Comments
Timelines
Contact
Social Media

Friday, September 14, 2012

thumbnail

Seputar Kebohongan Alkitab Tentang Keluaga Abraham comments

Judul di atas sengaja disuguhkan untuk membuktikan bahwa "Taurat" yang sekarang adalah Taurat yang sudah dirombak oleh tangan-tangan Bani Israel. Namun demikian, di sini hanya disuguhkan 2 contoh saja, sekedar untuk membuktikan bahwa "Taurat" sekarang sudah benar-benar dirubah dan ditambah!

Sebelum terlalu jauh, ada baiknya kita lihat dulu Kitab Kejadian berikut ini:
16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
21:5 Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.
25:9 Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia (Abraham) dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre,

Dalam Kejadian 16, disebutkan Ismail lahir ketika Abraham berumur 86 tahun. Sedangkan dalam Kejadian 21, Ishak lahir ketika Abraham berumur 100 tahun. Ini berarti selisih usia antara Ismail dan Ishak adalah 14 tahun. Dalam Kejadian 25, Ismail dan Ishak secara bersama-sama menguburkan bapaknya, Abraham.

Jika anda sudah cukup memperhatikan catatan di atas, maka marilah sekarang kita perhatikan tela'ah alkitabiah berikut ini:

PERISTIWA TERBENTUKNYA SUMUR ZAM-ZAM
Menurut catatan Alkitab dalam Kitab Kejadian 21:8-13, setelah menyapih Ishak, yang berarti Ismail berusia sekitar 16 tahun, Sarah cemburu dengan Ismail ketika melihat ia bermain bersama Ishak. Kemudian, ia meminta agar Abraham membuang Hagar dan Ismail. Abraham konon merasa tertekan dengan permintaan ini, tetapi Allah meyakinkan Abraham bahwa ia harus mengikuti permintaan Sarah. Kisah Alkitab kemudian dilanjutkan dalam Kitab Kejadian berikut ini:

[Kejadian 21:14-19 - DRB 1582 & KJV 1611]."Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: "Tidak tahan aku melihat anak itu mati." Sedang ia duduk di situ, menangislah dia dengan suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan peganglah erat-erat dengan tanganmu, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum."

Dalam kutipan di atas, cetak tebal ditambahkan untuk frasa-frasa kunci yang mengilustrasikan kemustahilan catatan Kitab Kejadian mengenai Ismail yang berusia 16 tahun pada saat itu. Hagar dengan berbagai cara harus memperlakukan Ismail dengan cara:
  • meletakkan Ismail, roti dan sekirbat air di atas bahunya
  • membuang Ismail ke bawah semak-semak (membaringkannya)
  • mengangkat Ismail dari tempat ia terbaring dan memegang erat-erat Ismail dengan tangannya.

Tindakan Hagar di atas, mana mungkin dilakukan untuk anak berusia 16 tahun? Tindakan seperti itu hanya mungkin dilakukan terhadap seorang balita yang belum disapih dan belum bisa berjalan. Padahal sebelumnya, Ismail sudah bisa bermain bersama dengan Ishak (lihat Kejadian 21:9), yang berarti Ismail sudah cukup besar dan mampu mengasuh adiknya.

Perhatikan juga nama tempat yang tertulis dalam Taurat adalah Bersyeba, padahal peristiwa tersebut terjadi di lembah Baka/Mekah. Tidak ada bukti sama sekali bahwa peristiwa itu terjadi di Bersyeba (Palestina dan sekitarnya), tetapi bukti-bukti itu justru dapat dilihat di Baka/Mekah, yaitu Bukit Shafa dan Marwah, dan Sumur Zam-Zam. Oleh karena Ismail, semenjak diungsikan hingga wafatnya adalah di kota Baka/Mekah.

Ketika itu, Ismail memang masih bayi yang baru beberapa hari dilahirkan. Untuk menghindari kecemburuan Sara, istri pertama Abraham, Allah memerintahkan Abraham untuk mengungsikan Ismail dan ibunya, Hagar, ke lembah Baka/Mekah. Sesampainya di lembah Baka/Mekah, Abraham diperintahkan oleh Allah untuk kembali ke Palestina (Kanaan) menemui Sara dan meninggalkan Ismail dan Hagar di lembah tersebut. Beberapa saat kemudian, Ismail menangis kehausan dan segala persediaan sudah habis. Hagar pun harus mondar mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air dan tidak pula ia dapatkannya. Atas pertolongan Allah melalui malaikat Jibril, tiba-tiba muncullah mata air yang deras dari bawah kaki Ismail, dan Hagar pun berteriak kegirangan, "Zam Zam, Zam Zam!" Oleh karena itu, mukjizat Nabi Ismail ini sekarang dikenal sebagai Sumur Zam-Zam.

Indikasi peristiwa terbentuknya Sumur Zam-Zam di Baka/Mekah ini masih dapat ditemukan dalam Kitab Mazmur berikut ini:

84:5 (84-6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
84:6 (84-7) Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.

