Comments
Timelines
Contact
Social Media

Sunday, September 30, 2012

thumbnail

Barnabas, Dan Penyelewengan Ajaran Yesus Oleh Paulus comments


Published on Facebook - 1 October 2012 at 06:57

SEBAGAI SEORANG NABI ALLAH, semasa hidupnya dulu Yesus pernah menyampaikan pesan penting kepada murid-murid dan pengikutnya bahwa setelah kepergiannya nanti akan datang beberapa Mesias palsu dan nabi-nabi palsu.

[Markus 13: 5-6] “ Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang..”  

[Markus 13:21-23] Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan. Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu."  

Paulus, atau nama Yahudinya, Saul (Kisah 13:9), lahir di Tarsus yaitu ibu kota Cicillia di Asia kecil. Ayahnya seorang Yahudi dari suku Benyamin, dan ibunya keturunan Romawi. Dia menjadi jemaat Kristen setelah mengaku bertemu dengan cahaya di langit yang konon katanya adalah Yesus (Kisah 9:3-7). Paulus inilah yang memainkan peranan terbesar dalam pembentukan dogma-dogma Kristian seperti di antaranya yang berikut ini:

1. Konsep Tuhan Anak
Menurut Paulus, Allah Bapa yang berada di sorga itu mempunya anak yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada dan segalanya dicipta melaluinya (1 Korintus 8:6; Kolose 1:5; 1 Timotius 2:5). Ini termasuk salahsatu yang paling membingungkan umat kristen sendiri, karena sepanjang hidupnya, Yesus tidak pernah terbukti menciptakan apa pun juga!

2. Inkarnasi
Menurut Paulus, Yesus telah melakukan inkarnasi di bumi melalui benih Daud (Roma 1:3-4; Galatia 4:4-5; Kolose 1:15; dan Ibrani 1:3). Dengan demikian, Paulus telah mendoktrinkan bahwa Yesus adalah anak Yusuf dan Maryam sebagaimana digambarkan dalam silsilah yang ditulis oleh Matius (Mat. 1:1-16). Paulus mengatakan bahwa Yesus dalam wujudnya sebagai manusia berasal dari benih Daud (Roma 1:3). Artinya, secara tidak langsung Paulus menuduh Yusuf dan Maria telah berhubungan layaknya pasutri hingga kemudian melahirkan Yesus.

3. Dosa Waris
Menurut Paulus, manusia sebenarnya hidup kekal di sorga, namun karena bapak dan ibu manusia, yaitu Adam dan Hawa, berbuat kesalahan, maka manusia pun dibuang ke bumi dan pada gilirannya menyebabkan anak-anak manusia itu mati. Dosa yang telah diperbuat oleh Adam tsb konon harus terus dipikul sebagai dosa waris oleh seluruh keturunannya sampai sekarang (Roma 5:12-18; 1 Korintus 15:21-26).

4. Penyaliban dan Penebusan Dosa
Menurut Paulus, Yesus menyerahkan dirinya untuk dikorbankan hingga mati di tiang salib (1 Korintus 1:18-23; Roma 5:8; 1 Timotius 1:15). Pengorbanan Yesus adalah untuk menebus dosa waris manusia. Oleh karena itu setiap orang harus beriman kepada penyaliban dan penebusan dosa ini, agar memperoleh hidup kekal dan kembali pada hari kemudian (Roma 5:18; 6:10-11; 2 Korintus 5:14; 1 Timotius 2:6).

5. Konsep Kebangkitan
Yesus bangkit dari kematian setelah dikubur selama tiga hari. Maka dari itu semua orang harus percaya bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kekal. Siapa yang percaya akan memperoleh hidup yang kekal pula (Roma 6:4-18; 1 Korintus 15:17-20; 15:4; 2 Timotius 2:8).

6. Tuhan Yesus
Setiap orang harus meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9). Berdasarkan dogma ini, maka kemudian lahirlah doktrin Trinitas yang menetapkan bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum yaitu, Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus.

