Comments
Timelines
Contact
Social Media

Wednesday, January 6, 2016

thumbnail

III. Soteriologi, Keselamatan Dan Alat Alat Kasih Karunia comments

1. Jaminan Keselamatan 

Definisi dan Pengertian.
Kamus mendefinisikan “jaminan” sebagai “bebas dari keraguan”, keteguhan hati, kepercayaan, menjadi yakin atau pasti.” Jaminan atau garansi, suatu keadaan pasti atau tentu, keamanan. Secara theologis dapat dikatakan bahwa “Jaminan keselamatan adalah pengetahuan batin bahwa Allah telah mengampuni kita di dalam Kristus dan telah menerima kita di dalam Kristus dan telah menerima kita di dalam AnakNya yang kekasih” (Efesus 1:6).
Kitab Suci mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki jaminan keselamatan dan diterima di muka Allah. Paulus sanggup mengkhotbahkan Injil dengan “keyakinan penuh” (1 Tesalonika 1:5). Ia juga bersaksi “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari itu” (2 Timotius 1:12). Ini adalah keyakinan Paulus tentang kepastiannya di dalam Kristus. Yohanes di dalam suratnya menggunakan kata “tahu” lebih dari 40 kali, dan meyakinkan orang percaya bahwa ia dapat mengetahui keselamatannya dan penerimaannya akan Allah melalui Kristus. Orang percaya tidak menaruh syak bila mempunyai keyakinan akan janji-janji Allah melalui Kristus (1 Yohanes 2:3,20,29; 3:14,19-21,24; 4:6,16,17; 5:18). Paulus mengajarkan pada kita mengenai tiga aspek jaminan di dalam surat-suratnya.
1). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari iman akan keselamatan (Ibrani 10:22).
2). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengertian (Kolose 2:1,2).
3). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengharapan sampai akhirnya (Ibrani 6:11).

Orang percaya mengalami jaminan ini selama-lamanya karena adanya damai dan kebenaran di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yesaya 32:17) yang Allah bangkitkan dari kematian (Kisah 17:31).
Alat-alat Jaminan.
Ada berbagai alat jaminan yang dengannya orang percaya dapat memiliki jaminan batin mengenai keselamatan berdasarkan pertobatan dan iman.
1). Kesaksian Firman Allah. Ini adalah bukti dan kesaksian dari luar, “Telah Tertulis” (1 Yohanes 5:1,2; 2:3,13,20,21,29; 5:15-20; Yohanes 3:36; 5:24).
2). Kesaksian Roh Kudus. Ini adalah bukti di dalam. Ia yang percaya itu mempunyai kesaksian di dalam dirinya (1 Yohanes 5:9-12; 3:19; Yohanes 16:8; Roma 8:16; Galatia 4:6; 2 Korintus 1:2). Roh Kudus membawa kesaksian bersama Roh kita bahwa kita telah dilahirkan semula dan menjadi anak-anak Allah yang hidup.
3). Kesaksian dari kata hati yang jernih. Ini juga suatu kesaksian di dalam. Paulus dapat berbicara dari fakta bahwa kata hatinya bersaksi dengan kesaksian Roh Kudus (Kisah 24:16; Roma 9:1; 1 Petrus 3:21).
4). Kesaksian dari kehidupan Kristen. Kehidupan yang dihidupi seseorang harus selaras dengan Firman Allah. Ini adalah bukti luar dari kehidupan Kristen. Ini juga meyakinkan hati di muka Tuhan (1 Yohanes 3:14; 2 Korintus 13:5).
Rintangan -rintangan pada jaminan sepenuhnya.
Beberapa rintangan utama dan hal-hal yang merampas dari orang percaya jaminan penuh akan keselamatan.
1). Keragu-raguan dan ketidakpercayaan (Markus 11:22-24).
2). Kekurangan roh pengampunan (Markus 11:25,26).
3). Kelemahan rohani dan kesuaman (Wahyu 3:15,16).
4). Mendukacitakan Roh Kudus (Efesus 4:30,31).
5). Mengijinkan iblis merampas dari kita jaminan itu (Yohanes 10:10, Yakobus 4:7).
6). Kegagalan melakukan kehendak Allah (Lukas 12:47,48).
7). Persahabatan yang salah (Amsal 4:14; 1 Korintus 15:33).
8). Mengasihi dunia (1 Yohanes 2:15-17; Yakobus 4:4).
9). Kegagalan mempertahankan hubungan kasih dengan Kristus (2 Korintus 5:7).
10). Dosa dengan kemauan sendiri (Ibrani 10:25-29).
11). Berjalan dengan penglihatan, perasaan dan bukan dengan iman (2 Korintus 5:7).
12). Ketidakpatuhan pada Firman Allah (Ibrani 5:8,9; Kisah 5:29,30).