Jelas sekali bahwa kisah di atas merupakan salah satu bukti telah terjadinya perombakan di dalam Taurat. Ismail yang berusia 16 tahun diperlakukan seperti bayi yang masih berumur 2 bulanan. Perombak Taurat tampaknya ingin menunjukkan seolah-olah Ishaklah kakak Ismail, oleh karena Ishak baru saja disapih yang berarti usianya sekitar 2 tahunan, sementara Ismail masih bayi (padahal usia Ismail sekitar 16 tahunan). Dengan demikian, perombak Taurat dapat mengarang kisah bohong selanjutnya seperti di bawah ini.

KISAH QURBAN DAN PENYEBUTAN ISHAK SEBAGAI ANAK TUNGGAL
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (Kejadian 22:1-13).

Dalam kisah di atas, terdapat 2 kejanggalan besar, yaitu:
  1. Ishak disebut sebagai anak tunggal Abraham, padahal Ishak adalah adik Ismail.
  2. Usia Ishak baru saja disapih, tapi diperlakukan seperti anak berusia 16 tahun ketika akan disembelih Abraham.
Silahkan periksa kembali Kejadian 21 di atas. Di sana Ismail yang berusia 16 tahun diperlakukan seperti anak yang baru berumur 2 bulanan. Dengan dasar ini, perombak Taurat ingin menunjukkan seolah-olah Ishaklah kakak Ismail, karena Ishak baru saja disapih sementara Ismail masih bayi. Karenanya, mereka dengan konyol menyebut Ishak sebagai anak tunggal Abraham. Padahal, bukti-bukti Alkitab sendiri sudah jelas, bahwa Ismail adalah kakak Ishak!

Kejanggalan-kejanggalan di atas tampaknya diakibatkan oleh banyaknya tangan-tangan Bani Israel yang turut merombak, sehingga antara pasal yang satu dengan yang lain kelihatan tidak ada kesesuaian. Sangat mungkin, ketika mengumpulkan Taurat, mereka tidak meneliti sedemikian jauh sehingga kejanggalan itu tetap saja terlihat dengan jelas.

Umat Yahudi dan Kristen menganggap penyebutan Ishak sebagai anak tunggal Abraham adalah karena Ishak merupakan anak dari istri yang sah, yaitu Sara. Padahal, dalam Kitab Kejadian 16:3 dikatakan bahwa Abraham mengambil Hagar sebagai istrinya. Ini berarti, Hagar juga adalah istri sah Abraham. Suatu alasan yang tidak masuk akal! Sesungguhnya, alasan tersebut sengaja dibuat oleh Bani Israel oleh karena mereka iri/dengki bahwa yang menjadi penerus agama samawi, sebagaimana masih dapat terlihat dengan jelas dalam "Taurat dan Injil", adalah keturunan Ismail (Muhammad).

Dalam kisah versi Taurat di atas, peristiwa penyembelihan itu terjadi di Moria, padahal peristiwa tersebut sebenarnya terjadi di Mina.

Sekarang, marilah kita lihat kisah penyembelihan Ismail menurut Al-Qur'an (QS. 37:102-113):
[102] Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
[103] Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
[104] Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
[105] sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[106] Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
[107] Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
[108] Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
[109] (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
[110] Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[111] Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
[112] Dan Kami beri dia (Ibrahim) kabar gembira dengan kelahiran Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.
[113] Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.

Lihat ayat 102, memang tidak tersebut nama Ismail, sebab memang tidak perlu, mengingat sudah demikian populernya Ismail di Mekah pada saat itu. Sebut saja, adanya situs-situs peninggalan Ismail berupa kuburan Ismail, Ka'bah, Hijir Ismail, Sumur Zam-Zam, dan Bukit Shafa dan Marwah, serta situs peninggalan Ibrahim, maqam Ibrahim. Tapi identifikasi Ismail ini tidak diragukan lagi, oleh karena pada ayat 112, Ishak baru dilahirkan. Jadi, anak tunggal pada waktu penyembelihan itu adalah Ismail, bukan Ishak sebagaimana tertulis dalam "Taurat" sekarang.

Jika masih penasaran ingin membuktikannya dengan bersandar pada penjelasan lebih detil dari Al-Qur'an, maka perhatikan jugalah yang berikut ini:

Ayat-ayat di atas memang tidak secara spesifik menuliskan nama anak yang dikorbankan Ibrahim as, namun bukan berarti tidak bisa diketahui "siapa" anak yang dimaksud.