Tapi tahukah anda bahwa semua konsep dan dogma yang diajarkan oleh Paulus itu sebenarnya hanya dusta belaka? Setidaknya dia sendiri mengakuinya sebagaimana tertulis dalam suratnya kepada jemaat Roma:

[Roma 3:7] “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?”

Demikianlah Saul yang berganti nama menjadi Paulus itu. Dengan cara 'mengaku-ngaku' bahwa dirinya adalah seorang rasul, akhirnya ia berhasil menempatan dirinya dalam jajaran pendakwah ajaran Yesus. Padahal dia tidak pernah bertemu, apalagi belajar langsung dari Yesus sebagaimana murid-murid dan pengikut Yesus lainnya.

Tapi hebatnya dia mengaku mempunyai hubungan langsung dengan Yesus. Sehingga dengan demikian tidak ada hak bagi siapa pun untuk menentangnya dalam menyiarkan ajaran-ajaran yang dikatakannya diterima langsung dari Yesus Kristus.

Kehadiran Paulus di tengah-tengah murid-murid Yesus (dalam ajaran kristen disebut para rasul) adalah berkat jasa Barnabas. Ini boleh diartikan bahwa Barnabas memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan murid-murid Yesus sehingga mereka menuruti keputusannya untuk menerima Paulus. Barangkali karena alasan inilah kehidupan Barnabas dicatat dengan terperinci pada kitab Kisah Para Rasul. Sifat hubungan antara Barnabas dan Paulus ini antara lain digambarkan demikian:

[Kis 13:1-2] “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada uhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang Kutentukan bagi mereka.”

Kita pun melihat bahwa dalam daftar murid-murid Yesus, Lukas meletakkan Barnabas pada urutan pertama sedangkan Paulus pada urutan terakhir. Dan karena nampaknya mereka telah setuju untuk bekerjasama meneruskan ajaran Yesus, maka para rasul pun sepakat untuk menyebar. Barnabas dan Paulus berangkat bersama Markus untuk meneruskan ajaran Yesus di Yunani. Sementara James, putera Maria dari suami Yusuf -- atau adik laki-laki Yesus -- tinggal sebagai ketua para pengikut Yesus bersama Peter.

Dalam kitab Kisah Para Rasul diceritakan bahwa di samping mereka kadang-kadang dilempari batu di beberapa tempat, namun dua orang penyebar ajaran Yesus ini sangat berhasil. Reputasi mereka sebagai manusia-manusia pelayan Tuhan segera tersebar luas.

Ketika mereka sampai ke Lucaonia dan menyembuhkan seorang yang pincang, muncul desas-desus bahwa dewa-dewa telah diturunkan kepada penduduk Lucaonia dalam bentuk manusia. Mereka pun memanggil Barnabas dengan sebutan Jupiter dan Paulus dengan sebutan Mercuries. Kemudian para pendeta pagan (penyembah) Jupiter membawa binatang ternak dan karangan bunga ke pintu-pintu gerbang dan mulai melakukan ritual pengorbanan bersama orang banyak. Ketika para rasul, Barnabas dan Paulus, mendengar hal tersebut, mereka merobek pakaian mereka dan lari ke kumpulan orang yang sedang berteriak-teriak itu.

[Kisah 14:15] “Dan mereka berdua berkata: ’Tuan-tuan, mengapa anda melakukan semua ini? Kami berdua juga manusia yang ingin membagi kasih dengan saudara, dan mengajarkan kepada anda tentang Tuhan Yang Maha Hidup yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu yang ada didalamnya”

Jika reaksi dari penduduk Yunani adalah menganggap Barnabas dan Paulus sebagai dewa-dewa berujud manusia, maka ini jelas menjadi ganjalan. Sebab dengan demikian keduanya akan mengalami masalah besar dalam menyebarkan ajaran Yesus.

Seseorang yang mengenali ajaran Yesus sangat mengerti bahwa ajarannya merupakan kelanjutan atau sambungan dari ajaran Musa. Tetapi bagi kebanyakan penyembah berhala, ajaran ini dipandang baru, aneh, bahkan menyesatkan!