Ketekunan dan Keamanan.
Kitab Suci mengajarkan bahwa keamanan keselamatan dari orang percaya terjamin. Tetapi jaminan keamanan keselamatan itu bukannya tanpa syarat. Orang percaya diajarkan dalam Alkitab supaya tekun dalam mengiring Tuhan. Namun ketekunan orang percaya tidak dengan sendirinya terjadi. Ketekunan orang percaya bukan hanya karena kasih karunia Allah tetapi terjadi karena orang percaya mau bertekun di dalam kebenaran Firman Tuhan. “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.” (Yohanes 8:31) “Sebab itu kamu harus tetap bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang …” (Kolose 1:23).
Walaupun Allah berkenan supaya orang percaya tetap selamat, tetapi Allah tidak memaksakan kehendakNya kepada orang percaya. Allah telah menganugerahkan pikiran, perasaan dan kehendak yang waras kepada manusia dan kemampuan ini telah dibaharui sejak manusia mengalami kelahiran baru. “Supaya kamu dibaharui di dalam Roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:23,24). Hati nurani yang telah lahir baru telah disucikan sehingga dapat memilih untuk tetap tekun memeliharanya dan mengingkarinya. “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus.” (Filipi 1:9,10). Inilah tanggung jawab manusia dalam memelihara keselamatan yang telah dianugerahkan Allah dalam kasih karuniaNya dengan cuma-cuma. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Hanya mereka yang tekun memelihara keselamatannya itu yang tetap terjamin keamanan keselamatannya. “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Matius 24:13). Keamanan keselamatan itu bersyarat yaitu hanya bagi yang bertekun dan setia.
Ketekunan orang-orang kudus
Kitab Suci limpah dengan nasehat pada orang percaya supaya bertekun di dalam Tuhan terus menerus dan berada di dalam Firman. Orang percaya itu harus mengambil keputusan dengan kehendak sendiri untuk tetap memelihara kebenaran dan hubungan persekutuan dengan Tuhan. Orang percaya dinasehati supaya :
1). Tetap di dalam iman (Kisah 14:22; Kolose 1:23).
2). Tetap di dalam kasih karunia Allah (Kisah 13:43).
3). Tetap di dalam kasih Kristus (Yohanes 15:9; Matius 22:35-40).
4). Tetap di dalam kebaikan Allah (Kisah 14:43).
5). Tetap di dalam doa (Kolose 4:2).
6). Tetap di dalam iman dan kasih (1 Petrus 1:5; 1 Timotius 2:15).
7). Tetap di dalam Firman (Yohanes 8:31; 1 Timotius 2:15).
8). Tetap di dalam Bapa dan Anak (1 Yohanes 2:24).
9). Tetap di dalam doktrin rasul-rasul (Kisah 2:43).
10). Tetap di dalam atau tinggal pada pokok anggur (Yohanes 15:1-10).

