi setiap orang percaya, keberadaan tiap orang percaya harus menjadi garam di tengah dunia. Semua orang percaya dimanapun dia berada pasti sedang mengemban misi penyelamatan sebagai pertanggungjawaban iman, membawa sebanyak mungkin orang-orang kepada keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus (Matius 5:13).
Ketiga, Mengalami Dinamika Pertumbuhan Rohani terus menerus.
Tanda bukti yang ketiga, yaitu bukti terjadinya pertumbuhan rohani terus-menerus menuju kepada kedewasaan atau kepenuhan Kristus. Salah satu maksud mengapa Roh Kudus dicurahkan untuk mendiami orang percaya yaitu supaya bertumbuh terus dalam kebenaran. Tingkat pertumbuhan rohani ini juga harus menjadi satu bukti tanda dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Yohanes 16:13. “Tetapi apabila Ia datang yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran . . . . . . . “.
Firman Allah adalah Allah sendiri (Yohanes 1:1). Mempunyai dimensi rohani limpah dengan misteri rahasia Allah. Dunia tidak dapat mengerti hikmat Allah, intelek manusia sangat terbatas. Siapakah yang dapat mengerti apa yang ada dalam hati Allah selain Roh Kudus. Manusia sendiri sukar dan tidak dapat memahami. Tetapi apabila kita memiliki Roh Allah maka kita akan mengerti apa yang ada di hati Allah.
Efesus 1:3-4 “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kita segala berkat rohani di dalam Sorga. Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapanNya”.
Sesungguhnya, di dalam Kristus Yesus ketika Dia memberi diriNya untuk mati di kayu salib Golgota, Dia tidak datang memberi diriNya saja, tetapi juga di dalam Dia oleh kematianNya, maka segala kekayaan kemuliaan Sorga telah diberikan kepada GerejaNya. Firman Allah berkata, “sudah memberkati kita dengan segala berkat rohani di dalam Sorga”. Bagaimana cara untuk mewujudkan segala kekayaan rohani sorgawi yang harus menjadi milik orang percaya. Kedewasaan rohani menjadi kunci segala keberkatan sorgawi dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan mengiring Dia.
Efesus 4:12-13. “Dan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”
Roh Kudus aktif mendorong dan memberi kesanggupan rohani supaya Gereja Tuhan dapat bertumbuh kedalam semua kepenuhan Kristus. Perjanjian keberkatan rohani tergantung bagaimana kita bertumbuh didalam Dia.
Berbahasa Roh Tanda Kepenuhan Berbeda dengan Karunia Bahasa Roh dalam Kharismata – 1 Korintus Fasal 12.
Bahasa roh tanda kepenuhan Roh Kudus dibedakan dengan karunia berbahasa roh yaitu dari sembilan kharismata di dalam 1 Korintus 12:7-11. Bahasa roh tanda kepenuhan wajib dimiliki semua orang percaya sebagai tanda awal dipenuhkan oleh Roh Kudus. Sedangkan karunia bahasa roh tidak dimanifestasikan untuk semua orang.
1 Korintus 12:29-30, ” . . . . .Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat atau untuk menyembuhkan atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh”. Rasul Paulus menjelaskan tentang karunia-karunia 1 Korintus 12:7-11, adalah mereka semua bernubuat, dstnya. Berarti kharismata (karunia-karunia) tersebut tidak dimanifestasikan sama untuk semua orang. Sedangkan berbahasa roh tanda kepenuhan di dalam Kisah Para Rasul pasal 2,10,19 bahwa mereka semua berbicara dalam bahasa roh.
Berbahasa roh sebagai bukti pertama dipenuhkan oleh Roh Kudus, itu wajib untuk menjadi tanda bagi semua orang. Itu harus terjadi pada pengalaman pertama dipenuhkan oleh Roh Kudus. Pendeta W.W. Paterson dalam Pelajaran Roh Kudus, menulis bahwa berkata-kata dalam bahasa roh sebagai bukti pertama kita dipenuhkan oleh Roh Kudus, bukanlah karunia lidah yang dibicarakan dalam 1 Korintus 12 dan fasal 14. 1 Korintus 14:27-28, Paulus memberi peraturan untuk memakai karunia bahasa roh ini, biarlah dua orang sebanyak-banyaknya tiga orang, tetapi seorang lepas seorang dan biarlah seorang mengartikan maknanya . . . “Pada hari Pantekosta Kisah Para Rasul 2:4 murid sekaligus berbicara dengan pelbagai-bagai bahasa.” Karunia bahasa roh, mempunyai peraturan dan supaya diartikan maknanya. Jadi, karunia bahasa roh mengandung arti nubuat apabila diterjemahkan.
Pasal 8: 
TUJUAN DIPENUHKAN ROH KUDUS
Hari Pantekosta dimulainya satu era yaitu zaman Roh Kudus Gereja Tuhan resmi lahir pada hari Pantekosta. Ada ajaran yang mengajarkan bahwa Gereja telah lahir sebelum hari Pantekosta bahkan telah lahir dari Perjanjian Lama. Kita harus jeli melihat dasar kebenaran Firman Allah. Sebab Gereja tidak boleh ada sebelum Kristus melakukan karyaNya di atas kayu salib. Apabila kita percaya dan benarkan bahwa Gereja secara fakta telah lahir sebelum kematian Yesus, itu berarti kita membenarkan kebenaran bahwa tanpa “Darah Kristus” Gereja bisa lahir. Keselamatan dapat juga diperoleh tanpa darah Yesus. Saya percaya bahwa biang keladi “penolakan persembahan Kain di atas mezbah, sebab Kain dengan beraninya membuat persembahan kepada Allah tanpa mengandung darah. Kain mempersembahkan hasil ladang sedangkan Habil mempersembahkan korban sembelihan (Kejadian 4:1-5). Sudah sejak awal Allah telah memberi percontohan tentang korban yaitu korban sembelihan, hal itu Allah sendiri telah lakukan untuk menutupi ketelanjangan manusia pertama (Kejadian 3:21).