Semua penyembah berhala, yang mengakui banyak dewa, percaya bahwa Tuhan itu beraneka ragam, sehingga ajaran tauhid Yesus -- yakni mengakui hanya ada satu Tuhan Yang Esa -- akan sangat sulit diterima kecuali jika sosok Yesus digambarkan sesuai dengan karakter salahsatu dewa-dewa mereka. Inilah satu-satunya cara pada masa itu yang dianggap paling memungkinkan bagi mereka untuk menerima ajaran Yesus dalam pencitraan dirinya sebagai dewa. Sebab dalam pemahaman para penyembah dewa-dewa ini, harus selalu ada ruang untuk lebih dari satu dewa.

Sementara di sisi lain, ajaran Yesus adalah ajaran tauhid yang justru dipenuhi dengan perintah-perintah penghapusan kepercayaan kepada segala bentuk dewa-dewa yang beraneka ragam itu. Ajaran ini, selain sangat sulit diterima, namun sangat berpotensi menjadi bumerang bagi siapa pun yang coba-coba menyebarkannya di tengah-tengah budaya pagan masyarakat Yunani kala itu. Bagi pribadi setulus dan seteguh Barnabas, tugas mengajarkan cara hidup seperti yang diajarkan oleh Yesus di tengah-tengah masyarakat pagan Yunani ini tanpa menyesuaikan ajarannya dengan adat istiadat dan budaya mereka tentulah sangat berat.

Berbeda dengan Paulus yang memiliki kecenderungan untuk 'berimprovisasi' dalam menyampaikan ajaran Yesus, melihat satu-satunya kesempatan untuk terus berdakwah adalah dengan lebih dulu 'menyesuaikan' ajaran Yesus dengan segala aspek budaya dan kepercayaan orang-orang Yunani, maka ia pun memutuskan untuk melakukan segala yang diperlukan demi kelangsungan dakwahnya.

Saat itu Yunani telah menjadi bagian dari wilayah kekaisaran Romawi. Dewa-dewa Romawi memiliki banyak kemiripan dengan dewa-dewa yang dipercaya oleh bangsa Yunani. Sementara itu, Paulus yang dikenal sebagai orang yang sangat pandai memanfaatkan situasi menyadari sepenuhnya betapa kuat kepercayaan Greeco-Roman (campuran Yunani dan Romawi) di tengah-tengah masyarakat awam di wilayah kekaisaran Romawi tersebut. Jelas terlihat bahwa ia merasa tidak mungkin merubah cara ibadah mereka tanpa merubah ajaran Yesus. Oleh karena itu, Paulus pun melakukan 'penyesuaian' yang diperlukan atas ajaran murni Yesus.
Di belakang hari, kita akan menemukan betapa bertolak belakangnya ajaran Yesus dengan apa yang pernah 'disesuaikan' oleh Paulus di atas. Namun sayangnya, penyimpangan ajaran tauhid oleh Paulus itu terlanjur sudah diyakini oleh hampir setiap umat kristen di seluruh dunia dewasa ini sebagai ajaran Yesus!
Sementara Paulus sibuk melakukan berbagai rekayasa atas ajaran Yesus, Barnabas tetap teguh mempertahankan kemurnian ajaran yang pernah diterimanya langsung dari Yesus sebagaimana tercatat dalam Matius 5:18, di mana Yesus menegaskan bahwa kedatangannya ke dunia ini bukan untuk merobah Hukum Taurat Musa walau sekecil apa pun juga. Karena hal ini, akhirnya Barnabas dan Paulus terlibat dalam berbagai pertentangan menyangakut ajaran Yesus hingga akhirnya Barnabas memutuskan untuk meninggalkan Paulus. Kondisi ini tercatat dalam Kisah Para Rasul 15:39-40 di mana tertulis: “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus berlayar ke Siprus.”