Bahaya mundur
Ada banyak peringatan yang diberikan kepada orang percaya supaya tidak mundur atau mengundurkan diri dari pengiringan kepada Tuhan. Peringatan itu tidak dapat diterapkan kepada orang yang belum lahir semula, atau orang berdosa. Peringatan-peringatan ini tidak akan berarti bila sekiranya semua orang percaya tak mungkin jatuh dari kasih karunia Allah.
Beberapa peringatan tentang bahaya mundur yang ada di Alkitab.
1). Di Perjanjian Lama
Satu diantara kata-kata yang digunakan di Perjanjian Lama yang berbicara mengenai mereka yang menarik diri dari pengiringan kepada Tuhan adalah kata “blackslide” (mundur, murtad). Kata ini digunakan oleh Yeremia 13 kali (Yeremia 2:19; 3:6,8,11,12,14,22; 5:6; 8:5; 14:7; 31:22; 49:4), Nabi Hosea juga menggunakan kata ini beberapa kali. (Hosea 4:16; 11:7; 14:4). Kata itu digunakan juga di Amsal (Amsal 14:4). Murtad dalam bahasa Ibrani Msubah berarti berbalik kembali atau pergi dari tempatnya, keras kepala, melawan, menarik diri, meluncur balik atau murtad. Sebagai perbandingan yaitu karena Nabi Yeremia dan Hosea berbicara kepada orang Israel sebagai bangsa pilihan, ini juga sebagai peringatan kepada semua umat Allah sekarang ini.
2). Di Perjanjian Baru
a). Yesus mengingatkan bahwa kedurhakaan akan bertambah banyak dan kasih banyak orang akan menjadi dingin (Matius 24:12).
b). Yesus mengingatkan mengenai “menoleh ke belakang dan menjadi tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Lukas 9:62; 17:32).
c). Paulus berbicara mengenai mereka yang “kandas kapal” dalam iman (1 Timotius 1:18,19).
d). Petrus berbicara mengenai mereka yang mengetahui jalan kebenaran namun berbalik, seperti anjing yang kembali lagi ke muntahnya dan babi kembali ke kubangan, yang keadaan akhir lebih buruk dari keadaan semula (1 Petrus 2:20-22).
e). Penulis Ibrani mengingatkan mengenai mereka yang “mundur sampai binasa” (Ibrani 10:38,39).
f). Yesus berbicara mengenai orang percaya yang seperti “garam yang menjadi tawar” (Matius 5:13).
g). Yesus juga berbicara mengenai ranting-ranting yang tidak berbuah dan dipotong dari pokok anggur (Yohanes 15:2,6).
h). Petrus menasehati orang percaya supaya tetap di dalam kebajikan Kristen, dengan mengatakan bila melakukan hal-hal itu ia “tidak pernah akan jatuh” (2 Petrus 1:4-10).
i). Orang percaya dikatakan untuk jangan “meninggalkan keselamatan yang begitu besar” (Ibrani 2:3).
j). Tuhan Yesus berbicara mengenai pohon ara yang mengeluarkan buah yang jahat (Matius 7:15-27).
k). Wahyu berbicara mengenai nama-nama yang dihapus dari buku kehidupan (Wahyu 3:5; 20:6,15,16; 21:8; 22:18,19). Kalau ini tidak mungkin terjadi, maka peringatan-peringatan ini tidak berarti.
l). Paulus berbicara mengenai kebaikan dan kekerasan Allah pada pohon Zaitun. “Atas kamu kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahanNya, jika tidak kamupun akan dipotong juga” (Roma 11:22).
Ayat-ayat peringatan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi tidak berarti sekiranya orang percaya sudah aman keselamatannya tanpa syarat.
Bahaya murtad
Perbedaan diantara mundur dan murtad perlu diperhatikan. Ia yang mundur dapat dipanggil kembali kepada Tuhan dan dapat kembali (Hosea 4:16; 11:7; 14:4; Yeremia 2:19; 3:6-12). Orang yang murtad tidak dapat kembali kepada Tuhan. Namun keadaan mundur juga dapat membawa kepada kemurtadan. Keadaan mundur berlangsung perlahan-lahan, tidak secara tiba-tiba. Ia meluncur balik dari Allah kepada kejatuhan. Tetapi murtad adalah langkah kelanjutan dari mundur. Pada fase ini orang itu menyangkali dan menolak Yesus Kristus secara sengaja dan dengan kehendak bebas. Ini juga dikatakan sebagai “menyalibkan lagi Anak Allah”.
Kata-kata Grika yang diterjemahkan dengan “murtad” adalah :
1). Skandalizo, yang berarti melanggar, jatuh, menjatuhkan diri, terdapat di Matius 13:21; 24:10; Markus 4:17.
2). Aphistemi yang berarti jatuh, menarik diri, memisahkan diri, terdapat di Lukas 8:13; Ibrani 3:12.
3). Parapipto, yang berarti jatuh, murtad, terdapat di Ibrani 6:6.
Orang yang murtad artinya yang berbalik dengan sengaja dan dengan kehendak sendiri dari Tuhan, yang tidak pernah bertobat lagi sampai akhir hidupnya dan menjadi bagian dari “kejatuhan besar” atau “kemurtadan besar”.
Keamanan bersyarat
Firman Allah mengajarkan tentang ketekunan orang kudus. Peringatan mengenai kemungkinan ada yang mundur dan murtad menunjukkan bahwa keamanan dalam keselamatan itu bersyarat, yaitu tergantung pada kepatuhan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Ibrani 5:9 mengatakan bahwa Yesus Kristus sudah mencapai kesempurnaanNya, “Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”. Dalam bahasa Inggris “to all who obey Him”, yang berarti selalu atau terus menerus taat kepadaNya.
Jadi pekerjaan penebusan oleh Yesus Kristus tidak membebaskan manusia dari kepatuhan pada Firman Allah. Tetapi kepatuhan atau kehendak dan Firman Allah tidak dipaksakan kepada manusia. Allah tidak memperkosa kehendak bebas dan pilihan manusia. Manusia itu bertanggung jawab memilih untuk tetap setia atau mundur dari kesetiannya. Allah mengatakan dalam firmanNya, bila umatNya tetap mematuhi suaraNya (Kejadian 22:18; 26:5; 27:8,13; Keluaran 19:5; 23:21,22; Ulangan 11:27,28; 30:2,8,20; Yeremia 7:23; 11:4; Kisah 5:32; Ibrani 5:9; Roma 6:17; 1 Petrus 1:14,22; Roma 15:18). Bila umatNya tidak tetap taat kepadaNya, mereka dapat terkeluar dari keselamatan yang dijanjikan Allah kepada mereka.
Dalam Yohanes 10:27,28, Yesus Kristus mengatakan, domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan dapat merebut mereka dari tanganKu”. Kedua ayat ini mengajarkan keamanan bersyarat bagi orang percaya. Dengan mendengar suara (Firman Tuhan) dan mengikuti Gembala (mengikuti kehendak Tuhan), umat Tuhan akan menerima kehidupan kekal dan terjamin tidak akan binasa. Diluar Tuhan tidak ada jaminan untuk tetap selamat.
Tugas hamba-hamba Tuhan sebagai penjaga dan pengawal domba-domba Tuhan yaitu supaya jangan ada yang berbalik dari kebenaran dan jatuh dalam kesalahan apalagi murtad. Bila semua tetap memelihara keselamatan, akan dapat berseru dengan iman, “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya kamu jangan tersandung dan yang membawa dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliannNya, Allah yang Esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebenaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya Amin” (Yudas 1:24,25).