Karena itu Gereja harus lahir pada hari Pantekosta sekaligus telah menggenapkan dua syarat ilahi, yaitu, darah Kristus sebagai korban tebusan dan pengampunan dosa dan Roh Kudus yang menghidupkan GerejaNya (1 Petrus 1:18-19, Kisah Para Rasul 2:4). Apakah maksud ilahi dengan Gereja Tuhan, yaitu kelompok orang-orang percaya yang telah dibasuh oleh darahNya dan dihidupkan oleh Roh Kudus 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”.
Gereja terpanggil untuk memberikan perbuatan-perbuatan besar yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus, Gereja sebagai tubuh Kristus merupakan kepenuhan Dia dalam segala sesuatu Gereja harus menyampaikan kepada dunia tentang keselamatan didalam Yesus Kristus. Segala sesuatu yang telah diletakkan Yesus Kristus harus digenapkan oleh dan didalam GerejaNya sebagai tubuh Kristus.
Roh Kudus Menjadikan Gereja Misi.
Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun keatas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Roh Kudus tidak datang untuk hanya kepentingan diri orang percaya. Tetapi Dia memberi kuasa supaya Gereja bergerak dan menyampaikan berita keselamatan sampai ke ujung bumi.
Sebelum murid-murid dipenuhkan, Yesus melarang mereka untuk pergi meninggalkan Yerusalem sampai mereka dipenuhi oleh kemampuan ilahi. Tanpa Roh Kudus memang tidak mungkin terjadinya misi dimuka bumi. Pra-syarat “dipenuhkan oleh Roh Kudus” adalah pra-syarat paling utama. Dalam bukunya, “Penginjilan Perorangan” Prof. Dr. W.S. Stanley Heat, mengatakan bahwa Roh Kuduslah yang empunya pekerjaan penginjilan. Bahwa Gereja hanyalah menjadi alat belaka. Memang kalau tinjau dari sudut bahwa Gereja adalah tubuh Kristus, maka kita mengerti bahwa kehidupan dan gerakan dinamika persekutuan Gereja dan Kepala hanyalah oleh Roh Kudus (Efesus 1:22-23).
Kita mengutip tulisan Prof. DR. J.I. Abmeno, bukunya “Roh Kudus dan PekerjaanNya”, menulis : “Subyek Apostolad yaitu Roh Kudus atau Roh Kristus, Ialah pelaku sebenarnya, Ialah yang menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yohanes 16:8), bukan kita. Dalam Yohanes 15:26-27, Yesus katakan, kalau Penghibur yang diutus telah datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, maka Roh itu akan bersaksi tentang Dia, dan murid-muridNya juga harus turut bersaksi, Yesus bermaksud disini yaitu bahwa sekalipun Roh Kudus adalah subyek apostolad, kita juga bertanggung-jawab penuh atas tugas yang dipercayakan kepada kita.
Sebelum Yesus Kristus naik ke Sorga, Tuhan Yesus memberi amanat Agung sebagai tugas utama yang harus dilaksanakan oleh Gereja Tuhan.
Matius 28:19 : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptilah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kehadiran Roh Kudus mengemban tugas pokokNya relevansi dengan pekerjaan penebusan yang telah dikerjakan Yesus sebagai Juruselamat isi dunia. Roh Kudus sebagai Oknum Allah yang mempunyai kemampuan dan bertugas untuk menginsyafi dunia akan dosa itu sudah datang. Gereja menjadi bejana Roh Kudus untuk melaksanakan misi pokok Roh Kudus. Oleh karena itu bahwa penginjilan bukanlah sesuatu opsi apakah hendak dilakukan atau tidak. Penginjilan adalah misi Agung dari Roh Kudus, dimana untuk itulah Yesus akan meminta kepada Bapa supaya diutus kepada kita orang percaya.
Sayang begitu banyak Gereja yang tidak lagi menaruh penginjilan sebagai prioritas utama dalam program Gereja. Apabila Gereja kehilangan misi penginjilan maka Roh Kudus sangat diduka-citakan. Kehadiran Roh Kudus adalah untuk menggenapkan amanat agung sebab kemampuan untuk itu sudah datang.
Ada dua hal yang sangat penting yang menjadi misi utama Roh Kudus, yaitu:
Pertama, Roh Kudus mempersiapkan hati orang untuk mendengar berita Injil.
“Sebab kalau Ia datang Ia akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8). Kita hanya memberitakan sebagai alat memberitakan injil itu. Roh Kuduslah bertugas memberi kemampuan hati untuk mengambil keputusan bertobat. Roh Kudus yang memiliki presensia yang lebih meluas mampu masuk kedalam hari, menyelidiki batin manusia dan membimbing kepada pertobatan.
Jadi, Roh Kudus mempersiapkan dengan membuka selaput mata jasmani untuk mengerti perkara-perkara rohani. Kemampuan mengambil keputusan sebab Roh Kudus telah mempersiapkan hati yang mampu mengerti maksud pertobatan. Apabila kita bercakap-cakap dengan orang yang belum memahami perkara rohani maka pada saat yang sama Roh Kudus sedang menjalankan tugas “evangelistisNya”. Roh Kudus tidak pernah melakukan tugas evangelistisNya tanpa pemberitaan Firman Allah.
Roma 10:14 “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia, bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia, bagaimana mereka mau mendengar tentang Dia jika tidak ada yang memberitakanNya” Roh Kudus mempersiapkan segala sesuatu, Gereja hanya menyampaikan berita keselamatan.
Kedua, Roh Kudus memberi kepastian selamat.
