Buku "MIRACLE - The Reference" yang ditarik dari peredaran untuk direvisi.
Ini juga pernah, dan masih menjadi andalan favorit sang "ngeyeler" kristen berinisial Theos An-Naar dan rekan seimannya dalam upayanya "mengemis" pengakuan dari umat Islam bahwa menurut Al-Qur'an, eksistensi Rasul Gadungan Paulus, diakui oleh Allah SWT.
Seingat saya sudah beberapa kali dibantah oleh akhi Penjaga Kitabullah, dan sudah pula saya dokumentasikan bantahan dari saya sendiri sbb:
Sya’amil Al-Quranulkarim [with talking e-pen]
Miracle: The Reference
(Mudah, Sahih, Lengkap dan Komprehensif)
Bandung: Sygma Publishing
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-Quran.
REVISI TERJEMAH OLEH LAJNAH PENTASHIHAN MUSHAF AL-QUR'AN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAFSIR IBNU KASIR, Juz 22 - QS 36:13-14, hlm. 880.
Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk membuat suatu permisalan bagi kaum Quraisy yang mendustakan dalam firman-Nya [suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Ka'ab Al-Ahbar dan Wahab bin Munabbih, negeri atau desa yang di maksud adalah Antiokhia. Ketika itu, negeri tersebut diperintah seorang raja bernama Antichos bin Antichos bin Antichos. Raja tersebut seorang pemuja berhala. Allah Swt. pun mengutus tiga orang rasul kepadanya bernama Shadiq, Shaduq dan Syalum. Akan tetapi raja tersebut mendustakan ketiga rasul itu.
Maksud ayat [(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya] bahwa belum lagi utusan tersebut menyampaikan risalah Allah, rakyat negeri tersebut sudah terlebih dahulu mendustakan para utusan tersebut. Allah Swt. berfirman, [kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga].
Allah mengutus seorang nabi lagi untuk lebih memperkuat usaha kedua nabi sebelumnya. Ibnu Juraijj meriwayatkan dari Wahab bin Sulaiman dari Syu'aib al Jubba'i, nama dua orang nabi yang pertama: Syam'um dan YOHANES, sedangkan nabi ketiga adalah PAULUS.
Maksud firman Allah, [sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu], adalah kami (para nabi) merupakan utusan Tuhan yang telah menciptakan kalian dan memerintahkan kalian beribadah hanya kepada-Nya, tiada sekutu baginya.
Abu Aliyah menyatakan, utusan yang dimaksud adalah PARA RASUL YANG DIUTUS ISA ALMASIH A.S. kepada penduduk Antiokhia. [Al-Misbah, Al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Kasir, 199:903]
TANGGAPAN
KAUM ANTHAKIYYAH
Allah berfirman:
“Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami (Allah) mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu." (QS. 36 Yasin: 13-14)
Khithab (seruan) ayat ini menurut Al-Qurthubi dalam Tafsirnya, ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, agar beliau saw menyampaikan kepada penduduk Mekkah, yang mengingkari kerasulan beliau, sebuah kisah tentang nasib suatu negeri yang didatangi oleh 3 Rasul tetapi mereka mendustakannya. Agar nasib kaum tersebut dapat menjadi ‘ibrah' (pelajaran) bagi Kaum Musyrikin Mekkah.
Mengapa mengambil ‘ibrah dari kisah itu adalah sesuatu yang penting? Adalah karena karakter dari aktor yang kufur (ingkar) kepada Allah dan para Rasul itu dimanapun sama saja. Sejarah dalam arti tempat dan manusia si pelaku sejarah tersebut memang tidak dapat berulang. Tapi ruh (spirit) nya tetap hidup. Dan akibat dari kekufuran itu sama saja yaitu adzab dari Allah SWT.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. 12 Yusuf: 111)
Dan nama negeri yang dimaksudkan ayat diatas adalah Anthakiyyah. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama salaf dan khalaf, demikian menurut Al-Mawardi dalam Tafsir Qurthubi, yang dibenarkan pula oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Walaupun Ibnu Katsir sendiri dalam Kitab Qishahshul Anbiya lebih suka menyebutnya Kaum Yasin.
Letak ikhtilaf (perbedaan) diantara para Ulama adalah pada: “Apakah para utusan (Rasul) yang disebutkan dalam ayat ini benar-benar Rasul Utusan Allah ataukah utusan Nabi Isa as?”
PENDAPAT PERTAMA
PARA UTUSAN ALLAH, ATAU RASUL ALLAH
Ibnu Katsir dalam Qishashul Anbiya meriwayatkan dari Ibnu Ishaq yang bersumber dari Ibnu Abbas ra, Ka’ab al-Ahbar, Wahab bin Munabih, mereka berkata:
“Negeri tersebut (Anthakiyyah) memiliki seorang Raja yang bernama Anthiochos bin Anthiocos, yang merupakan seorang penyembah berhala. Kemudian Allah mengirim 3 (tiga) orang utusan, yaitu: Shadiq, Mashduq, dan Syalum. Tetapi mereka mendustakan para utusan ini”.
Dan ini jelas menurut Ibnu Katsir, bahwa mereka adalah para Utusan Allah (Rasulullah).
Sedangkan fakta bahwa ke-3 (tiga) Rasul tersebut tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an, tidaklah mengurangi nilai kerasulan mereka. Karena banyak para Nabi dan Rasul yang nama mereka tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu`jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (QS. 40 Al-Mu’min: 78)
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa mula-mula yang diutus kepada Kaum Anthakiyyah itu hanya 2 (dua) orang Rasul saja, tetapi kemudian diutus lagi yang ketiga untuk memperkuat dua utusan terdahulu, adalah sesuatu yang pernah terjadi pula dalam Kisah Fir’aun dan kaumnya yang didatangi oleh 2 (dua) orang Rasul.