2. Kesempurnaan

Karena Allah sempurna, Ia menghendaki agar umatNya sempurna pula. Walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, tetapi di dalam manusia ada kerinduan untuk mengejar kesempurnaan itu. Allah sendiri yang menjadi standard ukuran tentang kesempurnaan itu. Allah berkenan supaya umat tebusanNya seperti Dia. Allah memerintahkan kesempurnaan dimasa sebelum Taurat (Kejadian 17:1), dimasa hukum Taurat (Ulangan 18:13) dan dimasa kasih karunia (Matius 5:48).
Mengenai kesempurnaan Alkitab mengajarkan ada dua fase kesempurnaan, yaitu kesempurnaan sekarang dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Kesempurnaan sekarang.
Bila Alkitab berbicara tentang kesempurnaan manusia sekarang, yang dimaksud bukan “kesempurnaan tanpa dosa” tetapi kesempurnaan hati. Yang dimaksud dengan kesempurnaan hati yaitu hati yang diserahkan kepadaNya, hati yang telah dipersembahkan untuk melakukan kehendak Allah; hati yang tulus dan yang sepenuhnya mengikuti Allah. Hati yang sempurna adalah keinginan sepenuh hati dan ketetapan hati untuk melakukan kehendak Allah. Jenis kesempurnaan ini yang mungkin dicapai dalam hidup ini oleh orang percaya.
Kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Kesempurnaan dimasa yang akan datang. Ini adalah kesempurnaan yang akan ada pada: waktu Tuhan Yesus akan datang kembali. Ini adalah kesempurnaan tanpa dosa, seperti Allah. Kesempurnaan ini diturunkan dari Allah. Manusia tak pernah dapat mengusahakan hal ini dari dirinya sendiri, bagaimanapun ia berusaha untuk itu. Maksud Allah adalah untuk menebus umatNya kepada suatu kesempurnaan yang sesempurna-sempurnanya, dari mana manusia tidak mungkin akan jatuh lagi (Mazmur 138:8; 1 Petrus 5:10; Yohanes 17:23; Mazmur 18:32; Efesus 4:13; 1 Tesalonika 3:10; Ibrani 13:20,21).
Alat-alat kesempurnaan
Karena manusia tidak mampu membawa dirinya kepada kesempurnaan, maka Allah di dalam kasih karuniaNya telah menyediakan alat-alat yaitu :
1). Tuhan Yesus adalah penulis dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2; 10:14). Dengan tubuh dan darah Perjanjian Baru Ia akan menyempurnakan kita (Ibrani 13:20,21; 7:11).
2). Firman Allah akan menyempurnakan orang-orang kudus (Ibrani 11:3; 2 Timotius 3:16,17).
3). Iman dan ketaatan menyempurnakan kita (1 Yohanes 4:17,18; Yakobus 2:21).
4). Kemuliaan Tuhan akan membawa orang-orang kudus kepada kesempurnaan (Yohanes 17:23).
5). Pelayanan yang diatur dalam tubuh Kristus diadakan untuk membawa orang-orang kudus kepada kesempurnaan dan kedewasaan (Efesus 4:11,12; Kolose 1:26,28).
6). Orang-orang kudus yang mati di dalam iman disempurnakan di dalam roh (Ibrani 12:24).
7). Gereja akan dipersembahkan sempurna kepada Kristus tanpa cela atau cacat dan kudus sebagai pengantinNya dengan pembasuhan dengan air dan Firman (Efesus 5:23-32).
Orang percaya didorong untuk mencapai kesempurnaan. Sesudah ia selamat, ia harus mempersembahkan hati yang sempurna sampai ia dibawa oleh kuasa penebusan oleh Allah kepada keadaan sempurna yang tidak berdosa lagi dari mana ia tidak mungkin akan jatuh lagi (Kolose 1:27-29; 2 Korintus 7:1; 1 Petrus 5:10; Filipi 2:12,13).
Bila dikatakan bahwa orang percaya itu sempurna di dalam Kristus, itu adalah kesempurnaan secara posisi, namun kesempurnaan ini akan diberikan Tuhan menjadi pengalaman yang sebenarnya bila Tuhan akan datang kembali, asal orang percaya tetap setia dan berusaha untuk terus ada di dalam pimpinan Roh Kudus untuk mencapai kesempurnaan itu (Ibrani 6:1,2).