Kita maju kepada aspek kedua pada tugas Roh Kudus pada Gereja Apostolat. Yesus menjawab, kataNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali ia tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yohanes 3:3). Kelahiran baru adalah hasil pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah. Firman Allah oleh urapan Roh Kudus dapat menyentuh hati manusia, sehingga mengambil keputusan percaya kepada Yesus, bertobat dan lahir baru. Kelahiran baru, berarti kita berubah posisi, kita masuk kepada keluarga Allah, mengapa? Karena kita dilahirkan oleh Roh dan tidak lagi termasuk keluarga daging yang lahir oleh daging. Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerimaNya, diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”. Bayangkan selama kita tidak bertobat maka kita masih berada dalam penghukuman akibat dosa. Firman Allah berkata bahwa upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal didalam Yesus Kristus (Roma 6:23).
Kelahiran baru oleh Roh Kudus menjadikan orang percaya sebaai anak-anak Allah sehingga kita bukan lagi orang asing tetapi anggota-anggota keluarga Allah. Sebagai anggota keluarga Allah kita harus menikmati dengan iman. Sebagai anak-anak Allah kita berhak atas janji-janji Allah. Orang percaya menjadi perwaris bersama dengan Kristus Yesus.
Roma 8:16 “Roh itu bersaksi bersama-sama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus”. Sungguh bahagia Roh Kudus memberi jaminan keselamatan kepada kita. Karena olehNya, orang percaya diangkat menjadi keluarga Allah.
Roh Kudus Menghidupkan Gereja Sebagai Tubuh Kristus
Tinggallah didalam Aku dan Aku didalam kamu, sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah jikalau kamu tidak tinggal didalam Aku” (Yohanes 15:4).
Yesus Kristus menjelaskan keinginanNya supaya orang percaya tidak dapat berpisah dariNya dan tinggal tetap didalam Dia. Bagaimana perkara itu dapat terjadi? Bagaimanapun perkataan Yesus adalah suatu pernyataan dan harus diwujudkan. Pekerjaan Roh Kuduslah yang akan mewujudkan supaya orang percaya dapat tinggal didalam Yesus untuk selama-lamanya. Sebab itu, ketika Yesus berkata, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu; adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi jakalu Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”. Yohanes 16:7).
Setelah Roh Kudus turun, orang percaya diikat dengan satu persekutuan yang indah dengan Yesus Kristus, melalui pekerjaan Roh Kudus. Persekutuan itu diwujudkan bahwa kita orang percaya adalah tubuhNya, dan Yesus Kristus adalah Kepala atas tubuh itu. Sebagaimana kepala dan tubuh adalah satu, demikianlah terwujud persekutuan Kristus dan Gereja untuk seterusnya.
Efesus 1:22-23 “Dan segala sesuatu telah diletakkan dibawah khaki Kristus dan Dia telah diberikanNya kepada jemaat, sebagai kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuhNya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu”.
“Jemaat yang adalah tubuhNya, yaitu kepenuhan Dia”. Yesus Kristus yang adalah kepala tubuh berada di Sorga, semua orang percaya yang lahir baru sebagai tubuhNya diatas bumi adalah kepenuhan Dia. Tuhan Yesus telah menetapkan satu prinsip bagaimana akan menggenapkan kehendak Dia di zaman Roh Kudus, Gereja tempat kediaman Roh Kudus sebagai tubuhNya harus melaksanakan semua apa yang dikehendaki dan direncanakan Kepala.
Prinsip otorisasi ini dapat dimengerti dengan melihat hubungan antara kepala dan tubuh yang berlaku dalam diri manusia. Semua yang dilakukan tubuh adalah satu keputusan yang datang dari kepala. Sebab otak yang menjadi tempat berpikir (kedudukan intelek) dalam mempertimbangkan, merenungkan dan memutuskan segala sesuatu untuk dikerjakan terletak di kepala. Sehingga, semua komando tentang apa yang hendak dilakukan datang dari Kepala. Tubuh tempat terletaknya organ yaitu alat untuk melaksanakan kehendak kepala. Sehingga terjadi keharmonisan dalam tubuh manusia segala yang direncanakan dapat dilaksanakan. Begitu juga berlaku dalam tubuh Kristus. Yesus Kristus telah meletakkan dasar keselamatan melalui kematianNya di kayu salib Golgota, Gereja Tuhanlah yang harus melaksanakan seluruh “amanatNya” untuk memberitakan keselamatan kepada seluruh dunia. Gereja adalah kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. Misi Kristus tidak menjadi sempurna tanpa keselamatan isi dunia Gereja berkewajiban sebagai tubuh untuk memberikan amanat mulia itu, memang Gereja adalah kepenuhan Dia.
Makna utama tubuh Kristus, supaya kita tahu bahwa kita adalah tubuhNya dan dapat melakukan tugas yang diamanatkan Kristus Kepala Gereja.
Pertama, Matius 25:14-30, perumpamaan tentang “talenta”. Talenta telah dibagikan, maka tanggung-jawab kita memperdagangkan talenta itu. 1 Korintus 12:14, bahwa tubuh itu bukan hanya satu anggota tapi banyak anggota. Selanjutnya, bahwa tiap anggota mempunyai tugas berbeda dengan anggota yang lain. Semua anggota harus melakukan pertanggung-jawaban fungsionalnya dalam tubuh Kristus.
Pekerjaan Roh Kudus yang organis ini membuat semua orang percaya harus bergerak dan hidup, bertanggung-jawab kepada fungsinya. Makna tubuh Kristus berarti semua orang percaya harus mengetahui tempatnya, tidak memberi tempat kepada orang yang dengan alasan tertentu tidak dapat melayani Dia. Semua mesti memperdagangkan talenta itu untuk Dia. Bila ada yang tidak mau melayani maka itu berarti bukan tidak sanggup tetapi tidak mau melakukannya, contoh jelas kepada hamba yang mendapat satu talenta dan menguburkan talenta itu. Dia menolak melaksanakan amanat yang empunya talenta.