Sangat menarik untuk dikaji bahwa berdasarkan iman Kristen, Barnabas dicatat dalam Kisah Para Rasul telah dipilih oleh Roh Kudus untuk menyebarkan ajaran Yesus, tetapi hal ini kemudian tidak diakui oleh Paulus. Walau ditinggalkan oleh Barnabas, ia tidak terlalu risau karena merasa kedudukannya sudah cukup kuat sehingga tidak perlu lagi bergantung pada Barnabas. Lebih jauh lagi, Paulus adalah warga negara Romawi yang dapat berbahasa Romawi dengan baik di samping bahasa Yunani yang merupakan bahasa resmi di tanah kelahirannya, Tarsus.

Surat-surat yang kemudian ditulisnya kepada komunitas-komunitas Kristen di Yunani pastilah ditulis dalam bahasa ibundanya. Ini jelas karena saat Paulus pergi ke Yunani dan Itali ia sama sekali tidak mengalami kesulitan berkomunikasi dalam bahasa setempat. Sedangkan Barnabas pada saat yang sama tidak menguasai kedua bahasa tersebut. Markus yang dapat berbahasa Yunani pun terpaksa harus menyertainya pada perjalanan misi pertama mereka ke Yunani sebagai penterjemah. Tanpa penterjemah dakwah Barnabas tidak akan difahami penduduk setempat. Oleh sebab itu Paulus menolak untuk bepergian bersama Markus karena khawatir penyimpangan dakwahnya akan diketahui oleh Markus dan tentu saja, akan dihentikan oleh Barnabas.

Dalam “History of Christianity in the Apostolic Age” (hal. 216, 231, 424-25), A.G Mc Giffert menulis:
Barnabas yang haknya untuk bekerja (menyebarkan agama) dikalangan orang-orang zuhud telah diakui di Yerusalem (kemudian) harus kembali dan memisahkan dirinya dari mereka (orang-orang zuhud) sangatlah aneh. Barnabas tidak menyetujui doktrin Paulus tentang kebebasan orang-orang Kristen dari segala bentuk hukum Musa. Perpisahan Paulus dan Barnabas diceritakan oleh penulis Kisah Para Rasul sebagai akibat dari pertikaian mereka menyangkut Markus.
Tetapi alasan sebenarnya jauh lebih dalam daripada itu. Orang yang paling dekat dengan Paulus dan sangat intim bergaul dengannya pada masa-masa awal karirnya sebagai orang Kristen adalah Barnabas, yang merupakan salahseorang anggota gereja di Yerusalem pada masa permulaan. Persahabatan mereka sangat berarti bagi Paulus sekaligus memiliki andil dan pengaruh yang tidak kecil terhadap orang-orang Kristen. Barnabas bertindak sebagai pendukung Paulus dimasa awal. Padahal sebelumnya, Paulus adalah penyiksa orang-orang Kristen yang tak pernah terlupakan.

Perubahan sikap Barnabas terhadap Paulus hanya mungkin terjadi sebagai akibat dari pengalaman-pengalamannya selama bersama Paulus. Segala harapannya agar Paulus mengubah pandangannya dan benar-benar menjadi pengikut Yesus telah sirna. Barnabas telah menyadari kesalahan dalam tindakannya, maka akhirnya dia meninggalkan Paulus. Sebelum dia mencoba menyebarkan suatu ajaran, yang sebenarnya hanya ditujukan kepada orang-orang Zuhud tampaknya ia melihatnya sebagai suatu tujuan yang tepat. Tetapi setelah mencobanya, pengalaman membuktikan bahwa hal itu tidak mungkin.

Tampaknya pengalamannya di Antiokia jauh lebih berhasil karena terdapat orang-orang zuhud yang datang kepada para pengikut Yesus dan meminta untuk diterima sebagai orang-orang Kristen. Tetapi ketika Barnabas dan Paulus datang ke Yunani, justru mereka berdua yang meminta orang-orang untuk menjadi Kristen. Tidak terdapat catatan tentang apa yang terjadi setelah Barnabas kembali ke Cyprus. Tetapi diketahui bahwa dia mati sebagai seorang syahid yang berpegang teguh pada ajaran Yesus.