IV. Alat-alat Kasih Karunia.
Yang dimaksud dengan alat-alat anugerah yaitu institusi yang ditahbiskan oleh Allah untuk menjadi saluran dari kasih karunia, yaitu yang digunakan oleh pengaruh supranatural dari Roh Kudus kepada jiwa-jiwa manusia. Walaupun dia dalam pembicaraan tentang keselamatan telah disebut disana-sini perannya, tetapi secara khusus perlu dibahas secara sistematis. Yang dibicarakan disini ialah tentang pemberitaan Firman Allah dan tentang doa.
Pemberitaan Firman Allah .
1. Penjelasan tentang Firman.
Yang dimaksud dengan Firman Allah yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Buku-buku ini diinspirasikan secara Ilahi dan tidak ada kesalahan di dalamnya.
Dalam bahasa Grika ada dua bahasa uang digunakan untuk Firman Allah yaitu Logos dan Rhema. Kedua kata ini mempunyai perbedaan pengertian. Logos mengungkapkan :

1) Pernyataan pikiran, yaitu mewujudkan suatu konsep atau ide, ucapan atau ernyataan dari Allah atau Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan ucapan atau pernyataan itu, bila dikatakan “Firman Tuhan” maka yang dimaksud ialah kehendak Allah yang diungkapkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2) Firman yang berpribadi, sebutan untuk Anak Allah. Yohanes 1:1-8.
Rhema menyatakan sesuatu yang dibicarakan, apa yang diucapkan di dalam khotbah atau tulisan. Sebagai contoh Rhema mempunyai arti yang berbeda dengan logos, seperti Efesus 6:17, pedang Roh yaitu Firman Allah. Yang dimaksud disini bukan Firman Allah (Logos) dalam pengertian keseluruhan Alkitab, melainkan ayat-ayat Firman Tuhan (Rhema) secara sendiri-sendiri yang dibawa oleh Roh Kudus ke dalam ingatan kita, yang digunakan pada saat dibutuhkan.

2. Pembedaan Firman sebagai alat anugerah.
1) Sebagai alat keselamatan . Alkitab adalah satu alat keselamatan. Roma 1:16 mengatakan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Firman Allah melahirkan kembali orang percaya. “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh Firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1 Petrus 1:23). Firman Allah itu menyegarkan dan menguatkan kembali (Mazmur 19:8). Firman Allah menunjuk jalan kebenaran di dalam keselamatan. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Firman itu menyelamatkan. “Terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21). Jelas bahwa Firman Allah adalah sebagai alat yang digunakan Allah dalam keselamatan manusia.
2). Sebagai alat dalam penyucian. Hal ini terungkap dalam simbol dari Firman Allah yaitu sebagai cermin, sebagai pembasuh, sebagai lampu dan pedang. Yesus mengatakan, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Ada hubungan erat diantara membaca dan mempelajari Firman Allah dengan pertumbuhan iman seseorang. Seperti pesan Tuhan kepada Yosua, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung,” (Yosua 2:8). Kita sebagai umat Kristiani juga perlu bersungguh-sungguh dalam mempelajari Firman Allah dengan tekun supaya hidup rohani diberkati.