Sebagai anggota tubuh tidak boleh terjadi kekacauan tugas diantara anggota-anggota itu. Khaki tentunya tidak boleh karena memang tidak mampu melakukan tugas mata atau telinga sudah pasti tidak dapat melaksanakan tugas tangan dan sebaliknya. Semua orang percaya sudah pasti mempunyai tempat dalam tubuh Kristus.
Bagaimanakah kita mengetahui tempat kita dalam tubuh Kristus. Karena itu semua orang percaya harus selalu terlibat dalam persekutuan ibadah. Melalui kegiatan didalam ibadah dan melalui latihan-latihan pelayanan yang dikerjakan setiap ibadah. Akhirnya, Roh Kudus akan menyatakan kepada kita apa yang harus dikerjakan dalam melayani Dia. Tidak mungkin kemampuan melayani dengan talenta dapat kita temukan tanpa terlibat dalam persekutuan orang percaya.
Kedua, 1 Korintus 12:25-26, dalam anggota tubuh Kristus tidak ada satu anggota lebih indah dari anggota lainnya. Karena, semuanya merupakan satu persekutuan dan saling melengkapkan satu dengan yang lain. Kesempurnaan terjadi dalam persekutuan yang terdiri dari berbagai talenta atau karunia yang saling membutuhkan.
Jika terjadi bahwa satu anggota merasa sakit, maka semua anggota turut merasakan penderitaan tersebut. Bila satu bersukacita, maka seluruh anggota ikut bersukacita. Perasaan kebersamaan harus dimiliki oleh semua anggota tubuh Kristus. Anggota jemaat tidak ada yang harus merasa terisolasi. Anggota jemaat harus saling mengasihi dan saling memperhatikan.
Ibrani 10:25 Sebagai anggota tubuh Kristus harus sangat memperhatikan pertemuan ibadah kita. Persekutuan ibadah adalah manifestasi bahwa kita adalah satu tubuh didalam Dia. Dalam ibadah kita saling menasehati dan saling membangun, sehingga fungsi kita dalam tubuh Kristus semakin bertumbuh sempurna menjelang hari Tuhan.
Roh Kudus Penolong Pertumbuhan Rohani.
Pada waktu kita percaya dan bertobat maka kita mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus dan pada saat kita dalam posisi sebagai anggota keluarga Allah keadaan kita seperti seorang bayi rohani. Seorang bayi yang baru lahir kedalam keluarga Allah dan hal yang paling penting yaitu untuk makan supaya segera bertumbuh menjadi seorang anak dan akhirnya menjadi dewasa dalam keluarga Allah (Ibrani 5:12-14, 6:1-2).
Semua orang percaya harus bertumbuh untuk segera terlibat secara bersama dalam tubuh Kristus untuk ikut melayani Dia. Kita belum dapat melayani bila belum diperlengkapkan dengan semua pengetahuan dan pengertian. Orang percaya harus bertumbuh menjadi dewasa, menjadi matang dalam semua permasalahan rohani. Hanya orang yang dewasa dalam rohanilah yang dapat mempertanggung-jawabkan tentang imannya kepada dunia. Kematangan rohani melibatkan pengetahuan Firman Allah dan kematangan moral mampu membedakan mana yang baik dan kekuatan moral rohani untuk bertahan dari segala macam tipuan iblis untuk menjatuhkan iman.
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya suci dan tak bercacat menjeleng hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah” (Filipi 1:9-11). Sebegitu kita menjadi manusia rohani maka kita seperti masuk kedalam jalan tol rohani dan harus bergerak menuju sasaran yang merupakan satu perjalanan rohani yang panjang dan setiap saat kita diperhadapkan dengan perkara-perkara rohani yang sangat indah (Efesus 3:16-19). Perjalanan rohani tersebut menuju sasaran Yesus Kristus, Gereja bergerak untuk sampai kepada satu ketika mengalami kesatuan iman kedewasaan penuh yang mengalami kepenuhan Kristus.
Orang percaya yang statis karena tidak mengijinkan bertumbuh dalam rohani mengalami situasi rohani yang sangat memprihatinkan. Tidak bertumbuh berarti tidak memberi tempat kepada Roh Kudus untuk berperan aktif dalam hidup rohani. Roh Kudus menjadi “Dinamis” atau kuasa yang memanifestasikan semua janji ilahi Allah didalam FirmanNya. Kehidupan statis tidak bertumbuh, mengakibatkan kemiskinan rohani dan hidup tanpa manifestasi Roh Kudus mengalami kelelahan, kehilangan gairah semua menjadi serba rutin dan tradisi. Tidak ada satupun kemuliaan menjadi orang percaya yang kita dapatkan. Sebab semua janji kemuliaanNya hanya diberikan kepada Gereja yang bertumbuh artinya memberi tempat kepada Roh Kudus untuk ber-otoritas membimbing kedalam semua rahasia Allah.
Kolose 3:5,9-10 “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi . . . . Karena kamu telah meninggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”. Kita harus mempunyai keberanian tindakan meninggalkan semua yang duniawi dan hawa nafsu . . ., dan memberi diri kepada Roh Kudus yang memperbaharui dan memimpin rohani kita.
Tuhan Yesus Kristus ketika menjadi manusia, bukanlah manusia theofani (Allah berwujud manusia), tetapi manusia sejati. Dia menjadikan diriNya sebagai sasaran pertumbuhan Gereja. Gereja harus bertumbuh kedalam diri Yesus Kristus (Kolose 3:10, Yohanes 3:2-3).