Inilah ketinggian sastra Al Quran. Kendati namanuya tak disebut, namun makna yang hakiki dari ayat-ayat Al-Qut'an dimaksud tetap dapat diketahui.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, karena inilah kalimat kunci agar kita bisa mengetahui bahwa anak  Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail.
  • Pada ayat ke 112 Allah berfirman :
Di dalam ayat ini terdapat huruf   و (wauw) ‘Athf  litartibi wa litisholi, maknanya, huruf wauw yang menghubungkan dua peristiwa yang berbeda, secara berurutan sesuai tertib/urutan waktunya, yaitu peristiwa pertama tentang penyembelihan anak Nabi Ibrahim as yang telah dewasa yaitu Nabi Ismail as dan dilanjutkan dengan peristiwa kedua, yaitu kelahiran Ishaq as.
  • Dasar yang menetapkan bahwa anak itu Ismail as. adalah kalimat  عليه di ayat 113
kata  عليه  di sini adalah milik Nabi Ismail  dan bukan Nabi Ibrahim, mengapa demikian, karena pada kelanjutan ayat Allah berfirman : Dzurriyatihima

dhamir هِـمَا adalah milik Ismail dan Ishaq, karena mereka adalah saudara seayah, sehingga anak cucu mereka yang disebut Allah, bukan anak cucu Ibrahim dan Ishaq, karena keduanya adalah bapak beranak, jadi yang tepat adalah anak cucu Ibrahim dari putra beliau Ismail dan Ishaq.

Boleh jadi ada yang mempersoalkan bahwa dalam ayat 112 tidak ada kata ghulam atau maulid yang berarti kelahiran, tapi kata  بشّـر pada ayat ini merupakan bentuk musytarak, yakni satu kata yang memiliki banyak arti (Homonim).
Sama halnya denga kata المطهرون yang memiliki beberapa makna, antara lain:
  1. suci dari hadast
  2. suci dari najis
  3. orang yang belum batal wudhu
  4. orang beriman, bahkan
  5. berarti malaikat.

Kata BISA dalam bahasa Indonesia, mempunyai beberapa arti, yaitu:
  1. dapat
  2. racun

Demikian pula kata بشّـر memiliki 2 arti :

1. Kabar gembira biasa seperti tersebut di dalam Surat Al Baqarah 25
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah: 25) 

2. Kelahiran anak seperti Firman Allah di dalam Surat Az Zukhruf 17 dan An-Nahl:58
dan apabila salah seorang di antara  mereka diberi kabar gembira dengan apa * yang dijadikan sebagai misal bagi Allah yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan marah. (QS. Az-Zukhruf: 17) 

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (QS. An Nahl: 58)

Ibnu Katsir di dalam pengantar Tafsirnya mengatakan, bahwa sebaik-baiknya tafsir Alquran adalah mencari penjelasan dari ayat-ayat Al Quran itu sendiri.  

Coba perhatikan jawaban anak Nabi Ibrahim yang hendak dikorbankan itu pada ayat 102:
Ia menjawab: “Wahai ayah, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan mendapatiku sebagai anak yang sabar ( من الصبرين )

Di dalam Alquran, nabi yang memiliki predikat khusus sebagai (الصبرينhanya 3 orang, yaitu:
  1. Nabi Ismail
  2. Nabi Idris
  3. Nabi Dzulkifli

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.  Al Anbiya’ 85


Jadi jelaslah, bahwa Alquran telah menunjukkan hujjah yang terang, bahwa anak Nabi Ibrahim as yang hampir disembelih adalah Nabi Ismail as.

Inilah bukti nyata, bahwasannya kita ummat Islam dituntut bersungguh-sungguh di dalam mempelajari Alquran, tidak seperti kebanyakan kita saat ini, Alquran hanya jadi penghias lemari buku, Alquran hanya sekedar dijadikan ajang lomba membaca. Alquran dibaca hanya saat Ramadhan tiba dan berlomba-lomba paling banyak tammat dalam sebulan.

Hal seperti itu boleh dan sah-sah saja, namun alangkah indahnya kalau selain kita baca, kita perdalam pula ilmu yang tersimpan di dalam ayat-ayat suci tersebut, agar kita tidak menjadi seperti yang disindir Allah di Q.S. Al Jumuah:

" Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. "

Perlu diketahui juga bahwa Ibrahim (Abraham) bukanlah seorang Yahudi ataupun Kristen. Perhatikan Firman Allah berikut ini (QS. 3:67-71):

[67] Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Kristen, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik."
[68] Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.
[69] Segolongan dari Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.
[70] Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).
[71] Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?

Lihat ayat 67, bahwa Ibrahim (Abraham) bukanlah seorang Yahudi ataupun Kristen. Bagi orang awam mungkin kelihatan aneh. Bagaimana mungkin Abraham disebut Yahudi ataupun Kristen sementara Yehuda dan Yesus belum lahir? Ayat di atas diturunkan sekaligus untuk memberi jawaban kepada golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) pada waktu itu yang mengklaim Abraham sebagai golongan mereka (hingga sekarang).

Lihat juga ayat 68, bahwa nabi yang paling dekat dengan Ibrahim adalah Nabi Muhammad. Karena hanya umat Muhammad-lah yang senantiasa memuliakan nabi Ibrahim (Sholawat Nabi dalam setiap sholat).


[Sumber: Islam  Menjawab Fitnah]

No comments :

Blogger Comments