3). Berkat dalam mendengar dan memberitakan Firman.
Kita sebagai umat Tuhan harus melaksanakan Firman Tuhan dan tidak hanya menjadi pendengar saja (Yakobus 1:22). Hanya jika kita tetap di dalam Firman Tuhan, kita benar-benar adalah murid Tuhan Yesus (Yohanes 8:31). Tuhan berkenan akan mereka yang menuruti firmanNya (Yohanes 17:6). Karena itu diperintahkan, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah yang salah, tegorlah yang salah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2) “Pergilah . . . beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak,” (Kisah 5:20) “Jangan takut ! Teruskanlah memberitakan firman dan jangan diam.” (Kisah 18:9).

Doa
1. Arti dari doa . Doa adalah percakapan diantara jiwa seseorang dengan Allah. Percakapan itu dilaksanakan dalam beberapa bentuk. Hal-hal yang ada pada doa :
1) Pengakuan. Contoh : 1 Raja-raja 8:47; Ezra 9:5-10; Nehemia 1:6; Daniel 9:3-15.
2). Penyembahan (adoration). Contoh : Mazmur 54:1-8; Yesaya 6:1-4; Matius 14:33; 15:25; 28:9; Wahyu 4:11.
3). Persekutuan (communion). Sebagai contoh adalah doa dari Abraham mengenai Sodom dan Gomora (Kejadian 18:23). Allah bersekutu dengan imam besar dari tutup grafirat (Keluaran 25:22). Musa bersekutu dengan Allah di Sinai (Keluaran 31:8).
4). Mengucap syukur. Nyanyian Miriam (Keluaran 15), Deborah (Hakim-hakim 5) dan Daud (2 Samuel 23) adalah terutama pengucapan syukur. Alkitab banyak mengajak supaya mengucap syukur (Mazmur 95:2; Efesus 5:20; Filipi 4:6; Kolose 4:2).
5). Permintaan, menyampaikan permohonan. Contoh : Daniel 2:17; 9:16-19; Matius 7:7-12; Yohanes 7:7-11, 22; Kisah 4:29, 30; Filipi 4:6.
6). Permohonan mendesak. Contoh : Zakharia 12:10; Matius 15:22-28; Lukas 18:1-8; 1 Timotius 2:1.
7). Doa syafaat. “Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang.” (1 Timotius 2:1). Contoh : Jemaat berkumpul dan mendoakan Petrus di penjara (Kisah 12:5). Orang-orang yang dibantu dalam doa, misalnya : pengusa (1 Timotius 2:2), Israel (Mazmur 122:6), yang belum selamat (Lukas 23:24; Kisah 7:60), orang yang baru bertobat (2 Petrus 1:11), semua orang suci (Efesus 6:18; Yakobus 5:16), orang yang berbuat dosa (1 Yohanes 5:16), pekerja Kristen (Efesus 6:19; 1 Tesalonika 5:25), dan musuh kita (Matius 5:44).
8). Menanti. “Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firmanNya.” (Mazmur 130:5) “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan.” (Ratapan 3:26) “Nantikanlah Tuhan ! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!” (Mazmur 27:14).
2. Pentingnya doa. Alkitab mengungkapkan pentingnya doa di dalam hidup orang percaya. Kehidupan Kristen tak dapat bertahan tanpa doa karena doa adalah nafas vital dari orang Kristen. Hal-hal yang mengungkap pentingnya doa :
1). Meninggalkan doa dianggap berdosa (Yesaya 64:6,7; 1 Samuel 12:23).
2). Banyak kejahatan yang disebabkan karena kekurangan doa (Zefanya 1:4-6; Daniel 9:13, 14).
3). Terus-menerus berdoa merupakan perintah (Kolose 4:2); 1 Tesalonika 5:17).
4). Kita disuruh untuk mencari kesempatan untuk berdoa (1 Korintus 7:5).
5). Doa merupakan metode yang ditunjuk Allah untuk memperoleh apa yang Ia anugerahkan (Daniel 9:3; Matius 7:7-11; 9:24-29; Lukas 11:13).
6). Kekurangan berkat untuk kehidupan disebabkan kegagalan berdoa (Yakobus 4:2).
7). Rasul-rasul menganggap doa sangat penting dan memerlukan perhatian sepenuhnya (Kisah 6:4; Roma 1:9; Kolose 1:9).