Pertumbuhan rohani mengandung pengertian bertumbuh ke arah Yesus Kristus sebagai pusat kebenaran, itu berarti :
Pertama : Bertumbuh ke Dalam Kepenuhan Kristus
Efesus 4:11-13 : “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan palayanan bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”
Perhatikan sasaran pertumbuhan ialah ke arah “Kepenuhan Kristus”. Kata “Kristus” berarti “yang diurapi”, yaitu manusia Yesus yang diurapi sepenuhnya oleh Roh Kudus. Demikian juga orang percaya oleh pengurapan Roh Kudus menuju ke sasaran kepenuhan Kristus. Apakah definisi dari kepenuhan Kristus akan dibahas pada bagian berikut.
Pertumbuhan ke dalam kepenuhan Kristus adalah dinamika Roh Kudus dimana kita mengalami “transformasi” ke arah Kristus yang adalah kebenaran Gereja. Dinamika transformasi, adalah dinamika rohani yang hanya dimungkinkan oleh bimbingan Roh Kudus. Gereja tanpa menyerah sepenuhnya kepada oknum Roh Kudus tidak memungkinkan bisa mengalami kemuliaan rohani. Memang pertumbuhan ke arah Kristus adalah salah satu tugas mulia Roh Kudus, Yesus berkata bahwa masih banyak yang akan diajarkanNya tapi mereka atau murid-murid belum dapat memahami tetapi apabila Roh Kudus itu telah datang (Roh Kebenaran), hanya Dialah yang mampu membimbing orang percaya kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:13).
Kemampuan atau kepandaian manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah. Ada perbedaan hakiki antara pemikiran rohani dan pemikiran manusia biasa. Pemikiran rohani berbasis Roh Kudus yang memungkinkan melihat hakiki ke-Allahan yang Roh adanya. Sedangkan pemikiran manusia berbasis dunia fisik cenderung menguntungkan manusia daging belaka. Manusia jasmani tidak bisa berpikir masalah rohani, karena itu hanya dapat difahami melalui sarana rohani, yaitu Roh Kudus. Ada dua komponen yang ada dalam diri manusia yang harus takluk kepada Roh Kudus, supaya dapat berlayar dalam pelayaran rohani menikmati pewujudan Kristus dalam hidup (Yohanes 14:21,23). Kedua komponen manusia tersebut, sebagai berikut :
1. Akal, Intelek manusia, yang pertama harus dibaharui yaitu, akal atau intelek, bagian untuk berpikir.
Akal manusia setelah kejatuhan dalam dosa tidak lagi mampu berpikir rohani semua telah menjadi gelap. Manusia yang telah lahir baru sekalipun apabila tidak memperbaharui akal-budinya, juga tidak mampu bergerak melakukan kebenaran Allah. Roma 12:2 supaya kita memperbaharui akal-budi (Inggris = mind) untuk dapat membedakan mana kehendak Allah yang berkenan dan sempurna.
Akal atau pikiran tempat kedudukan daya pikir manusia untuk mengambil keputusan harus mengalami pembaharuan rohani. Bagaimana caranya, sangat sederhana untuk memberi akal-pikiran kita kepada Roh Kudus. Dalam Filipi 2:4, dikatakan bahwa hendaklah semua orang percaya memiliki pikiran dan perasaan seperti yang ada kepada Yesus Kristus. Bagaimana pola Yesus berpkir (ingat: Dia adalah manusia sama seperti kita) harus menjadi pola kita berpikir. Jawaban untuk memiliki pikiran yang ada kepada Yesus terdapat dalam Filipi 2:7-8, yaitu : “Melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diriNya sendiri dan taat sampai mati di kayu salib”.
Pola Yesus memberi ketaatan sepenuhnya kepada kehendak Bapa dengan cara mengo-songkan otoritasnya sebagai Allah. Supaya misinya sebagai Anak Manusia yaitu Domba yang akan tersembelih menjadi kenyataan. Pola pikir dari Yesus adalah berpikir menurut kehendak Bapa dan disinilah peranan Roh Kudus memberi kekuatan sepenuhnya kepada Yesus. Bayangkan, bagaimana Yesus Kristus berjuang untuk mengalahkan diriNya sendiri menghadapi kayu salib. Sampai Alkitab menceritakan bahwa peluhNya menjadi seperti titik-titik darah.
Tuhan Yesus telah memberi teladan bagi orang percaya supaya dapat berjalan dan bertumbuh terus dalam bimbingan Roh Kudus. Kepada siapakah harus kita memberi ketaatan sepenuhnya? Jawabannya, yaitu kepada kehendak Allah melalui kepatuhan kepada FirmanNya. Setelah kita bertindak dalam Roh Kudus untuk taat sepenuhnya, maka Roh Kudus yang sama akan memimpin orang percaya terus-menerus kedalam kebenaran Allah (Efesus 4:13).
2. Hati manusia juga harus dipersiapkan supaya menjadi tempat kediaman Roh Kudus.
Hubungan manusia dengan Allah adalah melalui hati manusia. Mengapa demikian? Hati manusia tempat kediaman Roh Kudus dan menjadikan hidup kita sebagai Bait Allah. Dalam Perjanjian Lama bahwa Allah bertahta di “Tempat Maha Kudus” dan dari sana memerintah Israel melalui para Imam Lewi. Pada zaman Roh Kudus ini, hati kita menjadi tempat kediaman Allah oleh Roh Kudus. Dan Allah memerintah orang percaya dalam hati kita tempat kediaman Roh Kudus dan juga tempat kita menyimpan semua Firman Allah yang kita dengar.
Pertumbuhan rohani adalah bukti pewujudan Yesus Kristus didalam kehidupan kekristenan. Firman Allah yang kita dengar tidak sekedar disimpan tetapi berubah menjadi karakter kita; Karakter Kristus secara perlahan-lahan mulai bertumbuh dari dalam hati kita dan tampak keluar. Itulah sebabnya, Gereja harus menjadi garam di tengah-tengah dunia. Oleh Roh Kudus dan FirmanNya membuat Kristus Yesus tinggal didalam hati kita. Karena itu, kita harus pelihara hati kita dengan baik karena dari sana terpancar mata air kehidupan, perhatikan ayat yang indah :
Efesus 3:16-17 “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya didalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam didalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar didalam kasih. Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus”.