Sekalipun terdapat bukti bahwa Barnabas diasingkan oleh sebahagian besar halaman-halaman Alkitab, tapi jelas terlihat bahwa dia telah menjadi bahagian tidak terpisahkan dalam sejarah Kristen dan jelas tidak dapat diabaikan begitu sahaja. Secara terang-terangan ia ingin menegaskan dan mengajarkan apa yang telah didengarnya dari Yesus pada masa-masa awal sejarah gereja, atau pada masa sebagian orang cukup dekat dengan Yesus. Kesetiaan Barnabas kepada Yesus diakui oleh teman-temannya maupun lawan-lawannya. Di rumah saudara perempuannyalah Yesus melaksanakan jamuan paskah, dan rumah tersebut tetap menjadi tempat pertemuan para pengikut Yesus setelah kepergiannya.

Pengaruh Barnabas terhadap para murid Yesus dan pengikut lainnya telah dipastikan oleh Alkitab sendiri. Barnabas disebut sebagai nabi, guru dan juga seorang murid Yesus oleh Lukas yang kesetiaannya kepada Paulus sendiri tidak pula diragukan.

Sementara itu, setelah kepergian Barnabas, Paulus meneruskan misinya. Sekalipun ia telah cukup lama bergaul dengan orang-orang Kristen awal yang membuat ia bisa diterima dikalangan mereka, tapi ia menyadari kelemahan posisinya. Dia tetap dipanggil murid Yesus, sekalipun ia mengaku memiliki akses kepada Yesus melalui wahyu, tetapi tetap saja memerlukan seseorang yang pernah hidup bersama Yesus untuk menyertainya dalam perjalanan-perjalanannya ke tengah-tengah masyarakat Gentile. Seorang teman, yang merupakan saksi langsung kehidupan Yesus, akan memberikan dukungan sangat berarti guna mendukung argumen-argumennya dengan 'mendompleng' kewibawaan orang lain. Untuk itu ia pun kemudian membujuk Petrus untuk bergabung dengannya.

Cukup mengherankan memang, kedua orang yang dahulunya diketahui saling bermusuhan ini akhirnya dapat jalan beriring. Tetapi situasi memang telah berubah. Paulus bukan lagi seorang 'pemburu dan penyiksa' pengikut Yesus yang terkenal sangat biadab, tapi telah diterima oleh orang banyak sebagai seorang pendakwah ajaran Kristen yang telah 'dimodifikasi' dari ajaran murni Yesus.

Maka benarlah apa yang jauh-jauh hari telah disampaikan oleh Yesus dalam Injil Matius:
[Matius 24:4-5] “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata: ‘Akulah Mesias’ dan mereka akan menyesatkan banyak orang.”  

Ramalan Yesus itu terbukti, bahwa memang ada orang yang mengaku-ngaku sebagai rasul utusan Yesus dan mendapat bimbingan dari Roh Kudus. Tetapi rasul palsu ini mengajarkan dogma yang sangat bertentangan dengan ajaran Yesus sendiri. Perbedaan prinsip ajaran Paulus dan Yesus dapat anda lihat di sini.

Di antara perbedaan tsb adalah:
  • Yesus sunat (Lukas 2:21) tetapi Paulus melarang sunat (Roma 2:29; Galatia 5:2).
  • Yesus memerintahkan pengikutnya untuk menyembah Allah, tetapi Paulus mempertuhankan Yesus.
  • Yesus tidak pernah mengajarkn dosa asal atau dosa waris, bahkan menyeru agar manusia bertaubat secara mandiri, bukan melalui, atau kepada dirinya (Matius 18:1-3 dan Lukas 16:19-29).
  • Alkitab menuliskan bahwa seseorang tidak menanggung dosa orang lain (Matius 16:21 dan Yehezkiel 18:20), tapi dengan terang-terangan melawan alkitab, Paulus mengajarkan dogma dosa waris (Rom 5:12-15).

Sehingga jelaslah sesungguhnya bahwa “dosa waris” tidak pernah diajarkan oleh Yesus, kecuali cuma karangan dan akal-akalan Paulus semata.


[Sumber: Gus Mendem - Menyibak Tabir Di Balik Doktrin Kristen]

No comments :

Blogger Comments