3. Kemungkinan untuk berdoa

1). Wahyu Allah oleh Yesus Kristus kepada kita . Yohanes 1:18 mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang mengatakannya.” Selanjutnya dalam Matius 11:27, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak berkenan mengatakannya.” Kristus menyatakan Allah sebagai Allah pribadi, sebagai Yang Ada yang melihat, merasa, mengetahui, mengerti dan bertindak. Kepercayaan pada kepribadian Allah adalah mutlak diperlukan untuk doa yang benar (Ibrani 11:6). Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang berdaulat (Matius 19:26). “Dengan Allah semua boleh jadi,” Allah berdaulat atas semua hukum; Ia dapat menjadikan semua hukum melayani kehendak-Nya dan menggunakan-Nya untuk menjawab doa anak-anakNya. Ia tidak terikat dengan apa yang disebut sebagai hukum yang tak dapat diubah.
Kristus menyatakan Allah sebagai Bapa (Lukas 11:3). Pada setiap saat di dalam kehidupan Kristus pada masa Ia menyapa Allah di dalam doa Ia selalu menyebut-Nya sebagai Bapa. Fakta tentang kebapaan dari Allah menjadikan doa itu mungkin. Tidaklah biasa bagi seorang bapa untuk tidak bercakap-cakap dengan anaknya.

2). Karya pengorbanan Yesus Kristus. Ibrani 10:11,12 berbunyi sebagai berikut : “Jadi saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Karena kematian Kristus yang menyingkirkan penghalang di antara Allah dan kita, Ia sekarang dapat mendengar dan menjawab permohonan anak-anakNya.

3). Inspirasi Roh Kudus. Roma 8:26 mengatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelamahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak diucapkan .” Jadi walaupun kita diyakinkan bahwa ada Allah pribadi yang mendengar doa kita, dan walaupun kita mempunyai keyakinan bahwa penghalang yaitu dosa yang ada di antara kita dan Allah telah disingkirkan sehingga kita sekarang dapat berdoa, tetapi kita sering terhalang karena kita tidak tahu apa yang harus dikatakan atau untuk apa diminta. Kita mungkin terlalu berapi-api untuk hal-hal yang salah, atau terlalu lemah untuk hal-hal yang sangat kita butuhkan. Jadi jaminan yang diberikan ayat-ayat di atas adalah bahwa Roh Kudus akan berdoa di dalam kita, dan akan menguraikan permohonan itu, yang membantu kita di dalam doa itu.
4). Banyak janji dalam Alkitab. Dikatakan bahwa ada lebih dari 3000 janji dalam Alkitab dan setiap janji adalah “ya” dan “amin” di dalam Yesus. Ia adalah jaminan untuk semua. “Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?” (Bilangan 23:19). Lihat juga dalam Yohanes 14:13; 15:7; 1 Yohanes 5:14,15; Lukas 11:9.
5). Ada kesaksian Kristen universal. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa kepada Bapa (Nehemia 4:9; Yohanes 16:23; Kisah 12:5; 1 Tesalonika 5:23) atau kepada Kristus (Kisah 7:59; 1 Korintus 1:2, 2 Korintus 12:8,9; 2 Timotius 2:22). Mengenai Roh Kudus sebagai tujuan doa, ada ahli yang berpendapat bahwa Roh Kudus juga dapat menjadi tujuan doa karena Ia adalah Allah yang harus disembah. Tetapi ahli lain mengatakan tidak ada doa yang tercatat di Alkitab yang ditujukan kepada Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya ada persekutan dari Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya ada persekutuan dari Roh Kudus. Ini dapat berarti doa, tetapi juga dapat berarti bahwa Roh Kudus bersama-sama mengambil bagian. Peranan Roh Kudus adalah berdoa di dalam kita (Roma 8:26; Yudas 1:20) bukan menyambut doa. Kesimpulannya bahwa cara normal dalam doa yaitu berdoa di dalam Roh, berdasarkan karya anuerah dari Anak ditujukan kepada Bapa, atau singkatnya berdoa di dalam Roh melalui Anak kepada Bapa.