Jelaslah pertumbuhan Kristus adalah pewujudan Yesus didalam hati yang terus-menerus bertambah sedikit demi sedikit melalui kebenaran FirmanNya, sampai sekali ketika kebenaran bahwa Gereja akan mengalami kepenuhan Kristus menjadi kenyataan.
Pertumbuhan rohani sama dengan kita mengambil bagian dalam kodratNya, Gereja akan mengambil sifat Allah sepenuhnya. Moral dan karakter Yesus Kristus ketika menjadi manusia berhasil sepenuhnya berwujud dalam diri orang percaya. Gereja menjadi sama seperti Yesus bukan berarti bahwa Gereja menjadi Allah. Tetapi maksudnya, bahwa ukuran Yesus sebagai manusia sempurna yang tidak bercacat-cela berhasil dinyatakan sebagai sasaran terakhir pertumbuhan Gereja.
Beberapa keuntungan rohani yang diperoleh dalam dinamika pertumbuhan rohani :
Pertama, kita menjadi mitra aktif Roh Kudus, Roh Kudus mewujudkan suasana kerajaan Allah dalam diri kita dan hidup dihiasi oleh buah-buah Roh Kudus, begitu pula karunia-karunia Roh Kudus menyertai pelayanan Gereja (Lukas 17:21, Galatia 5:22-23, 1 Korintus 12:7-11).
Kedua, memiliki pengetahuan rahasia Kristus, menjadikan hidup berdasar dan berakar dalam kasih Kristus dan tidak dapat diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pelajaran sesat, permainan palsu dan filsafat (Efesus 4:11-13, Kolose 2:2,3,7).
Ketiga, semua janji-janji ilahi hanya dinyatakan kepada orang percaya yang bertumbuh imannya. Pertumbuhan ke arah Kristus menyebabkan sifat dan karakterNya menjadi sifat kita. Kita bukan hanya dijauhkan dari segal dosa-dosa kita bahkan sifat ilahi telah menyebabkan kita tidak punya kemampuan untuk melakukan perkara-perkara dosa. Kodrat ilahi semakin mendominasi kehidupan walaupun kita masih merupakan manusia daging (1 Timotius 6:11, 2 Petrus 1:4).
Keempat, pertumbuhan yang terus-menerus kedalam Yesus Kristus maka Gereja akan menyaksikan dan mengalami bagaimana musuh yang terakhir dikalahkan, yaitu kuasa maut, yaitu Gereja akan mengalami pengubahan tubuh jasmani kedalam tubuh kemuliaan pada kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya (1 Korintus 15:53-54).
Kedua : Kepenuhan Kristus Berarti Pewujudan Firman Allah ke Dalam Kehidupan Orang Percaya.
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Selanjutnya, Yohanes 1:14 “Firman itu sudah menjadi manusia dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.
Tuhan Yesus adalah Firman yang telah ber”inkarnasi” menjadi manusia. James Barr, dalam *Alkitab Di Dunia Modern*, berkata bahwa para teolog menekankan bahwa yang dinyatakan Allah dalam proses penyataan, ialah Allah sendiri. Allah menyatakan Diri didalam firmanNya. Dan Firman Allah ialah Yesus sendiri. Firman Allah adalah pribadi dari Yesus sendiri, sebab Firman itu telah menjadi manusia.
Konsep bertumbuh menjadi dewasa dan mengalami “kepenuhan” Kristus berarti segenap pribadi Kristus harus terakomodasi dalam kehidupan orang percaya. Pola bagaimana “Firman” telah menjadi manusia itu juga menjadi pola bagaimana Firman bertempat tinggal dalam diri kita. Harus kita ingat tentang makna “kepenuhan Kristus”, itu bukan berarti kita menjadi seperti Yesus dalam arti tingkat ke-Allahan-Nya, hal ini berarti bahwa orang percaya harus mampu bertumbuh dan mencapai tingkat ukuran kemanusiaan Yesus sepenuhnya. Sebagaimana Yesus Kristus telah menjadi manusia dilahirkan oleh Roh Kudus dan mengalami pertumbuhan menjadi dewasa oleh Roh Kudus, demikian pola ini dapat berlaku pada diri orang percaya. Bahwa sejak lahir baru Roh berperan terus-menerus dalam diri orang percaya mengalami pertumbuhan rohani sampai hari pengubahan kedalam tubuh kemuliaan.
Kolose 3:10, bahwa kita sejak lahir baru sudah mengenakan pakaian seperti Yesus Kristus dan terus-menerus diperbaharui melalui mendengar Firman Allah dan oleh Roh Kudus bertumbuh terus ke arah Yesus Kristus. Sebagaimana Yesus Kristus adalah seratus persen Firman yang berinkarnasi menjadi manusia yang terdiri dari “daging dan darah”, demikian juga makna pertumbuhan ke arah Kristus, berarti bahwa Firman Allah harus menempati kehidupan kita dan sedikit demi sedikit (terus-menerus) oleh Firman itu dan Roh Kudus kita bertumbuh secara pasti untuk mendapatkan sepenuhnya ukuran atau kepenuhan Kristus dalam diri orang percaya. Kepenuhan Kristus adalah pewujudan Firman Allah dalam diri orang percaya.
Banyak orang tidak memahami arti pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani tidak sekedar bertambahnya pengetahuan dan pengertian tentang Firman Allah melalui kegiatan proses belajar mengajar. Begitu banyak orang percaya bertambah dalam pengetahuan dan pengertian Firman, namun tidak mengalami transformasi ke arah Kristus. Firman Allah bukanlah konsumen akal bertujuan memperkaya pengetahuan dan pengertian yang mengakibatkan Gereja penuh dengan orang-orang pandai Alkitab, namun tidak memiliki karakter Kristus. Bukti pertumbuhan rohani ialah bukan kekayaan pengetahuan Alkitab, tetapi pewujudan sifat Kristus dalam Jemaat.