Mula-mula Allah SWT hanya mengutus Nabi Musa as. Tetapi kemudian Allah mengutus pula Nabi Harun as. untuk mendampingi dan memperkuat da’wahnya Nabi Musa as. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya pada QS. 20 Thaha: 9- 36 dan QS. 25 Al-Furqan: 35-36. Diantaranya:
“Pergilah (engkau wahai Musa) kepada Fir`aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas". (QS. 20 Thaha: 24)
Tetapi kemudian Nabi Musa berdo’a agar Harun, saudaranya, diangkat pula sebagai Rasul Utusan Allah untuk membantu da’wahnya. Dan do’anya dikabulkan Allah. Maka keduanya kemudian berda’wah kepada Fir’aun dan kaumnya.
Allah berfirman:
“Dan jadikanlah untukku (Musa) seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku.” (QS. 20 Thaha: 29-31)
“Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan do’a (permintaan)mu, wahai Musa." (QS. 20 Thaha: 36)
“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu). Kemudian Kami berfirman kepada keduanya: "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami". Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya”.
Penjelasan ini makin memperkuat dugaan bahwa 3 (tiga) orang utusan kepada Kaum Anthakiyyah ini benar-benar Rasul (Utusan) Allah bukan sekedar utusan Nabi Isa as.
PENDAPAT KEDUA
PARA UTUSAN NABI ISA AS
Ibnu Katsir dalam Qishashul Anbiya meriwayatkan bahwa Qatadah berpendapat bahwa : “Mereka adalah Utusan dari (Isa) Al-Masih”. Demikian juga Ibnu Jarir dari Wahab dari Ibnu Sulaeman dari Syu’aib Al-Jiba’I, mengatakan: “Nama para utusan yang pertama itu adalah Syam’un, Yohana dan Bulis”. Sedangkan negeri itu bernama Anthakiyyah”. Ini juga merupakan pendapat Imam As-Suyuthi, dalam Kitab Tafsir Jalalain.
Menurut Ibnu Katsir, pendapat kedua ini sangat lemah. Mengapa?
Karena ketika Al-Masih mengirimkan 3 (tiga) orang utusan dari pengikutnya yang setia, maka Anthakiyyah adalah negeri yang pertama kali beriman kepada Al-Masih pada saat itu. Oleh karena itu ia merupakan salah satu dari 4 (empat) kota di negeri tersebut yaitu: Anthakiyyah, Al-Quds, Iskandariyyah, Romiyah, dan setelahnya adalah Al-Qisthanthiniyyah, yang mereka (penduduk kota tersebut) tidak dibinasakan.
Sementara penduduk negeri yang disebutkan di dalam Al-Qur’an (Surat Yasiin: 29), semuanya dibinasakan sebagaimana yang difirmankan Allah (Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati).
Sebagaimana Ibnu Katsir, menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, pendapat kedua ini pun dianggap sangat lemah, terutama berkaitan dengan nama Paulus atau yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai Bulish atau Baulush. Karena apa yang diajarkan Paulus sudah jauh menyimpang dari ajaran Nabi ‘Isa as. Paulus adalah tokoh terbesar yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan isi Kitab Injil.
Lebih jauh lagi menurut Prof DR. Ahmad Syalabi dalam Muqaranatul Adyan Al-Masehiyyah, dikatakan bahwa intisari ajaran Paulus ini adalah:
- Agama Kristen bukan hanya untuk Yahudi saja, melainkan juga untuk semua bangsa di dunia.
- Trinitas, tiga Tuhan dalam satu, termasuk Ketuhanan Al-Masih dan Roh Kudus.
- Wujud Yesus sebagai anak Tuhan dan turunnya ke bumi untuk mengorbankan dirinya demi menebus dosa manusia.
- Yesus bangkit di alam arwah dan naik ke langit untuk duduk di kanan “Bapak” memerintah manusia.
Kemudian dalam pandangan Hamka, cerita ini juga berdekatan dengan kisah-kisah Kristen, mirip dengan “Kisah Para Rasul” dalam Kitab Perjajian Baru.
Oleh karena itu menurut Ibnu Katsir dalam Qishashul Anbiya, “Jika ketiga utusan yang disebutkan dalam Al-Qur’an (Surat Yasiin), diutus kepada penduduk Anthakiyyah Kuno, lalu mereka mendustakan dan akhirnya dibinasakan, dan setelah itu dibangun kembali hingga pada zaman Al-masih, mereka beriman kepada Rasul yang diutus kepada mereka. Maka pendapat yang demikian tidak ditolak”.
Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, Negeri Anthakiyyah ini terdapat di wilayah Turki, tetapi setelah Perang Dunia-I, ia masuk ke dalam wilayah Syiria.
Siapapun mereka dari ketiga utusan yang disebutkan ayat-ayat diatas bukanlah tujuan utama yang dimaksudkan oleh Allah untuk mendapatkan perhatian dari kita. Karena Al-Qur’an tidak memberitahukannya secara gamblang siapakah mereka sebenarnya, maka bagi kita Ummat Nabi Muhammad saw, yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an, yang harus kita tangkap dan menjadi fokus perhatian utama kita adalah “spirit” perjuangan da’wahnya untuk menjadi I’tibar bagi kita.
BACA JUGA Tafsir Ibnu Katsir QS. Yasin:13-17
[Sumber: Gus Mendem Menjawab Fitnah]
No comments :