4. Cara berdoa

1). Sikap badan waktu berdoa. Alkitab tidak menetapkan satu cara atau sikap badan tertentu, tetapi ilustrasi dan contoh-contoh ada diberikan. Kita ada melihat bahwa ada yang berdoa sambil berdiri (Markus 11:25; Lukas 18:13; Yohanes 17:1), berlutut (Lukas 22:41; 1 Raja-raja 8:54; Efesus 3:14; Kisah 20:36), merebahkan diri (Markus 14:35), tiarap di tanah (Matius 26:39), berbaring (Mazmur 63:6), duduk (1 Raja-raja 18:42). Ini menyatakan bahwa yang penting bukanlah sikap badan tapi sikap hati. Namun banyak tanda bahwa yang lebih banyak digunakan adalah sikap berdoa sambil berdiri atau berlutut.
2). Waktu berdoa. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa (Lukas 18:1; Efesus 6:18). Namun ada juga contoh perlu menentukan waktu-waktu tertentu untuk berdoa. Contoh dalam Mazmur 55:17; Daniel 6:10; Kisah 3:1. Walaupun contoh-contoh tidak merupakan perintah tetapi mengungkapkan adanya keinginan untuk berdoa secara teratur. Ada firman tentang berdoa sebelum makan (Matius 14:19; Kisah 27:35; 1 Timotius 4:4,5) dan bahwa kesempatan tertentu harus mendorong kita untuk berdoa secara khusus (Lukas 6:12,13; 22:39-46; Yohanes 6:15; Mazmur 50:15). Jadi walaupun tidak ada waktu tertentu yang ditunjuk untuk kita berdoa, tetapi setiap saat adalah waktu yang baik untuk kita berdoa kepada Allah.
3). Tempat berdoa. Alkitab mengisyaratkan tentang doa yang rahasia di kloset (ruang kecil di rumah tempat khusus berdoa), terlindung dari semua keributan dan kesibukan hidup (Matius 6:6; Daniel 6:10). Yesus dengan contohnya mengajar kita untuk memilih tempat yang tersendiri untuk berdoa, misalnya di padang (Markus 1:35), di atas gunung (Markus 14:23). Firman juga menguatkan supaya berdoa dalam persekutuan bersama-sama dengan mereka yang mau bersama-sama dan sependapat (Matius 18:19,20; Kisah 1:14; 12:5; 20:36). Ada juga contoh berdoa dimana saja (1 Timotius 2:8). Karena tidak aa larangan kita berdoa di suatu tempat tertentu, tetapi perlu juga memperhatikan ucapan Tuhan Yesus bahwa bait Allah disebut sebagai rumah doa, sehingga tidak berlebihan bila jemaat secara khusus diajar supaya pada kesempatan tertentu berdoa di Gereja sebagai “rumah doa” bagi orang Kristen.
4). Penampilan di waktu berdoa. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pada waktu berpuasa janan memperlihatkan muka muram (Matius 6:16-18). Yang dimaksudkan yaitu jangan seperti orang munafik. Doa pribadi tidak boleh dilakukan secara demonstratif untuk mempertontonkan hawa “aku sedang berdoa” (Matius 6:5). Tuhan juga mengajar supaya jangan mengucapkan doa yang terdiri dari ungkapan yang berulang-ulang, bertele-tele (Markus 6:7). Berdoalah sewajarnya karena Allah Bapa mengetahui apa yang kita perlukan (Matius 6:8), tidak mengulang satu kalimat seratus kali misalnya kepada Allah, dengan anggapan bahwa doa akan dikabulkan karena banyaknya kata (Matius 6:7).
5). Suasana hati orang berdoa. Suasana hati orang yang berdoa adalah faktor yang sangat penting. Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:7, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamuakan menerimanya.” Mengenai syarat “jikalau kamu tinggal di dalam Aku, meliputi beberapa hal, yaitu bebas dari dosa yang diketahui (Mazmur 66:18; Yesaya 59:1,2; Amsal 28:9), tidak mementingkan dirinya sendiri di dalam permintaan (Yakobus 4:2,3), meminta sesuatu dengan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14), pengampunan di dalam nama Kristus (Yohanes 14:13,14; 15:16; 16:23-24), berdoa di dalam Roh (Efesus 6:18; Yudas 1:20), meminta di dalam iman (Yakobus 1:6,7; Lukas 18:1-8; Kolose 4:21). Dengan suasana hati yang berkenan kepada Tuhan, kita berdoa kepada Allah dengan iman kita menerima jawaban untuk doa kita.
[END] @2003-2004.(Dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Majelis Pusat GPdI dan diperbanyak oleh Departemen Literatur dan Media Massa).

No comments :

Blogger Comments