Masa kini begitu menjamurnya seminar-seminar Alkitab. Tapi sayang, kebanyakan masih bersifat argumentasi keabsahan Alkitab, kebanyakan seminar masih dalam tingkat apolegetika yang ingin membuktikan terlebih dahulu benarkah paragraf tertentu adalah kanon Firman Allah. Waktu kita hanya habis tersita bukan dengan tujuan memuliakan Tuhan dengan segala kemuliaanNya, tetapi habis berlalu dalam debat untuk diterimanya kebenaran Firman tertentu sebagai kanon Firman. Kita kembali mencurigai ketetapan Roh Kudus tentang Alkitab adalah Firman Allah, dimana Roh Kudus telah membela kanon Alkitab sepanjang zaman kita melupakannya.
Pertumbuhan rohani dimungkinkah terjadi apabila Gereja menerima bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Memang telah terjadi perubahan sikap terhadap Alkitab setelah abad 17 sampai abad ke 19 ketika di Eropa yang menjadi pusat dunia pada waktu itu mengalami satu masa revolusi ilmu pengetahuan kita kenal dengan istilah masa Enlightment atau pencerahan. Pada waktu itu terjadi suatu kemajuan pesat di bidang filsafat yang ditandai dengan terjadinya penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan. Begitu banyak awal dari satu teknologi yang dilahirkan pada waktu itu. Demikian pula bersamaan dengan revolusi industri yang melanda Eropa pada waktu bersamaan dampaknya terasa dalam bidang teologia. Lahirlah gerakan Liberal, Rationalisme, Empirisme, Materialistik, Idealisme, kesemuanya menambah kritiks dan serangan kepada Alkitab sebagai Firman Allah.
Dari satu sisi, kemajuan ilmu pengetahuan yang melahirkan kemampuan berpikir dan melahirkan penemuan-penemuan baru, bertumbuhnya dengan pesat pemikiran-pemikiran filsafat kesemuanya diakui merupakan cikal bakal kemanjuan ilmu pengetahuan yang menghasilkan konsekuensi logis yaitu pemikiran yang kritis melanda Gereja. Sekarang lahirlah satu kecenderungan untuk melihat Alkitab juga harus berdasar kaidah atau normatif logika yang rasionalis. Sehingga iman Kristen yang sebelumnya percaya kanon Alkitab sebagai Firman Allah mulai mendapat tantangan. Segala sesuatu harus melalui pencernaan dan pembenaran akal manusia. Iman Kristen harus difilter melalui pembenaran akal budi. Lahirlah gerakan tersebut diatas yang menolak semua bentuk supranatural dalam iman Kristen. Bahkan sebagian besar Gereja Tuhan dan teolog pada masa itu terperangkap dan juga ikut menolak otorisasi Alkitab sebagai Firman Allah sepenuhnya.
Sebagaimana kami telah uraikan diatas bahwa bukanlah manusia yang membela Alkitab sebagai otoritas Firman Allah sepenuhnya melainkan Roh Kudus. Bagaimana berlaku pada awal pertama sehingga semua Bapa-bapa Gereja mampu sepakat menerima ke 66 buku dalam Alkitab sebagai Firman Allah oleh pekerjaan Roh Kudus, demikian juga Roh Kudus membela Alkitab yang adalah Firman Allah dari serangan Liberalisme, Rationalisme, Modernisme. Khususnya, dimulai pada awal abad ke 20. Roh Kudus sangat berperan melahirkan gerakan Pantekosta dan aliran Injil sepenuh lainnya, dan lahirnya teolog-teolog Injil sepenuh dengan sikap bahwa iman Kristen harus menerima dan percaya “otorisasi” Alkitab sebagai Firman Allah. Menutup bagian ini menjadi prasyarat utama untuk Gereja dapat bertumbuh dalam pertumbuhan rohani yang dinamis Gereja menemukan karakter Kristus, yaitu kepenuhan Kristus yaitu pewujudan Firman dalam kehidupan orang percaya Gereja harus beriman bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Ketiga, Relasi Pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah
Penulisan Alkitab adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus menuntun para penulis untuk menulis Firman Allah sebagaiman kehendak Roh Kudus. Caranya, Roh Kudus menguasai serta mendorong orang-orang untuk menulis apa yang dikehendaki oleh Allah. Roh Kudus bukan berpikir apa yang hendak ditulis tetapi Firman Allah itu telah ada sejak semula bersama dengan Allah karena Dia adalah Allah sendiri. Roh Kudus mengilhami sehingga para penulis mampu mengidentifikasi kehendak Roh Kudus dalam pikiran mereka dan dengan utuhnya mampu menyatakan itu tanpa kesalahan sedikitpun. Bahkan dengan penuh keunikkan tulisan itu secara penuh dan verbal memakai kemampuan yang tersedia dalam kapasitas diri penulis. Karakteristik dan pengetahuan bahawa mewarnai setiap tulisan, tanpa mengurangi sedikitpun kepenuhan arti dari Firman itu sendiri (Ibrani 10:15-17), II Petrus 1:21, II Timotius 3:16).
Tentang pengilhaman ini Henry C. Thiessen, dalam Sistimatika Teologi, menulis beberapa hal :
 1. Pengilhaman tidak dapat dijelaskan sepenuhnya, mengandung arti bahwa si penulis biasanya diilhamkan seutuhnya apa yang hendak ditulis walaupun berita itu tidak dimengerti sedikitpun oleh si penulis. Artinya, otoritas Roh Kudus sebagai Allah dalam penulisan tetap dipertahankan. Penulis tidak perlu mengerti sepenuhnya maksud penulisan, tetapi harus taat sepenuhnya dibimbing oleh Roh Kudus.
2. Roh Kudus bukan sekedar mengilhami tetapi juga menjaga secara ketat penulisan itu sehingga tidak pernah menyimpang dari keberadaanNya yang utuh. Sudah saya uraikan sebelumnya bahwa Firman itu bukan baru berada pada waktu penulisan menurut kehendak Roh Kudus tetapi Firman itu telah ada bahkan bersama-sama dengan Roh Kudus (Yohanes 1:1).
3. Roh Kudus memakai konsep pikiran dan karakteristik sifat bahkan penguasaan bahasa dari penulis menjadi bahan baku untuk dipakai Roh Kudus dalam pengilhamanNya menulis Alkitab. Karena itu penulisan rasul Paulus menghasilkan tulisan-tulisan yang sangat sukar dimengerti oleh Rasul Petrus. Seutuhnya, karakteristik mereka terbawa dan dipakai sebagai sarana untuk Allah mengaktualkan diriNya dalam penyataan khusus yaitu Firman Allah.
4. Roh Kudus melindungi para penulis dari membuat kesalahan. Kata demi kata, arti demi arti bahkan makna semua tidak terlepas dari kontrol Roh Kudus.
5. Karena itu, otoritas Firman Allah sebagai Allah dan otoritas Alkitab sebagai Firman Allah tetap dalam otoritas Roh Kudus.
Disitulah rahasianya, Yesus berkata, “tetapi apabila Dia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran . . .” (Yohanes 16:13). Tidak seorangpun mampu untuk memahami Firman Allah terkecuali yang mengilhami itu diberi peranan. Firman Allah mengandung rahasia atau hikmat terdalam dari Trinitas, tidak seorangpun dengan kemampuan intelek atau bahasa dapat menganalisa dan menggali rahasia yang terselindung dalam firmanNya. Hanya roh yang ada pada orang itu yang mengerti apa yang tersembunyi dalam hati seseorang. Begitu pula hanya Roh Kuduslah yang dapat menuntun Gereja mengerti apa yang terselindung dalam hati Allah (1 Korintus 2:10-12).
Roh Kuduslah yang dapat mengungkapkan maksud Firman Allah. Firman Allah tanpa Roh Kudus menjadikan Firman Allah tidak lebih hanyalah ajaran etika manusia biasa sederajat dengan buku-buku sosial masyarakat lainnya. Roh Kudus membimbing Gereja Tuhan dan setiap orang percaya untuk dapat memahami rahasia yang terdalam dalam hati Allah (Efesus 3:16-19).
Roh Kudus Menjadikan Gereja Kharismatis.
Pada waktu dipenuhkan oleh Roh Kudus kita mesti meluaskan otoritas pribadi Roh Kudus didalam diri dan itu akan menghasilkan terbitnya buah-buah Roh Kudus dalam diri orang percaya. Buah-buah Roh Kudus adalah mewujudkan karakter atau sifat Yesus Kristus dalam diri orang percaya. Karunia-karunia Roh Kudus diberikan oleh Roh Kudus sebagai pertanggungjawaban orang percaya untuk melanjutkan misi Kristus. Karya Kristus yaitu penebusan atas dosa isi dunia harus diwartakan. Karena itu karunia-karunia Roh Kudus menjadi perlengkapan pelayanan bagi orang percaya yang terpanggil untuk melayani Dia.
Kepenuhan Roh Kudus dan dilanjutkan dengan manifestasi karunia-karunia bagi orang percaya untuk melaksanakan pelayanan. Roh Kuduslah yang empunya karunia-karunia bukan GerejaNya. Pewujudan kembali karunia-karunia didalam Gereja masa kini merupakan persiapan Gereja untuk menyongsong kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Yang mempunyai semua karunia-karunia oknum Roh Kudus berada dalam diri orang percaya. Diperlukan masa kini adalah satu, kesadaran tentang tanggung-jawab tubuh Kristus. Kemampuan untuk melaksanakan sudah berada didalam Gereja Tuhan. Karunia-karunia Roh Kudus (Kharismata) tidak akan pernah berwujud atau menjadi nyata selama Gereja berdiam diri, karena karunia-karunia itu adalah satu perlengkapan yang menyertai Gereja yang melayani.
Pernah dalam satu diskusi ada pertanyaan tentang mengapa karunia-karunia Roh Kudus yang dijanjikan Alkitab tidak beroperasi dalam Gereja masa kini. Saya meralat pertanyaan itu, bahwa bukan semua Gereja tetapi sebagian besar Gereja tidak mengalami manifestasi mujizat tersebut. Saya menjawab bahwa karunia-karunia itu adalah satu perlengkapan untuk tugas utama Gereja. Perlengkapan itu menjadi jelas dalam pelayanan apabila Gereja Tuhan melakukan amanat pelayanan, misalnya, Gereja harus keluar untuk memberitakan Injil. Karunia adalah manifestasi (penyataan) yang menyatakan diri apabila dibutuhkan untuk tugas tertentu. Apabila Gereja berdiam diri tentu kita tidak boleh mengharapkan memiliki perlengkapan itu. Karunia-karunia bukanlah milik Gereja tetapi tetap milik Roh Kudus.
Secara potensial bahwa semua karunia-karunia Roh Kudus diperuntukkan bagi orang percaya yang didiami Roh Kudus kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Maka secara praktis karunia-karunia itu ada tetapi hanya boleh berwujud bila kita melayani (Efesus 4:7). Kedaulatan untuk menyatakan diri tetap berada kepada Roh Kudus bukan kepada diri orang percaya. Sebab Ia memberi karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus seperti yang dikehendakiNya.
Roh Kudus menjadikan Gereja menjadi bersifat khismatis, yaitu Gereja adalah identik dengan mengemban tugas supaya dapat memenangkan isi dunia bagi kerajaanNya. “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh” (Yesaya 62:1).

No comments :

Blogger Comments